i. narasi bisu menceritakan prahara

1.4K 153 149
                                    

N A R A S I
Jika narasi ini sampai
ke kalian, maka tolong, tolong
jangan menangisi kemalangan ku.

Lamat-lamat tubuh Halilintar merosot di atas lantai usai membanting pintu kamarnya dengan sangat kencang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lamat-lamat tubuh Halilintar merosot di atas lantai usai membanting pintu kamarnya dengan sangat kencang. Deguman keras yang bergema ke sepenjuru ruangan itu menghentikan acara di lantai bawah, mengganggu lebih tepatnya, membuat pintu kamarnya di gedor tak kalah kencang dari luar.

"PERGI, SIALAN! PERGI!" Teriak Halilintar geram. Manik merah itu memejam kuat-kuat. Mengusir rasa sakit yang menerjang ulu hatinya. Ini salah. Tetapi Halilintar punya hak untuk marah.

Lantas suara bariton yang tidak kalah geram menyusul, "Puas ngerusak acara adik-adik kamu? Puas?"

Halilintar menutup kedua telinganya dengan dua tangan. Kepalanya semakin tenggelam, merunduk, seolah-olah beban di pundaknya makin berat tiap waktu.

Gedoran di pintu tidak kunjung berhenti, malah menjadi-jadi. Bahkan, Halilintar mampu mendengar kerusuhan di depan kamarnya.

"Mama nggak mau ngomong gini, Hali. Tapi Mama beneran kecewa. Ini pertama kalinya Taufan sama Gempa ngerayain ulang tahunnya. Tapi kamu malah ngerusak acara. Kamu nggak mikirin perasaan mereka?" Suara itu lembut, mengalun seperti melodi indah. Halilintar menyukai bagaimana suara Ibunya tidak kalah bagus dari penyanyi ternama, tetapi Halilintar benci bagaimana suara itu menguarkan sindiran.

"JANGAN SAMPAI AYAH DOBRAK PINTU KAMU, SIALAN! BUKA! BICARA DI DEPAN AYAH!"

Muak. Rasanya Halilintar bisa muntah darah kapan saja saking bergejolaknya isi hatinya.

Mata yang memerah di sudut kelopak itu terbuka. Pancaran redup dari giok merah di maniknya bergulir, menatap bengis kepada semua orang yang berada di luar kamarnya.

Lantas amarah yang menggelegak bagai air mendidih membuatnya sontak berdiri, berbalik lalu membuka pintu yang terkunci dengan kasar.

PLAK

"Ini buat acara adik-adik kamu yang rusak."

PLAK

"Ini buat sikap bajingan kamu."

Membeku, udara seolah-olah berhenti beredar. Halilintar terpaku di depan pintu, hampir limbung, hampir jatuh karena tamparan dari Ayah di kedua pipinya. Panas, perih, tetapi bilah bibirnya justru menyunggingkan seringai. "Aku jadi bajingan juga karna kalian, kan?"

"Hali! Jangan kurang ajar──" Ibu hampir saja mengeluarkan amarahnya, tetapi si manik merah segera menyela tanpa memperdulikan ancaman yang akan menanti. "Ma, yang kurang ajar di sini bukan cuma aku. Kalian juga. Kalian sama bajingan nya kaya aku." Desis Halilintar.

Narasi: Stay With Me [ Halilintar ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang