9. The Plan

2.4K 175 13
                                    

Aku mengernyit. Sekali lagi penjaga itu merahasiakan sesuatu dari kami. Ekspresi Pak Benson menyiratkan bahwa ia akan baik-baik saja. Tapi aku tak yakin akan hal itu. Begitu mereka pergi dari penjara, aku, Thomas, dan Jill segera berunding.

"Menurut kalian apa yang akan dilakukan mereka kepada Pak Benson?" tanyaku. Aku memandangi Thomas dan Jill bergantian. Thomas terlihat sedang berpikir, sementara Jill terlihat sangat cemas.

"Kita tidak bisa kabur dari sel ini. Jadi tak ada yang bisa kita lakukan. Tapi kita bisa kabur jika mereka sudah membukakan selnya. Jadi sebaiknya kita merencanakan pelarian kita," Thomas membuka suara.

"Tapi kita tidak mengetahui banyak soal lab ini. Bagaimana kita bisa kabur jika kita bahkan tidak tahu mana pintu keluarnya?" tanya Jill.

"Aku yakin Pak Benson tahu seluk beluk laboratorium ini. Jadi, kita akan mengajaknya serta dalam pelarian ini," jawab Thomas mantap. Ekspresinya menunjukkan rasa percaya diri yang tinggi. Sejujurnya Thomas itu benar-benar aneh, terkadang dia terlihat malu-malu namun kadang dia juga terlihat sangat percaya diri.

Sambil menunggu Pak Benson kami merencanakan tentang pelarian kami. Thomas tak henti-hentinya mengingatkan kami jika ada yang masih kurang dimengerti silakan tanyakan kepadanya.

Aku menunggu kedatangan penjaga botak itu dengan cemas. Berharap bahwa dia akan kembali membawa Pak Benson. Memang, kami juga sudah menyiapkan rencana cadangan jika Pak Benson tidak kembali bersama penjaga itu. Tapi lebih baik dan lebih mudah jika menggunakan rencana awal.

Samar-samar aku mendengar langkah kaki beberapa orang. Aku harap itu mereka. Beberapa orang memasuki penjara sambil membawa Pak Benson yang terlihat sedikit linglung. Hanya ada seorang tentara yang mengawal mereka.

Penjaga botak itu membuka sel Pak Benson dan memasukkannya secara kasar. Kemudian dia mengunci pintu sel itu dan beralih menuju sel kami.

"Siapa yang bernama Thomas Crumb di sini? Dia yang mendapatkan giliran pertama diantara kalian," tanyanya masam. Thomas berjalan mendekati pintu sel secara perlahan.

Penjaga botak itu membuka sel dan menarik Thomas keluar. Dia mengunci sel kami dengan susah payah. Lubang kunci sel kami memang sedikit rusak saat akan dikunci.

Sesuai rencana, Thomas berpura-pura mengikat tali sepatunya yang lepas. Penjaga botak itu tidak menghiraukan Thomas. Sementara tentara itu malah memandangi kami yang ada di dalam sel.

Dengan gerakan yang sangat cepat aku membuka paksa pintu sel yang belum terkunci dengan benar itu. Penjaga itu terlihat kaget, sementara tentara itu menodongkan senjatanya ke arahku.

Penjaga dan tentara itu mengawasiku. Tetapi mereka tidak sedikit pun menghiraukan keberadaan Thomas.

Ini kesempatan Thomas!

Thomas berdiri lalu menendang kemaluan tentara itu dengan kuat. Tentara itu pingsan dan menjatuhkan senjatanya. Thomas segera mengambil senjatanya. Penjaga botak itu membelalakkan matanya. Dia mengalihkan perhatiannya dariku menuju Thomas. Melihat kesempatan itu aku membuka paksa pintu sel yang belum terkunci dengan benar itu dengan kuat.

Berhasil! Pintu sel itu terbuka. Aku melayangkan tinjuku ke arah tenggorokan penjaga botak itu hingga dia terjatuh.

"Be-beraninya—uhuk—kalian!" umpat penjaga botak itu. Aku memukul perutnya dengan keras. Seketika itu dia jatuh pingsan.

Kami memasukkan penjaga dan tentara itu ke dalam sel dan menguncinya dengan cepat. Kemudian kami membukakan pintu sel Pak Benson. Dia terlihat lebih baik. Thomas memberikan senapan tadi kepada Pak Benson. Sudah jelas bahwa Pak Benson yang lebih pandai menggunakannya.

BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang