14. Meaning of family

1.1K 147 27
                                    

Di dalam ruang kerjanya kakek Jo (kakek Jisoo, Jennie dan Rosé) sedang membaca berkas yang baru saja dibawa oleh ajudannya, sebuah berkas berisi informasi mengenai cucunya. Dia tau jika cucu bungsunganya tak benar-benar meninggal, hanya saja ia berbohong kepada ketiga cucunya agar mereka tak memikirkannya lagi. Kakek Jo masih berusaha mencari mengenai cucu bungsunya tersebut.

Di dalam berkas yang ia baca, terdapat informasi mengenai panti asuhan tempat dimana cucu bungsunya di besarkan, namun hanya itu, tak ada informasi lain yang bisa di dapatkan, panti asuhan itupun sudah di tutup jadi sulit untuk mendapatkan informasi tambahan, pemilik panti pun kabur entah kemana. Pada saat ini kakek Jo hanya menunggu informasi tambahan yang masih ia usahakan melalui ajudannya.

"bisakah aku menemukannya sebelum tutup usia?, aku sudah tua tapi bahkan cucuku pun belum diketahui keberadaannya, aku harap setidaknya bisa melihatnya sekali saja, aku harap kau masih hidup dan sehat" Ucap kakek Jo memandang lembaran-lembaran berkas mengenai penyelidikan cucunya.

Kakek Jo memijat pelipisnya pelan, kepalanya terasa sedikit pusing saat ini, faktor usia tua yang tak membolehkannya begadang.

"haraboji, kenapa belum tidur?" Tanya Rosé yang baru saja memasuki ruang kerja kekeknya. Kakek Jo cukup terkejut dan dengan cepat menyimpan berkas-berkas di depannya ke dalam laci meja.

"Ada beberapa berkas yang harus di baca" Jawab kakek Jo tersenyum pada cucunya. "Cucu kakek sendiri kenapa belum tidur?" Tanya kakek Jo pada Rosé.

"aku tidak bisa tidur"

"Kenapa heum?"

"Temanku tak mengangkat telepon, padahal tadi siang dia sudah berjanji kita akan menonton film online bersama" Ucap Rosé mengerucutkan bibirnya.

"Aigo, mungkin dia sudah tidur, memangnya teman yang mana?"

"Kakek tidak mengenalnya, ini teman baru, namanya Lisa"

"Lisa?, apakah dia anak yang baik?" Tanya kakek Jo.

"Tentu saja, dia sangat baik"

"Sudahlah tidur saja sayang. Mungkin temanmu juga sudah tidur" Ucap kakek Jo membujuk agar Rosé tidur.

"Aku akan tidur nanti, aku masih muda dan sehat, kakek yang tua harus menjaga kesehatan, jadi kakek saja yang tidur" Ucap Rosé.

"Loh kok jadi bawa bawa umur. Meski tua begini kakek masih bugar"

Rosé yang mendengar ucapan kakeknya sedikit tertawa.
"Tcih sudahlah kakek tak asik, aku ke kemar saja" Ucap Rosé berjalan keluar dari ruangan kakeknya. "Goodnight, jangan bergadang kakekku sayang" Ucap Rosé sebelum benar-benar keluar dari pintu.

Kakek Jo hanya menggelengkan kepalanya menatap kepergiannya cucunya sambil tersenyum dan ikut berjalan keluar dari ruangan kerjanya, bersiap-siap untuk tidur.

.....

Sementara itu di sisi lain, di dalam ruangan berdinding logam, terlihat banyak alat cambuk dan berbagai alat pemukul, pharita sedang duduk di kursi sambil meletakkan tangannya di atas meja kayu yang ada di sana. Di depannya kini berdiri seorang pria paruh baya, yang tak lain adalah ayah pharita sendiri.

Ctak!!!

Ctak!!!

Ctak!!!

Suara cambukan yang bersentuhan dengan kulit terdengar nyaring memenuhi ruangan yang berdinding logam tersebut.

"Aku dengar nilai ujianmu turun semester ini, apa yang kau pikirkan hah!!!, aku memberikan segalanya padamu tapi hanya belajar saja kau tak becus?!" Marah ayah pharita.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MML (Martial Arts, Money, and Law)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang