3. law

830 160 18
                                    

Rosé baru saja sampai di rumahnya, sekarang ia berada tepat di pekarangan rumah, ia berjalan dengan kakinya yang pincang menuju pintu, kakinya terasa lebih baik di banding sebelumnya. Rosé melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 20.40 malam.

Dengan perlahan Rosé membuka pintu rumah, di ruang tamu salah satu kakaknya terlihat sedang memandang iPad miliknya dengan wajah serius.

"Kau pulang terlambat, bukankah seharusnya kau sudah kembali pukul 5 sore?"

"heem, aku tersesat pada saat turun gunung dan baru bisa kembali sekarang" ucap Rosé menjawab kakaknya.

"Mwo!!, benarkah?" Dia terkejut dan dengan cepat berdiri dari duduknya dan segera menghampiri Rosé. "Apa kau baik-baik saja?, bagaimana kau bisa tersesat?, seharusnya sejak awal kau tak usah ikut ke gunung" ucapnya sambil melihat tubuh Rosé dari atas hingga bawah memperhatikan seluruh tubuh adiknya.

"Jisoo Unnie, tenanglah. Aku baik-baik saja, aku hanya sedikit keseleo" ucap Rosé menangkan kakaknya yang terlihat panik. Jisoo dengan cepat menuntun adiknya untuk duduk di sofa.
"Duduklah, aku akan melihat kakimu"

Rosé menuruti ucapan Jisoo dan duduk di sofa. Jisoo segera memperhatikan kaki adiknya yang terluka.
"Kakiku sudah di obati unnie, sekarang baik-baik saja, hanya menunggu pemulihan" ucap Rosé memberitahu kakaknya.

"Benarkah?, apa kau sudah minum obat?" Tanya Jisoo

"Sudah, jangan khawatir aku baik-baik saja" ucap Rosé menenangkan.

"Baguslah kalau begitu, lain kali berhati-hatilah"

"Heem, dimana Jennie unnie?" Tanya Rosé.

"Eoh..., dia sedang keluar, unnie tidak tahu. Kenapa mencarinya?" Tanya Jisoo menatap Rosé.

"Aku ingin bertanya sesuatu"

"Ehm kau bisa menunggunya, istirahatlah dulu. Oh ya, harabeoji menunggumu pulang sejak tadi" Jisoo duduk di samping adiknya. "Pergilah menemuinya, dia sedang berada di ruang kerjanya"

"Arasso unnie" ucap Rosé tersenyum, ia berdiri dari duduknya dan mencium pipi Jisoo sekilas. "Goodnight unnie"

"Heem, goodnight"

Rosé berjalan menuju ruangan kakeknya, meski kakinya terluka dan jalannya belum sempurna, namun kakinya sudah lumayan membaik. Rosé mengetuk pelan pintu ruangan kakeknya.

"Masuk!" Suara bariton terdengar dari dalam ruangan.

Rosé membuka pintu ruangan kakeknya pelan. Terlihat seorang pria berumur 70-an dengan rambut dominan berwarna putih, sedang duduk di kursi miliknya.
"harabeoji, aku pulang" ucap Rosé tersenyum memandang kakeknya yang juga memberikan senyum yang sama dengannya. Kakeknya merentangkan tangannya pertanda meminta pelukan dari cucunya. Rosé pun mendekati kakeknya dan memeluknya erat.

"Kenapa pulang terlambat ehm?" Tanya kakeknya lembut sambil mengecup kepala cucunya.

"Ada sedikit insiden di gunung, namun jangan khawatir aku baik-baik saja dan pulang dengan selamat" ucap Rosé tersenyum.

Kakeknya pun mengelus lembut rambut cucunya. "Jaga dirimu chaeyoung-ah, kau sudah dewasa dan harabeoji tak mungkin selamanya ada bersamamu" ucap kakeknya memandang wajah cucunya yang kini sedang bersandar di dadanya.

"Jangan berbicara seperti itu ck, aku tak mau menjaga diriku agar harabeoji selalu ada bersamaku dan menjagaku selamanya" Ucap Rosé memanyunkan bibirnya.

"Aigo~~~, kau bayi berusia 20 tahun" ucap kakeknya mencubit pipi Rosé. "Beristirahatlah kau pasti kelelahan"

"Heum, aku lelah" ucap Rosé melepas pelukannya pada kakeknya dan mengecup kedua pipi kakeknya. "Goodnight harabeoji"

MML (Martial Arts, Money, and Law)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang