xii. si tampan yang mengikatkan diri

542 112 80
                                    

N A R A S I
I'll do anything
for My sweetheart.


Dulu sekali, rasanya saat Halilintar baru menginjak smp, dia pernah bolos sekolah karena di ejek teman satu kelasnya.

Hari itu teriknya luar biasa panas. Seolah-olah neraka sedang membuat replika di dunia. Dan itu sebabnya Halilintar memilih jalan gang sempit yang lembab dan agak gelap, sampai akhirnya dia bertemu dengan onggokan manusia yang terbaring di tumpukan sampah.

"Hei, kamu kenapa tidur di sampah?" Tanya Halilintar usai mendekati orang yang berbaring di tumpukan sampah. "Mati, ya? Hei! Hei!" Dan dia mengguncang kaki orang itu dengan penasaran.

"... Akh──you dammit!"

"Aku apa?" Halilintar terkesiap, lantas sejurus kemudian menjadi marah. "Aku cuman nanya, ngapain pake segala nge gas!?"

Orang itu bangkit dari tumpukan sampah. Wajah babak belurnya dan sepasang mata biru lautan itu mengernyit marah, "Pergi! I don't need your help!" Erangnya marah bercampur kesakitan.

"Idih, siapa juga mau nolongin! Kepedean!" Balas Halilintar sengit. Sontak saja dia berlalu pongah, enggan melirik orang tadi.

Baru keluar gang beberapa menit, Halilintar lekas memburu masuk ke dalam gang tadi dengan wajah panik. Preman! Ada preman yang sedang nongkrong di luar gang! Dan sialnya Halilintar malah di incar sekarang!

"Heh, curut! Ke sini, nggak!?"

"Payah, anjir! Tangkep ajalah! Orang kaya keknya!"

Haduh, Ya Tuhan, Halilintar hanya ingin membolos dengan damai!

Halilintar makin berlari secepat kilat menyusuri gang sempit, tapi sedetik setelah berlalu di tumpukan sampah, dia kembali lagi untuk menyeret orang tadi untuk ikut berlari.

"Heh! Ngapain narik-narik!?" Si mata biru melotot, larinya tertatih-tatih karena lebam di kaki.

"P──preman!" Sahut Halilintar sembari menatap cemas ke belakang. Di sana masih ada tujuh preman yang mengejar.

"Kamu yang di kejar, kok aku ikut lari juga!?"

"Aku takut lari sendirian!"

"Jadi kamu mau ngajak di gebukin bareng-bareng!?"

"..."

Orang tadi menggeram frustasi, "Sumpah, ya! Kamu gila banget! Menderita kok ngajak ngajak!?"

Maka dengan insting yang kuat, orang tadi segera memimpin lari──malah dia yang menyeret Halilintar, bukan sebaliknya.

Seakan hapal, mereka berbelok-belok hingga akhirnya berada tepat di ujung tembok gang. Orang tadi segera melingkarkan tangan di pinggang si merah dan mengangkat Halilintar, lantas melemparnya hingga dia mencapai atas tembok dan naik ke sana.

Narasi: Stay With Me [ Halilintar ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang