8. Gulali

676 133 23
                                    

Di sore hari, Rosé dengan cermat menata alat gambar miliknya di dalam tote bag. Pensil, buku gambar dan tumbler berisi air mineral, memastikan semuanya siap untuk petualangan sore ini. Sore yang tenang adalah saat yang sempurna untuk pergi ke Taman Sungai Han, tempat Rosé sering pergi untuk menenangkan pikiran dan mengisi buku gambarnya dengan torehan pensil.

Tiba di Taman Sungai Han, Rosé mencari spot yang sempurna untuk duduk dan menggambar. Dia memilih tepi sungai yang tenang, di bawah naungan pohon-pohon rindang. Dengan hati yang penuh inspirasi, dia menaruh buku gambarnya di pangkuannya dan mulai menggambar.

Pensilnya meluncur dengan lembut di atas kertas, menciptakan gambar-gambar yang memukau. Rosé terpesona oleh keindahan alam di sekitarnya, dan dia dengan hati-hati merekamnya dalam karya seninya. Suara gemericik air sungai mengalir menemani proses kreatifnya, memberikan ketenangan dan kedamaian.

Waktu berlalu begitu cepat di tengah suasana damai taman itu. Ketika matahari mulai tenggelam dan memunculkan cahaya jingganya, Rosé melihat ke karyanya dengan bangga. Dia merasa puas dengan apa yang telah dia capai.

Setelah merasa puas, Rosé membereskan barang-barangnya dan meninggalkan tempatnya untuk kembali ke rumah. Rosé berjalan ke jalan raya untuk menyebrang, ia berencana menunggu taksi yang baru saja ia pesan di sebrang jalan, di sebrang ada penjual es krim, tempat dimana ia sering membeli es krim ketika pergi ke sungai Han.

Saat itu jalan raya tak terlalu ramai dan hanya dirinyalah yang akan menyebrang jalan, Rosé berdiri di bawah lampu lalu lintas, Rosé menatap lampu lalu linta sekalias, merasa jalan raya aman untuk di sebrangi, Rosé pun melangkahkan kakinya, namun tanpa Rosé sadari, sebuah mobil dengan kecepatan tinggi sedang menuju ke arahnya.

Brukk

Rosé terjatuh setelah di tarik seseorang dari belakang, kini Rosé menimpa orang tersebut dengan tubuhnya.

"Sakit" Ucap orang itu.

Setelah menyadari dirinya menindih seseorang, Rosé segera berdiri dari duduknya dan berniat meminta maaf. Namun pada saat melihat siapa yang menyelamatkannya, Rosé mengurungkan niatnya.

Orang itu berdiri dan menepuk-nepuk pakaiannya yang kotor akibat jatuh. Dia menatap Rosé yang kini juga menatapnya.

"Unnie, apa kau tak berniat berterimakasih?" Tanyanya.

"Ahyeon, sudah ku bilang jangan menyebutku unnie, aku bukan kakakmu. Dan aku tak memintamu untuk menyelamatkanku" Ucap Rosé. Orang yang menyelamatkan Rosé adalah ahyeon.

"Lalu apakah aku harus melihatmu di tabrak tanpa melakukan apapun?, seharusnya kau berhati-hati, lampu jalan masih berwarna hijau dan kau menyebrang begitu saja" Ucap ahyeon yang cukup kesal.

Rosé menghela nafas kasar. "Sudah cukup, jangan mencampuri urusanku, jika melihatku lain kali abaikan aku, dan ingat kita tak memilki hubungan apapun, jadi jangan menyebutku unnie, aku muak denganmu" Ucap Rosé, lalu pergi begitu saja meninggalkan ahyeon, Rosé menyebrang melawati jalan raya tanpa peduli akan lampu lalu lintas, untungnya ia menyebrang dengan selamat kali ini.

Sementara itu ahyeon hanya berdiri di tempatnya menatap Rosé yang menjauh, ahyeon menghela nafas berat. Sejak tadi ahyeon memang sudah berada di sungai han, pergi ke sungai Han di sore hari juga merupakan kebiasaannya. Ia bahkan sering melihat Rosé di sana. Setiap ia melihat Rosé, dia selalu mengikutinya hingga Rosé pergi, termasuk hari ini. Dia sudah memperhatikan Rosé sejak awal dan mengikutinya hingga Rosé beranjak dari duduknya, menurutnya dia sedang menjaga Rosé, meski tak pernah di anggap. Sesuatu mungkin saja terjadi pada Rosé, ahyeon hanya berusaha membantu.

........

Di malam hari di tempat yang jauh dari kata mewah, daerah yang terlihat lebih sederhana dengan jalan yang sempit, jauh dari gemerlap kemewahan kota seoul, pada sebuah kedai tenda sederhana. Di sana ada Lisa dan tzuyu tengah duduk di salah satu meja yang tersedia.

MML (Martial Arts, Money, and Law)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang