CHAPTER 6

1.7K 97 2
                                    

Zayn menatap Alister dan Revan secara bergantian. Masih ada ketakutan di dirinya. Tapi dilihat dari kemarin, mereka memperlakukannya dengan sangat baik. Jadi, tidak ada salahnya kan untuk mempercayai mereka. Semoga kali ini mereka benar benar menyayanginya.

Zayn mengangguk pelan. Meskipun ragu, tapi Zayn tetap mengiyakan

Alister dan Revan tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Mereka tersenyum senang "Terimakasih sayang. Daddy janji, daddy tidak akan mengecewakan baby" ujar Alister bahagia.

Alister mengecup dahi putranya beberapa saat. Seolah memberi tau bahwa ia sangat menyayanginya. Setelah itu, Revan juga ikut mengecup kedua pipi adiknya.

Perlakuan hangat ini yang selama ini Zayn dambakan akhirnya terwujud juga. Ia sangat bahagia saat ini.

Alister melirik jam yang melingkar di tangannya. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 08.20. sudah lumayan siang dan putranya belum makan.

"Sudah siang. Sekarang baby makan dulu ya." Ujar Alister.

Revan mengatur ranjang adiknya agar menjadi setengah duduk untuk memudahkan adiknya makan.

"Daddy ganti dulu masker oksigennya ya" ujar Alister sambil menyiapkan nasal nakula.

Zayn memang masih diwajibkan memakai masker oksigen karena saturasi oksigennya rendah, sehingga ketika tidak menggunakan oksigen Zayn akan sesak.

"Kenapa ga di buka aja ?" Tanya Zayn heran. Sungguh ia tidak nyaman dengan alat yang menutupi mukanya itu. Tapi Alister selalu membuatnya memakai itu.

Alister tersenyum sambil melanjutkan aktifitasnya.

"Karena baby masih membutuhkannya. Nanti jika baby sudah lebih baik dan tidak sesak baru boleh di buka."

Alister membenarkan nasal nakula yang dipakai putranya agar nyaman dan memastikannya terpasang dengan baik. Setelah dirasa cukup, Alister membawa mangkuk yang berisi bubur dan mulai mengambil sesendok kecil lalu mengarahkannya ke mulut Zayn.

Zayn tidak menolak. Ia menerima suapan dari Alister dengan baik. Zayn merasa bubur ini sangat hambar. Meskipun sudah ditemani dengan tumis sayur dan potongan daging, tetap saja rasanya hambar dan membuatnya sedikit mual.

"Dad, aku akan pergi ke kantor. Masih ada beberapa hal yang harus Revan kerjakan" ujar Revan saat adiknya sedang makan. Ia lupa waktu. Jam 9 nanti akan ada rapat penting dengan klien.

"Makanlah terlebih dahulu"

"Aku akan makan di kantor dad. Ini sudah siang"

"Baiklah. Jangan lupa makan"

Revan mengangguk. Ia beralih menatap adiknya dan tersenyum.

"Abang pergi dulu ya. Nanti malam abang pulang. Cepat sembuh adik kecil abang"

Zayn tersenyum "hati hati abang"

Revan mengecup dahi Zayn lalu melengang pergi.

Alister kembali menyodorkan kembali sesendok bubur dan Zayn kembali memakannya. Perutnya sangat tidak nyaman. Tapi ia tidak mau menolak suapan Alister. Ia takut Alister sedih. Atau bahkan Alister menganggap ia tidak butuh makan sehingga tidak akan memberinya makan lagi.

Baru juga Zayn mencoba menelan suapan sebelumnya, tapi perutnya semakin bergejolak. Zayn menutup mulutnya dengan erat menggunakan tangan yang tertancap jarum infus.

Alister yang melihat gerak gerik putranya pun khawatir.

"Kenapa hm ?" Tanya Alister. Ia menyimpan mangkuk bubur putranya di nakas.

ZAYN ; KELUARGA ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang