4. Confused

2.5K 197 12
                                    

Hai!
Ini dia chapter keempat dari BEAST!
Jika ada salah penulisan silakan comment! :)
-----------------------------------

Aku terperanjat.

Wanita itu adalah Ibu Patrick? Apa yang terjadi padanya?

Aku melirik Patrick, rupanya dia sama terkejutnya sepertiku.

"I-Ibu, apa y-yang terjadi?" tanya Patrick kepada wanita itu.

Sosok yang ditanya hanya menggeram. Hal ini membuat kami semua semakin bingung.

"Apa yang harus kita lakukan? Haruskah kita membunuhnya?" tanya Ed.

"Jangan bicara sembarangan! Dia itu Ibuku! Kalian tidak boleh membunuhnya!" sergah Patrick.

Tanpa disangka-sangka Ibu Patrick menyergap seorang gadis yang ada di dekatnya. Gadis itu adalah Lisa, tukang masak yang ada di villa.

Lisa terlihat panik, dia mencoba menembakkan senapannya ke arah Ibu Patrick.

Tapi tembakkannya meleset dan mengenai pohon besar yang ada di belakang Ibu Patrick. Pohon itu pun tumbang.

Senjata Lisa terjatuh. Melihat kesempatan itu Ibu Patrick langsung menggigit bahu Lisa.

Kami semua serempak menembaki Ibu Patrick.

Tapi terlambat, Lisa tak tertolong.

"Apa yang kalian lakukan kepada Ibuku!!" Patrick menjerit. Dia menghampiri tubuh Ibunya yang penuh dengan darah.

Beberapa orang menghampiri tubuh Lisa yang terkulai tak berdaya.

Kate memelukku. Dia terlihat sangat takut. Di pipinya terlihat beberapa bulir air mata.

Kami memutuskan untuk mengubur jasad mereka dengan layak.

"Jika ini semua bukan karena kalian, Ibuku tidak akan mati!!" Patrick berkata marah.

"Patrick! Tidakkah kau lihat apa yang dilakukan Ibumu kepada Lisa?!" Bibi Tia membalas perkataan Patrick.

Bibi Tia terlihat sangat sedih dan terpukul karena kehilangan anak gadis yang sangat disayanginya itu.

"Patrick, coba kau tenang dulu." kata Ed. Ia berusaha menenangkan Patrick.

Kami kembali berjalan ke tengah hutan sembari mendiskusikan apa yang telah terjadi tadi.

***

"Mungkin Ibu Patrick terkena sebuah penyakit." kata Ed sambil mengunyah roti.

Kami menikmati makan malam kami di tengah hutan.

Makanan yang kami makan semuanya adalah makanan kalengan dan roti.

Tidak ada yang membawa makanan yang perlu dimasak.

Kami tidak menyalakan api unggun karena takut itu akan mengundang perhatian hewan liar.

Aku menyarankan bahwa seharusnya kita tidur di atas pohon seperti yang Katniss lakukan di film Hunger Games.

Tapi semua pohon yang ada di hutan ini terlihat amat sangat lemah. Bahkan pohon yang sangat besar sekalipun.

Ini benar-benar aneh.

Akhirnya kami memutuskan untuk tidur dengan menggunakan kantong tidur. Kami tidak ingin mendirikan tenda karena kami akan kesulitan untuk membenahi tendanya jika ada bahaya datang.

Untung saja saat itu musim panas. Jadi saat malam tidak terlalu dingin.

Saat kami tidur, para pria akan bergantian berjaga.

BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang