N A R A S I
Kalian pembohong.
Solar tidak pernah semati ini. Bola matanya yang kerap memamerkan jutaaan binar galaksi penuh intimidasi kini malah menyorotkan kehampaan tanpa dasar.Kobaran jingga memantul di bola matanya, menggambarkan seberapa jelas sebuah api melalap salah satu bagian dari rumah sakit. Orang-orang hilir-mudik keluar dari rumah sakit. Semua pasien turut di evakuasi demi keamanan.
"PASIEN DI RUANG UGD MASIH DI DALAM, PAK!"
Hingga salah seorang perawat berteriak panik pada kerumunan. Mengingatkan beberapa orang pada satu orang yang masih belum nampak keberadaannya.
Halilintar.
Kerumunan berbisik-bisik samar, merapalkan frasa Halilintar, atau putra sulung presider Amato. Membuat gemetar kian jelas. Membuat paniknya kambuh. Membuat seluruh sukmanya runtuh.
Solar mati dalam kesunyiannya. Kaki gemetarnya tiba-tiba menerobos kerumunan, berlari secepat mungkin untuk masuk ke dalam rumah sakit yang hampir seperempat bagian telah terlalap api.
"HALILINTARRRRRR!"
Mengapa hanya menyisakan Halilintar? Semua pasien, tenaga kesehatan, cleaning service, bahkan satpam pun mampu di evakuasi entah dari lantai satu, dua, dan tiga──tapi tidak mampu mengevakuasi satu orang di ruangan lantai satu? Kebodohan macam apa ini?
Sirine damkar bersahutan bertalu-talu dari sepenjuru arah. Dan orang-orang gila di luar sana mencekal, mencegah Solar masuk ke dalam untuk menyelamatkan Halilintar.
Tak ayal sumpah Solar menyumpah serapah. Pemberontakannya justru menambah banyak orang yang berusaha menghentikan aksinya.
"Lepasin dia." Lantas Mara memecah kerumunan. Usai menitipkan si kembar pada dokter pribadi mereka, Mara bergegas mendekati remaja yang dia kenal.
"Tante──" Solar menangis pilu. Bersimpuh di dekat Mara, Ibunya Halilintar. Berharap ada setitik alasan untuk tetap berharap keselamatan sahabatnya. "Tante, kenapa jadi gini? Alin... tolong selametin Alin, Tante. Dia anak Tante, kan? Tolong..." Racauannya hanya menyisakan bungkam.
Mara memeluk Solar. Mendekapnya untuk meredam tangis serak atas kenyataan yang baru saja menampar telak kewarasan Solar.
Seluruh ruang UGD di lantai satu habis di lalap api.
Kobaran api baru berhenti usai lima mobil damkar di kerahkan ke tkp. Menanggalkan percikan kecil bara api, bau hangus, serta satu orang yang tidak bisa terselamatkan.
Mentari telah kehilangan Bulannya.
Solar kehilangan sahabatnya.
Dunia telah kehilangan porosnya.
•••
Hilir-mudik para perawat berseragam putih kini menjadi pemandangan baru. Ruang rawat──lebih terkesan seperti penjara kosong ini nampaknya akan menjadi rumah barunya untuk seterusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Narasi: Stay With Me [ Halilintar ]
FanficO N G O I N G "Ma, aku boleh egois, kan? aku juga manusia, nggak mungkin nggak sakit hati." Rasanya hidup selalu mempermainkan. Ini bukan salah Tuhan, bukan salah orang lain, juga bukan salah takdir──tetapi sumpah demi Tuhan, ini sangat sakit. B...