13. Explanation

1.3K 111 4
                                    



Oke, mungkin kalian udah lupa ceritanya kayak apa. Maka dari itu, aku bakal ngasi ringkasannya sedikit:

Nicole dan teman-temannya pergi berlibur di pulau milik orangtua Patrick. Ternyata, percobaan senjata biologis orangtua Patrick meledak dan menyebar ke seluruh pulau. Percobaan-percobaan mereka yang lainnya terinfeksi dan menjadi monster. Tidak hanya itu, para manusia satu persatu mati karena diserang monster dan bahkan ada yang dibunuh oleh temannya sendiri. Mereka yang masih hidup (Nicole, Thomas, dan Jill) pergi ke pantai yang ada di Utara, di mana kapal yang akan menyelamatkan mereka berada. Di tengah perjalanan, mereka ditangkap oleh pihak ilmuwan. Rupanya, di penjara mereka bertemu dengan Pak Benson yang mereka kira sudah mati. Mereka berempat kabur, tetapi mereka mencari makanan terlebih dahulu di dalam lab. Jill dan Nicole menunggu, sementara para laki-laki mencari. Karena tak kunjung kembali, para perempuan mencari-cari keberadaan Thomas dan Pak Benson. Mereka menemukannya di sebuah gudang penyimpanan makanan.

***

Laki-laki di depanku ini tampak berantakan, ah tidak, maksudku lebih berantakan dari terakhir kali aku melihatnya. Rambut acak-acakan dengan beberapa butir tanah di sela-selanya, wajah kusam, dan mata yang tampak sedikit sayu. Belum lagi memar-memar dan luka-luka yang ada di tangan dan wajahnya. Sebersit rasa khawatir muncul di benakku. Apa yang sudah terjadi?

"Apa yang terjadi? Dimana Pak Benson?" tanyaku, membuka pembicaraan.

Thomas menggerakkan kepalanya dengan gelisah. Dia menghela napas perlahan kemudian berkata, "Kemari, biar kutunjukkan."

Segera setelahnya, Thomas membalikkan badannya dan berjalan ke tempat dia muncul tadi. Aku mengikutinya melewati tumpukan kardus dan rak-rak kayu yang berisi roti dan jus jeruk.

Langkah kami terhenti ketika sudah sampai di sudut ruangan ini. Di sana, ada seorang pria tua yang terbaring lemah di atas tumpukan kardus bekas makanan yang sudah dibentuk menyerupai kasur. Sekujur tubuhnya penuh dengan luka memar, dan ada beberapa bekas goresan. Jika aku melihat pria itu di tempat dan waktu yang berbeda, pasti aku sudah mengiranya gelandangan.

Apa yang terjadi dengan Pak Benson? Apakah dia digigit monster? Ataukah dia ... mati? Keringat mulai mengalir turun dari keningku, entah ini keringat karena kelelahan atau rasa cemas. Jika Pak Benson mati, siapa yang akan membantu kami keluar dari pulau sialan ini?

"Apa yang terjadi?" tanyaku dari balik punggung Thomas. Aku terlalu takut untuk mendekati Pak Benson, seakan-akan dia akan terbangun secara tiba-tiba dan menyerangku.

"Begini, awalnya kami diserang oleh beberapa monster, tapi kami bisa mengatasinya. Nah, saat kami mencapai gedung ini, ada beberapa orang di gerbang beberapa berpakaian putih lusuh, dan sisanya berjas rapi. Aku dan Pak Benson segera lari ke semak-semak, tapi sialnya dibalik semak itu adalah turunan yang cukup curam. Pak Benson jatuh tergelincir dan kakinya terkilir cukup parah.

"Lalu kami menunggu sebentar sampai orang-orang itu pergi, setelah mereka pergi aku maunya mengantar Pak Benson kembali kepada kalian, tapi dia menolak dan tetap ingin ikut denganku. Jadi sampailah kami di sini, sayangnya Tuhan tidak berpihak banyak kepada kami. Sesaat setelah kami masuk beberapa orang juga masuk dan mengambil makanan, untungnya mereka tidak mengecek sudut sebelah sini, namun mereka mengunci pintunya."

"Lalu, bagaimana dengan Pak Benson?" tanyaku.

"Kan sudah kubilang bahwa kakinya terkilir."

"Bukan, maksudku apa dia sudah baikan? Bagaimana kondisinya?" tanyaku.

"Oh itu, kakinya masih seperti kemarin. Di sini tidak ada apa-apa, jadi tak banyak yang bisa kulakukan. Sekarang dia sedang tidur, tenang saja, dia tidak mati kok," kata Thomas.

BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang