"Hei, Nic. Nicole."
Aku merasakan seseorang memanggil namaku disertai tepukan kecil di pipi kananku. Secara perlahan aku membuka kedua mataku dan berusaha menghilangkan kantukku.
Eh, tunggu ... kantuk?
Apa aku ketiduran?
Segera setelah aku membuka mata, pengelihatanku disuguhkan dengan sepasang mata cokelat milik Jill, tersirat sedikit kecemasan di matanya. Rambut pirangnya yang panjang tampak berantakan. Mungkin dia baru terbangun dari tidurnya.
Aku melayangkan pandangan ke arah sekitar. Cahaya matahari sudah mulai menyengat kulitku. Kulirik jam tanganku, rupanya sekarang sudah jam delapan pagi. Sial, aku sudah tertidur lama sekali.
Tunggu dulu, sepertinya ada yang kurang. Kemarin aku ketiduran, tapi aku ketiduran karena apa? Tunggu ... kemarin kan Jill terlelap di pangkuanku karena dia lapar, jadi Thomas dan Pak Benson pergi mencari ... Ah! Kenapa aku bisa lupa?
"Jill, apa Pak Benson dan Tom sudah kembali?" tanyaku.
Jill menggeleng, lalu menunduk. Beberapa tetesan airmata jatuh di atas celana jeans-nya yang sudah kumal. Aku mengelus pelan puncak kepalanya, berusaha menenangkannya walaupun pikiranku sendiri berkecamuk di otakku.
Ini benar-benar gawat, Pak Benson dan Thomas belum kembali setelah berjam-jam. Pasti sesuatu yang buruk terjadi di sana. Oh, ataukah ... mereka meninggalkan kami?
Tidak.
Itu tidak mungkin. Aku kenal baik dengan Thomas, dia tidak mungkin melakukan hal semacam itu.
Tapi bagaimana jika Pak Benson melukai—atau membunuh—Thomas? Bagaimana jika Pak Benson hanya memanfaatkan kami untuk membantunya pergi dari pulau ini sendiri?
Tidak. Itu tidak mungkin terjadi, tidak boleh. Kutepis semua pikiran burukku. Kini, yang harus kami lakukan adalah menyusul mereka. Aku rasa setelah tidur tenagaku sudah terisi kembali. Yah, memang tidak sampai penuh, tapi aku yakin itu cukup. Tapi ...
bagaimana dengan Jill?
"Jill, aku rasa kita harus menyusul Tom dan Pak Benson. Apa kau masih kuat?" tanyaku langsung.
Jill mengangguk.
"Kau yakin kan, Jill?"
"Iya, aku yakin," jawabnya. Dia mendongak dan menatapku sambil tersenyum, "Kurasa kemarin malam aku hanya lelah, bukan lapar. Sekarang aku sudah lumayan kuat," sambungnya. Baguslah, kini Jill sudah bersikap sedikit dewasa dan mulai mengurangi rasa takutnya.
Kami mengecek persediaan peluru. Punyaku jelas masih penuh karena aku tidak ada menggunakan senapanku sejak kemarin, dan untungnya peluru cadanganku masih penuh.
"Pak Benson dan Tom kemarin pergi ke arah mana ya?" tanya Jill. Wajar saja dia tidak tahu, kemarin dia sudah setengah tidak sadar.
Aku memperhatikan jalanan tandus dari balik semak. Aku hanya ingat kalau mereka pergi ke Barat. Masalahnya adalah, aku lupa kemana arah Barat.
"Aku hanya ingat mereka pergi ke Barat, tapi aku tidak tahu kemana arah Barat," jawabku. Aku menoleh ke ujung kanan dan kiri jalan, instingku mengatakan mereka pergi ke arah kanan.
Setelah menimang-nimang beberapa saat, aku memutuskan untuk pergi ke arah kanan. Semoga saja pilihanku ini benar.
"Ayo, Jill. Kurasa mereka pergi ke arah kanan," kataku seraya berdiri dan membersihkan celanaku dari sisa tanah yang menempel. Jill mengangguk dan mengikuti apa yang kulakukan.
Aku melirik ke arah kiri dan kanan jalan, mengecek kalau-kalau ada monster berlendir yang menjijikan itu atau pihak ilmuwan. Untungnya tidak ada siapapun—atau apapun—yang mengharuskanku menggunakan senapan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beast
AdventureNicole dan teman-temannya sedang berlibur di pulau pribadi milik Patrick. Orangtua Patrick merupakan seorang ilmuwan yang sedang mengerjakan sebuah proyek rahasia di pulau yang sama tempat mereka berlibur. Siapa yang menyangka ternyata proyek rahasi...