3. -

331 28 3
                                    

"Jangan bilang lo gatau cara telepati, Ellan."

"Gapapa, reflek aja tadi," Ellan tertawa cengengesan, seperti manusia tak bersalah saja. Ya emang ga salah, tapi aneh.

Permainan berakhir ketika Callie melempar kartu terakhirnya tepat di tumpukan kartu yang lain, melihat itu. Samudra, Raisan dan juga Lyn merasa frustasi.

Bagaimana tidak? Hanya merekalah yang sangat fokus saat bermain.

Samudra menguap beberapa kali, "gua udah ngantuk." Lyn yang mendengar itu reflek menghidupkan ponselnya, terlihat bahwa saat ini sudah pukul 01:59.

Cukup lama ternyata mereka bermain, dan tak ada satupun yang menyadari itu, "weh udah jam dua, lo pada ga sekolah besok?" Lyn menatap teman-temannya yang masih sekolah itu.

"Kan masih Minggu, ci. Lagian sekarang udah ganti hari." Raisan membereskan kartu yang baru saja mereka mainkan, sedangkan Samudra sudah memposisikan tubuhnya terlentang.

"Tau nih ci Lyn, efek kuliah ya?" Ellan bersuara, ia menatap cicinya itu dengan kasian. Sedangkan Lyn yang ditatap seperti itu memberi komuk pasrah akan nasibnya.

"Ya..., entar lo ngerasain deh." Dengan cepat ia mengambil posisi untuk tidur, begitupula dengan Raisan yang sudah selesai membereskan kartunya.

Bersyukur ruang tengah rumah milik Callie dan Raisan ini luas, jadi mereka bebas tidur dengan gaya apapun tanpa peduli akan menabrak siapa saat tidur.

Lia dan Lyn tidur di atas sofa, sedangkan Samudra dan Raisan tidur di bawah dengan alas karpet berbulu yang cukup tebal.

Indira dan Ellan belum merasa mengantuk, ya itu sudah bisa ditebak. Lalu Callie belum sepenuhnya merasa ngantuk, tapi ia juga sudah menguap beberapa kali.

Rasanya sayang sekali jika kita harus tidur saat mendapatkan kesempatan untuk berduaan dengan orang yang kita sukai bukan? Ya mungkin itu yang dipikirkan Callie.

Ellan dan Callie duduk bersebelahan, mereka sedikit mengobrol tentang beberapa hal. Berbeda dengan Indira yang memilih untuk bermain benda pipih yang ada ditangannya.

"Kamu beneran gamau tidur? Itu matanya udah keluar airmata." Ellan menggerakkan tangannya untuk memegang pipi Callie, dan ibu jarinya bergerak untuk menghapus airmata Callie. Ia menatap lekat paras Callie yang sangat cantik itu.

Callie tersenyum, rasanya ia semakin jatuh cinta kepada Ellan, sungguh gila. Mereka hanya teman, tapi bagaimana bisa Ellan sangat memperhatikannya seperti ini?

"Gamau, bentar lagi aja." Callie semakin mengeratkan pelukannya kepada Ellan, mereka sudah berpelukan sejak tadi, tapi pelukan itu sempat terputus karna harus bermain Uno.

Ellan terkekeh pelan saat tau Callie mengeratkan pelukannya, sebenernya ia merasa kasihan kepada kakaknya yang harus melihatnya bermesraan.

Tapi sepertinya Indira tak peduli, bahkan tak protes sama sekali, jadi Ellan tak mempedulikannya kembali.

"Kenapa gamau tidur, hm?"

"Aku masih belom puas liatin kamu," Ellan membeku, rasanya wajahnya memerah sekarang.

Callie tertawa, tapi ia kecilkan suara tawanya itu. "Kamu lucu, Ellan."

"Udah, aku gamau salting gara-gara kamu." Ellan menutup matanya lalu menunduk, ia tak kuasa menatap wajah Callie sekarang.

Callie tersenyum, untuk beberapa saat ia lupa. Bahwa dirinya dan Ellan hanya sebatas teman, hal ini membuat senyumnya sedikit luntur.

"Angkat kepalanya dulu." Ellan menurut, dengan perlahan ia menatap Callie.

Eternal Home (Cella)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang