CHAPTER 12

1.3K 115 13
                                    

Zayn terbangun karena merasa napasnya tak nyaman.

Tanpa sadar ia meremas tangan daddynya yang membuat Alister seketika terbangun dan langsung terduduk.

"Engg hh hh." Zayn masih menutup matanya tapi kerutan di dahinya terlihat sangat jelas bahwa anak itu menahan rasa sakitnya.

"Baby, can you listen me ?"

Alister menepuk nepuk pipi putranya pelan agar Zayn membuka matanya.

Zayn menatap Alister dengan sayu. "Eughh dad hh hh."

"It's okay baby, daddy disini."

Alister beranjak dari kasurnya. Ia segera mengambil oksigen portabel yang ada di kamarnya.

Semenjak Alister tahu putranya kembali sakit, ia menyimpan banyak oksigen portabel di setiap sudut ruangan. Ia juga belajar beberapa pertolongan pertama untuk Zayn pada adiknya jika Zayn collapse.

Alister mengatur kadar oksigen yang akan diberikan pada Zayn. Setelah dirasa cukup, ia mengangkat Zayn dengan perlahan agar Zayn duduk bersandar padanya.

Dengan cepat, Alister memasangkan masker oksigen pada putranya.

"Stt it's okay baby, all will be fine."

Alister memegang tangan Zayn yang tadinya meremas dadanya. Ia bisa merasakan tangan putranya yang dingin.

"Bernapas dengan baik sayang."

Alister mulai menuntun putranya agar mengatur napasnya yang berantakan.

Setelah beberapa saat, napas Zayn mulai teratur. Alister tersenyum lega. Ia mengecup dahi putranya lumayan lama. Menyampaikan perasaannya yang begitu menyayangi putra bungsunya.

"Good job baby."

Alister mengambil obat yang ada di nakas samping tempat tidurnya. Mengeluarkan beberapa dan memberikannya pada Zayn.

"Minumlah."

Zayn menurut saja. Lagi pula ia tau setelah memakan obat itu biasanya bisa membantu menghilangkan rasa sakit yang ada.

Sementara Zayn menatap Alister dengan tatapan sendu. Ia memang selalu seperti ini di malam hari. Tapi ia selalu berusaha sendiri tanpa meminta bantuan pada orang lain.

Tapi sekarang, ia tidak sendiri lagi. Ia punya daddy dan abang abang yang selalu memperhatikannya. Tapi rasanya tak nyaman jika selalu mengganggu aktivitas mereka demi dirinya yang sakit sakitan.

"Maaf daddy, adek membangunkan daddy." Ujar Zayn dengan pelan. Suaranya kurang jelas karena tertutup masker oksigen, tapi Alister masih bisa memahaminya.

"It's okay baby. Daddy tidak apa apa. Tidak perlu menangis hm."

Alister tahu ini berat untuk putranya. Zayn tidak pernah bisa tertidur dengan nyenyak. Bahkan sebenarnya saat Zayn tidur sendiri, mereka bergantian melihat keadaan Zayn di malam hari. Ditakutkan hal tak terduga terjadi tiba tiba.

Sebenarnya Zayn bersyukur beberapa malam terakhir ini ia bisa tidur dengan nyenyak. Tapi entah kenapa malam ini sesak itu kembali menyudutkannya.

Daddynya bangun tengah malam karenanya.

"Tidak perlu dipikirkan, sekarang lebih baik baby kembali istirahat."

"Turunin adek dad."

"Tidak, baby tidur disini saja agar tidak sesak."

"Tapi adek kan berat."

"Putra daddy ini harus menaikkan berat badan. Kau seringan kapas."

Zayn merenggut kesal, namun ia tak lagi membalas daddynya. Tubuhnya terasa sangat lelah. Ia mencari posisi yang nyaman dengan memeluk daddynya.

ZAYN ; KELUARGA ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang