CHAPTER 11

1.3K 97 5
                                    

Zayn memiringkan kepalanya saat ia mulai bingung dengan arahan yang diberikan oleh Bram tentang cara penggunaan ponsel barunya.

"Begitu caranya tuan kecil. Sekarang coba tuan muda menelpon saya." Ujar Bram. Ia ingin tahu apakah majikannya itu sudah benar benar faham atau belum.

Selain nomor keluarganya, di ponsel Zayn juga ada nomor Bram untuk berjaga jaga.

Bram memberikan ponsel itu pada tuannya, tanpa sengaja ia bersentuhan dengan kulit tuan kecilnya yang terasa begitu dingin. Bram memastikan dengan memegang tangan dan kaki Zayn.

"Tuan kecil apa anda merasa dingin ?"

Zayn menyengir tak berdosa. "Iya om hehe."

Bram menggeleng pelan dan langsung menyambar Hoodie milik Zayn yang ada "Kenapa tidak memberitahu saya sedari tadi tuan kecil ?"

"Engg gapapa hehe. Zayn masih bisa tahan kok !" Ujar Zayn dengan gembira agar orang di depannya ini tidak khawatir.

Bram segera mengatur ulang suhu AC di ruangan Alister. Dengan gerakan cepat ia menyambar Hoodie yang ada di sofa lalu membantu memakaikannya.

"Lain kali, katakan saja jika tuan kecil merasa tidak nyaman."

"Iya om."

"Bagaimana sudah nyaman ?"

Zayn menganggukkan kepalanya.

"Sekarang, coba tuan kecil telpon saya."

Zayn mulai mencoba menelpon tangan kanan daddynya itu.

Ia masih meraba raba bagian mana yang harus ia tekan. Beberapa saat kemudian, terdengar panggilan masuk dari ponsel Bram membuat mata Zayn berbinar.

"Yeyy Zayn bisa pakenya ! Terimakasih om !"

"Kembali kasih tuan kecil."

Zayn menyimpan ponselnya lalu menatap sekeliling.

"Tuan kecil ingin buah ?"

"Emm!" Zayn mengangguk lucu.

"Baiklah, saya tinggal dulu sebentar. Jika butuh sesuatu, telpon saya saja."

"Oke om !"

Bram mulai keluar dari ruangan itu. Sementara Zayn berjalan menuju bagian dinding ruangan yang langsung menyuguhkan pemandangan kota yang begitu ramai. Banyak sekali aktivitas di sana.

Zayn tersenyum, tapi pikirannya berkecamuk. Ia begitu senang bisa bertemu kembali dengan keluarga kandungnya. Tapi disisi lain ia juga takut orang yang selalu memberikan pukulan dan bentakan pada dirinya kembali. Ia juga takut keluarganya ada yang tidak menerimanya dan berakhir ia mendapatkan kekerasan kembali.

Zayn lelah, ingin beristirahat sejenak. Ingin lari dari kenyataan bahwa dirinya selalu lemah. Ia tidak mau menyusahkan orang lain. Tapi, ia juga bingung harus berpegang pada siapa saat ia runtuh. Apakah keluarganya benar benar menerimanya, atau hanya sebagai formalitas ?

"Tuan kecil ?"

"Tuan kecil anda baik baik saja ?" Tanya Bram khawatir.

Bram sudah beberapa menit yang lalu berdiri di sana. Ia juga memanggil manggil majikannya. Tapi tak ada respon yang ia dapat.

Akhirnya ia memberanikan diri untuk memegang kedua bahu tuan kecilnya itu.

Ternyata respon yang diberikan Zayn diluar dugannya. Zayn terperenjat kaget sampai jantungnya berdetak tak karuan. Tanpa sadar ia mencengkram dadanya dengan nafas yang memburu. Zayn memejamkan matanya untuk mencoba menghalau rasa sakit yang begitu tiba tiba ini.

ZAYN ; KELUARGA ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang