CHAPTER 9

1.3K 87 1
                                    

Mobil mewah itu berhenti tepat di pekarangan mansion Dareska. Bram keluar terlebih dahulu lalu membukakan pintu untuk tuannya.

Alister keluar dengan perlahan dengan Zayn yang tertidur di gendongan koalanya.

Alister bisa melihat putra keduanya berjalan dengan langkah tergesa ke arahnya. Kenzie aroon Dareska putra kedua pasangan Alister dan Manda. Umurnya sudah menginjak 23 tahun. di umurnya yang sekarang, Kenzie sudah diberi kepercayaan oleh Alister untuk mengurus beberapa perusahaan cabang. Oleh karena itu, Kenzie jarang pulang ke mansion. Lagi pula untuk apa ia pulang ke mansion toh saudara dan daddy nya selalu disibukkan dengan urusan mereka masing masing.

'Tumben.' pikir Alister.

Alister membalikkan badan melihat Kenzie akan membawa putranya. Kenzie menatap datar daddynya. Ia sungguh kesal karena Alister menyembunyikan informasi sebesar ini. Kenzie yakin jika abang tertuanya tau, pasti abangnya sangat marah.

"Berikan."

"Tertidur."

"Akan ku tidurkan di kamarku." jawab Kenzie dengan cepat.

Alister menghela napas melihat sikap putranya. Ia tau ia salah, tapi Zayn berbeda. Semoga putra kecilnya bisa cepat beradaptasi.

"Bersikaplah lembut. Adikmu sangat rapuh."

"Hm."

Kenzie mulai membawa Zayn dengan perlahan lalu bergegas membawanya.

Sesampainya di kamar yang bercat abu terang, Kenzie menidurkan adiknya dengan perlahan di kasur king size nya. Kenzie menyelimuti adiknya sebatas dada dan juga menata bantal di samping kanan dan kiri Zayn agar adiknya tidak terjatuh.

Zayn mencari posisi yang nyaman, ia memasukkan jempolnya ke dalam mulut dan memiringkan badannya ke arah Kenzie. Sebenarnya Zayn terbangun, tapi si kecil merasa tubuhnya masih lumayan lemas sehingga ia memutuskan untuk tidak membuka matanya dan mengikuti saja ke mana ia akan dibawa.

Melihat perubahan posisi si bungsu, Kenzie menggigit pipi dalamnya untuk menahan gemas. Adiknya benar benar masih bayi. Meskipun ia kesal karena tak bisa menemani masa kecilnya, tapi ia bersyukur akhirnya setelah sekian lama, Zayn berhasil ditemukan.

Kenzie mengambil ponselnya dan memotret adiknya dalam diam. Setelahnya ia mengirimkan hasilnya pada orang yang terpaut 2 tahun lebih tua darinya.

"Kau masih tidak mau pulang bang ?"

***

Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 1 siang tapi si empu tak kunjung bangun dan semakin menyelami alam mimpinya.

Tadi Alister sudah menyuruh Kenzie untuk segera turun dan membangunkan si kecil untuk makan siang. Zayn yang masih di masa pemulihan harus tetap meminum obatnya dan tidak boleh terlewatkan.

"Bayi." Kenzie memanggil adiknya dengan lembut. Ia juga mengusap pipi adiknya secara perlahan membuat si empu terganggu dari tidurnya.

Zayn mulai membuka matanya secara perlahan, tangannya terangkat untuk mengucek matanya namun di tahan oleh seseorang. Zayn masih belum sadar sepenuhnya dan belum menyadari keberadaan Kenzie.

"Jangan dikucek bayi."

Zayn baru sadar, sekarang ia bukan bersama daddynya ataupun Revan. Setelah mengedipkan matanya beberapa kali, akhirnya ia bisa dengan jelas melihat orang yang membangunkannya. Ia menatap sekelilingnya. Ia berada di kamar yang begitu luas yang terlihat begitu mewah tapi tak berlebihan. Apakah dia baru saja diculik ?

Zayn terduduk dan sedikit memundurkan badannya saat melihat seseorang di depannya. Wajahnya yang tegas dangan tatapan yang terlihat datar membuat Zayn sedikit takut. Ditambah ia tidak tau sedang berada di mana.

ZAYN ; KELUARGA ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang