Semenjak kejadian hari itu, Zayn menjadi lebih pendiam. Sudah berbagai cara Alister dan anak anaknya lakukan untuk membujuk bungsu Dareska itu, namun hasilnya nihil. Itu membuat mereka khawatir.
Bahkan Elvan dan Calvin pun ikut turun tangan. Saat ini, si kembar bersama bungsu Dareska tentunya sedang berada di taman. Ide ini berasal dari Elvan. Meskipun dengan banyak huru hara perizinan adiknya untuk keluar mansion, akhirnya Alister memberi izin dengan catatan harus membawa bodyguard.
Mendengar cerita dari Revan yang katanya Zayn tidak mau banyak berinteraksi dengan mereka membuat Elvan berpikir untuk mengajak Zayn menenangkan diri. Kebetulan sore ini udara di taman begitu segar karena baru saja diguyur hujan. Itu juga yang membuat Alister sulit memberi izin.
Belum sampai situ, bahkan Zayn juga menolak dan lebih memilih untuk diam di kamar. Tapi entah bagaimana caranya mereka bisa membuat Zayn mau ikut bersama mereka.
"Mau duduk di sana ?" Tanya Calvin sambil menunjuk kursi yang menghadap ke danau yang begitu indah.
Zayn menggeleng lalu melangkah ke arah danau. Calvin ingin mencegahnya tapi Elvan memberi kode untuk membiarkannya. Akhirnya Elvan dan Calvin mengikuti ke mana Zayn melangkah.
Zayn berjongkok tepat di tepi danau diikuti Elvan dan Calvin. Tangannya bergerak untuk menyentuh dinginnya air danau yang jernih.
Elvan mengelus kepala Zayn. "Airnya dingin ?"
"Hm"
Elvan tersenyum kecil mendengar balasan si bungsu.
"Abang pergi dulu sebentar." Ujar Calvin lalu beranjak pergi meninggalkan mereka berdua. Sebelumnya, Calvin menyempatkan diri untuk mencium pipi tembam Zayn.
Setelah beberapa saat Elvan membiarkan Zayn bemarin air, akhirnya ia angkat bicara juga "Adek mau mendengar cerita abang ?"
Tapi Zayn tidak menjawab. Ia terus memainkan air danau itu. Meskipun begitu, telinganya mendengarkan perkataan Elvan.
Elvan memakluminya. Ia pun mulai bercerita.
"Dulu, saat adek hilang. Semua orang bersedih. Mommy yang meninggal dan adek yang entah di mana keberadaannya membuat kita semua terjebak dalam lubang kesedihan."
"Bertahun tahun kami menunggu kabar adek tapi hasilnya nihil. Meskipun daddy dan papa sudah mengerahkan bodyguard terbaiknya, tetap saja tidak membuahkan hasil."
"Sampai akhirnya Revan bertemu dengan baby tanpa di sengaja dan itu membawa celah baik untuk menemukan baby."
Zayn mulai tertarik dan berhenti memainkan air meskipun tangannya masih di dalam air.
"Daddy merahasiakannya. Daddy benar benar memastikan terlebih dahulu jika informasi itu benar sebelum keluarga Dareska tau. Sampai akhirnya daddy menjemput adek bersama Revan."
Elvan mengambil tangan adiknya yang ada di dalam air dan mengeringkannya menggunakan sapu tangan yang ia bawa.
"Kita duduk di sana."
Tangan adiknya sudah keriput karena kedinginan, oleh karena itu Elvan langsung meminta adiknya untuk duduk saja di kursi dekat danau.
Setelah mereka duduk, Elvan menggenggam kedua tangan Zayn dengan lembut agar adiknya tidak kedinginan.
"Ada yang ingin abang tanyakan."
Zayn menatap tangan kecilnya yang di genggam Elvan. Hangat, itu yang ia rasakan. Beberapa hari ini ia sering menolak berinteraksi dengan keluarganya. Membuatnya berada dalam kesepian. Tapi hari ini si kembar berhasil membawa Zayn.
"Saat daddy datang untuk menjemput adek, apakah adek memberi penolakan ?"
Zayn menatap mata Elvan lalu mengangguk.

KAMU SEDANG MEMBACA
ZAYN ; KELUARGA ?
Teen FictionFollow dulu sebelum baca yaww !! Penderitaan anak berumur 12 tahun yang hanya tau cara bekerja dan mencari uang. Hari harinya dihiasi dengan bentakan dan cacian. Belum lagi kekerasan yang harus ia terima. Membuatnya memiliki banyak trauma. Fisiknya...