Cemas

1.6K 198 34
                                    


Harus bagaimana lagi agar aku bisa memiliki Harin sepenuh nya? aku mencoba mengorbankan segala nya hanya untuk bisa bersama dia. Tapi, dia belum sepenuh nya memberikan hatinya padaku.
Apa aku harus berhenti berharap padanya..

"semenjak kenal denganmu aku lebih sering terluka..bukan hanya fisik saja tapi juga hati"

Harin melepaskan pelukan nya.

"sebenarnya aku tidak masalah dengan itu selagi aku tahu jika kau benar-benar menyukai ku, tapi aku merasakan ada keraguan di dirimu"

"bagaimana kau masih meragukan ku setelah apa yang aku lakukan bersama mu selama ini?" mata nya berkaca-kaca menatapku.

Aku mengalihkan pandanganku darinya.

"aku tidak suka jika seseorang bicara tanpa menatap mata" menarik dagu ku

"kau yang membuat aku ragu Harin" menatap dengan serius

"aku tahu kau bersikap seperti ini karena takut aku meninggalkanmu, tapi itu tidak akan terjadi sooji"

"awas aku mau pergi" mencoba membuka pintu

"apa susah nya percaya padaku, kenapa kau ini sangat berbeda dengan eun.." Harin terdiam

"sangat percaya" mendelik sambil membuka pintu

Terlihat Jaeun berlari menghampiriku saat aku keluar dari ruangan.

"ada apa? kenapa kau berlari?"
"kenapa kau diluar? sooji apa kau tahu ayahmu akan pulang?"
"aku tahu"
"kenapa kau santai? aku sudah bilang ikut bersamaku ke luar negeri, apa kau mau mati?!"

Harin keluar dari ruangan lalu menghampiri kami.

"maksud dari perkataanmu barusan apa?" Harin mendengar ucapan Jaeun

Aku menarik Jaeun untuk pergi menjauhi Harin.

"jawab dulu" Harin menghadang
"jika aku sekarat nanti apa kau akan berusaha menyembuhkan aku seperti yang kau lakukan untuk Eunjung?"

"maksudmu?!" wajahnya tegang
"ayo pergi" Jaeun merangkul tubuhku
"tunggu dulu !" berteriak sambil menepis tangan Jaeun

"katakan dengan jelas, ada apa ini?"
"nyawa sooji dalam bahaya, ayah nya bisa kapan saja datang untuk membunuhnya" ucap Jaeun

"kenapa kau mengatakan nya Jaeun" berbisik

"aku tidak salah dengar? kenapa ayah mu ingin membunuhmu? apa yang kau perbuat?"

"apalagi? kau pun tahu jika sooji mengkhianati rencana keluarga nya demi dirimu" Jaeun terlihat kesal

"kenapa kau diam saja?! apa itu benar?" air mata nya jatuh

"ya, itu benar" menghela napas
"kenapa kau tidak pernah mengatakan nya padaku sooji?!" memukul ringan

"kenapa pasien nya diluar? kau tidak boleh berjalan-jalan seperti ini" suster menghampiri kami

Aku tidak mau masuk kembali tapi suster dan Jaeun memaksa, Harin hanya diam seolah tidak mempercayai apa yang Jaeun katakan.
Suster memasang kembali infusan di tanganku, dia menegurku karena aku bertindak gegabah.

"dokter sudah mengatakan pada kakakmu, jika luka dalam di perutmu itu cukup parah, jadi kau harus di rawat dulu" ucap suster sebelum pergi keluar

Harin duduk di sofa dengan wajah yang di tutupi kedua tangan nya. Dia menangis tapi tidak mengeluarkan suara.
Aku ingin menenangkan dia, tapi rasa kesalku padanya masih belum reda.

"itu.." memberi kode pada Jaeun agar dia bicara pada Harin

"berhentilah menangis" ucap Jaeun tapi tidak menghampiri nya

Harin masih tetap menangis.

Aku memperhatikan nya, tubuhnya bergetar karena menangis.

Apa begitu sakit hingga dia menangis seperti itu? apa tangisan nya benar untuk ku?

"tidak perlu menangis seperti itu, aku tidak mati sekarang"

Dia masih menangis sesegukan.

"Jaeun apa kau bisa membelikan aku cemilan?.."
"aku mengerti, aku akan pergi" Jaeun keluar

"aku tidak bisa kesana untuk menghapus air mata mu..kemarilah" bicara dengan ragu

Harin membuka kedua tangan nya yang dari tadi menutupi wajahnya, hidung dan juga mata nya merah karena menangis.
Dia berdiri di dekatku dengan wajah nya yang masih basah.

"jangan pikir aku sudah tidak marah padamu" menyeka air mata nya

Bibirnya bergetar mencoba menahan air mata.
Aku menarik tubuhnya agar dia duduk di sampingku.

"aku akan lebih memilih untuk jadi sahabatmu jika itu membuatmu terbuka dan tidak ragu untuk mengatakan segala nya"

Apa dia kecewa karena aku hanya memberitahu Jaeun saja tentang masalahku?

"aku tidak mau kau khawatir, jadi aku tidak memberitahumu"
"kau ini anggap aku apa? apa kau hanya ingin seks saja dariku?"
"kau bilang apa?!" menatap nya dengan serius

"itu yang kau mau dariku? hanya seks saja? apa aku tidak berhak mendengar keluh kesahmu? aku tidak berhak tahu segala nya tentangmu? kau selalu mendesak ku untuk mengatakan segala nya, aku selalu menuruti mu, aku menceritakan apa yang ingin kau tahu, tapi bagaimana denganmu?" 

Aku tidak pernah melihat Harin seserius ini ketika bicara.

"aku muak pada diriku sendiri, kenapa orang yang aku mau selalu terluka karena aku"
Aku melihat ketakutan dari sorot mata nya

"pergilah bersama Jaeun ke luar negeri" dia bicara tapi mata nya tidak berani menatapku

"kau menyuruh aku pergi dari mu? jika iya maka biarkan saja aku mati"
"kau sudah tidak waras?!" wajahnya terlihat marah

"jika aku pergi maka aku tidak bisa menemui mu, apa beda nya dengan aku mati?"
"sooji !" membentak
"aku bisa mengatasi masalahku sendiri, ini alasan aku tidak memberitahumu, kau akan sedih dan juga khawatir"

"mengatasi sendiri? kau terluka parah karena Do ah dan juga Dayeon, bagaimana kau akan mengatasi kemarahan ayahmu?"

Entahlah aku pun bingung harus berbuat apa, memanggil polisi juga akan percuma.

"aku akan menemui ayahku sendiri nanti"
"kau tidak waras?! aku tidak mau kehilanganmu sooji !!" berteriak

"lalu? apa aku seperti ini karena ingin kehilanganmu? aku melakukan semua ini karena aku tidak ingin kehilanganmu juga Harin"

"kau tidak akan kehilangan aku, tapi kau akan kehilangan dirimu sendiri"

Aku terdiam tidak bisa menyangkal nya.

"peluk aku.." merentangkan tangan
Harin mendekat lalu memeluk ku

"selama ini kau berjuang sendiri, kau selalu terluka karena aku, kau berkorban untuk aku, kali ini biarkan aku berkorban untukmu"

"diam ! jangan melantur..biarkan aku memelukmu seperti ini..tubuhmu yang hangat membuat kecemasanku berkurang"

Harin mempererat pelukan nya.

OLD SECRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang