Sean Daren Dareska. Putra ke empat Alister dan Amanda. Usianya sudah menginjak 17 tahun dan di tahun ini ia menjabat sebagai ketua OSIS.
Terhitung 3 hari sudah Sean mengikuti camp dan hari ini, ia bisa pulang setelah berhari hari di sibukkan dengan berbagai laporan masalah camp. Mulai dari kekurangan tenda, acara yang keos, dan lainnya.
Jika tau akan se kacau ini acaranya, dari awal akan Sean serahkan pada teman dekatnya saja. Ketua yang tak tau malu. Sudah membuat banyak masalah, tidak mencari solusi pula.
Sean berniat untuk pulang dan mengistirahatkan tubuhnya. Ia cukupkan sampai disini huru hara acara ini. Akan ia evaluasi kembali di esok hari. Karna jika dilanjutkan hari ini juga sudah bisa dipastikan semuanya akan kena semprot bahkan babak belur. Arga sebagai wakil ketua OSIS berhasil membujuk Sean untuk melanjutkan evaluasi besok agar setidaknya Sean bisa meredakan amarahnya dulu.
Tapi siapa sangka sesampainya di mansion emosinya semakin memuncak. Ada anak kecil yang berani duduk di bangku mommynya. Ia benci itu. Tidak ada yang diizinkan mengisi bangku itu kecuali dirinya. Itupun saat ada kumpul keluarga saja.
Sesaat tatapannya kosong. Tiba tiba kenangan masa lalu bersama mommynya terulang bak kaset rusak. Sean merindukan adik kecilnya yang mirip dengan mommynya.
Sean sudah tidak kuat menahannya. Ia ingin beristirahat sejenak.
Sorot mata yang awalnya kosong, seketika berubah menjadi datar dengan kilatan marah.
"Siapa kau ?!" Ujar lelaki itu dengan keras dan penuh penekanan. Membuat yang ditanya terkejut sampai menjatuhkan sendoknya.
"M-ma-af."
"Siapa nama ibumu ?! Apakah kau tidak diajarkan sopan santun ?! DAN SIAPA YANG MENGIZINKAN MU UNTUK MAKAN DI SINI HAH ?!!" Emosi pria itu kian memuncak kala sendok yang di pegang Zayn jatuh dan membuat susu berceceran di sana.
Ingin rasanya ia memukul anak itu tapi ada sesuatu yang menahannya.
"M-ma-af m-maaf."
Sementara pria itu menatap tanpa minat. "Kau membuat nafsu makan ku hilang !"
Tubuh Sean melangkah dengan cepat menuju kamarnya. Sesampainya di kamar bernuansa hitam, ia melempar tasnya sembarang.
Ia memukuli tubuhnya sendiri.
"Sialan ! Kapan kau bisa menyuarakan isi hatimu hah ?! Haruskan aku yang selalu mengatakannya ?? Jangan harap kau baik baik saja saat kembali nanti."
Apakah kalian bisa menebak ?
Itu bukan Sean. Itu Rasen, orang yang menguasai raganya ketika ia lelah dengan kehidupannya.
Sedari tadi, Sean sudah menahan dirinya agar Rasen tidak muncul dan bertemu banyak orang di camp. Tapi ternyata akhirnya ia kalah sesampainya di mansion.
Untung saja Sean masih bisa menahan Rasen untuk tidak melukai anak yang yang ada di meja makan. Sean menahannya karna ia merasakan hal aneh saat melihat wajah anak kecil itu.
Ada rasa yang muncul untuk melindunginya meskipun ia tak kau siapa orang itu.
Dan saat sampai di kamarnya, Sean benar benar melepaskan kendalinya. Ia membiarkan Rasen berbuat sesukanya agar ia bisa beristirahat sejenak.
Tapi kali ini Rasen bertindak lebih. Rasen melukai tubuh Sean hanya karna amarahnya tak terpenuhi untuk melukai anak itu.
***
Alister benar benar menyelesaikan meeting dengan cepat. Ia langsung menelpon Zayn saat keluar dari ruangan. Tapi teleponnya tidak dijawab. Alister segera membuka laptopnya untuk mengecek CCTV.

KAMU SEDANG MEMBACA
ZAYN ; KELUARGA ?
Teen FictionFollow dulu sebelum baca yaww !! Penderitaan anak berumur 12 tahun yang hanya tau cara bekerja dan mencari uang. Hari harinya dihiasi dengan bentakan dan cacian. Belum lagi kekerasan yang harus ia terima. Membuatnya memiliki banyak trauma. Fisiknya...