18:: SENDIRIAN DALAM KERAMAIAN
Malam hari-nya seluruh anggota keluarga Roderick, berkumpul dimeja makan, Xelif hanya diam saat melihat Felix dan Nenek nya terlihat akrab.
Sebenarnya sedari dulu, Xelif selalu berpikir bahwa Kakek dan Nenek nya membenci dirinya. "Om Alle mau makan ikan itu!" Ucap Gisalle sambil menunjuk makanan.
Xelif tersenyum lalu mengambilkan ikan yang Gisalle tunjuk. "Makacihh Om" Ucap Gisalle sambil tersenyum.
Xelif hanya mengangguk, lalu mulai memakan makanan-nya. Setelah selesai mereka semua berkumpul di ruang tamu. "Lant, sebaik-nya perusahan mu kau warisan kan saja pada Felix" Ucap Kakek.
Deg.
Xelif yang mendengar itu terkejut, begitu juga dengan anggota keluarga yang lain, yang terkejut dengan ucapan sang Kakek. "Tapi Ayah, bukan-nya anak pertama yang berhak mewarisi peruhaan!?" Ucap Lant.
"Ya kau memang benar, tapi Ayah rasa Felix lebih berhak dari pada Xelif" Ucap Geond.
"Ibu setuju, menurut Ibu Felix lebih berhak atas perusahaan mu dari pada Xelif" Ucap Tiara Ibu dari Lant.
Xelif mengepalkan tangan-nya berusaha supaya tidak terpancing emosi. "Aku tidak setuju Ayah, Perusahaan akan tetap ku warisan kan pada Xelif" Ucap Lant mutlak.
"Lant jika kau lupa, aku masih punya hak atas perusahaan itu, berarti aku juga berhak menentukan orang yang akan meneruskan Perusahaan" Ucap Geond sambil meminum teh-nya.
Lant diam dia tidak bisa berkata kata lagi. "Bagimana Felix apa kau mau?" Tanya Geond.
Felix tidak menjawab dia melihat kearah Xelif dengan tatapan bersalah. "Kau tenang saja Xelif pasti tidak keberatan jika kau mengambil alih hak waris" Ucap Tiara sambil tersenyum.
Tes...
Gisalle yang merasa rambutnya basah, langsung melihat keatas dan menemu kan Xelif yang sedang menangis. "Om..." lirih Gisalle.
Xelif tersenyum lalu menurunkan Gisalle dari pangkuan-nya, dia berdiri lalu langsung pergi dari sana. "Omm Aka!!" Teriak Gisalle lalu berjalan menyusul Xelif.
"Alle!! Kamu mau kemana!?" Teriak Davin Ayah dari Gisalle. Gisalle tidak menjawab dia terus berlari menyusul Gisalle.
***
Xelif berhenti dirooftop rumah-nya. "Jahat... kenapa Nenek dan Kakek gak bisa sayang sama Xelif... hiks..." Guman Xelif pelan.
"Kalau kau capek... kau bisa lari kearah ku... aku selalu ada dibelakang mu... mendukung mu dari jauh..."
Ucapan dari Arlex terus berputar dikepalanya, tangan-ya bergerak menggulang lengan baju-nya lalu menatap bekas gigitan Arlex. "Heli... aku butuh kamu... aku butuh pelukan kamu..." Ucap Xelif pelan.
"Omm Aka..."
Xelif berbalik menatap seseorang yang baru saja menarik ujung bajunya. "Ah Alle ngapain kesini?" Tanya Xelif sambil menghapus air matanya.
"Om Aka peyukkk" Ucap Gisalle sambil merentangkan tangan-nya.
Xelif tersenyum, dia berjongkok lalu memeluk Gisalle erat. "Om jangan nangis agie ya? Alle nda mau liat Om nangis" Ucap Gisalle lalu melepaskan pelukan itu. "Alle Cayang cama Om Aka!" Ucap Gisalle.
Xelif tersenyum, tangan-nya bergerak mencubit pipi Gisalle gemas. "Iyaa Om gak nangis lagi kok, Om juga sayanggg banget sama Alle" Ucap Xelif sambil tersenyum hangat.
"Janji gak bakal nangis lagi?" Ucap Gisalle sambil mengacungkang jari kelingking nya.
Xelif tersenyum lalu menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Gisalle yang lebih kecil dari-nya. "Alle cayangg sama Omm... Om harus sehat sehat ya?" Ucap Gisalle.