"Kalian sedang berkumpul? Tumben sekali."
Serentak mereka berdiri lalu menundukkan kepalanya. "Selamat datang, ayah." Sean tersenyum, padahal ia sudah mengatakan bahwa hal seperti ini tak perlu mereka lakukan.
Suara mereka menggema, seperti sedang menyambut seorang Raja saja. Tapi begitulah kenyataannya, Sean adalah sosok raja bagi bangsa Vampire.
"Sudah, angkat kepala kalian." Sean berjalan menghampiri keempat anaknya yang sedang berdiri, ia tau bahwa anaknya tak akan duduk sebelum ia duduk.
Jadi ia ikut duduk di sofa yang menjadi tempat berkumpulnya mereka saat senggang, mungkin bisa dibilang ini adalah rutinitas.
Melihat sang ayah duduk, dengan serentak mereka juga ikut duduk dan kembali pada kesibukan masing-masing.
"Ada sesuatu?" Sean memang hebat, belum ada satu suarapun yang keluar tapi ia sudah tau bahwa salah satu dari anaknya sedang menahan sesuatu.
"Aku mendapat sebuah kabar, ayah." Pandangan mengarah kepada Indira yang baru saja bicara.
Sean mengangguk, mengisyaratkan bahwa ia boleh bicara lebih lanjut.
"Ayah ingat dengan teman ku yang sempat hilang di dalam hutan?" Sean kembali mengangguk, mustahil ia melupakan kejadian itu, karna ialah yang pertama menemukan seorang gadis tergeletak tak sadarkan diri di dalam hutan.
"Dia mengaku telah melihat manusia Serigala di dalam hutan itu, awalnya aku berpikir dia sedang mengarang cerita. Tapi setelah mencium baunya lebih dalam, baunya berbeda."
Sean kembali mengangguk untuk ketiga kalinya, ia berpikir beberapa saat untuk mengingat wajah gadis yang sempat ia temukan itu.
"Kamu belum pernah mencium bau serigala?" Indira menggeleng, hal ini membuat Sean kembali berpikir.
"Ayah, apakah mungkin itu dia?" Sean menatap putrinya dengan tatapan sayu, ia tau apa yang sedang dipikirkan oleh putrinya itu.
"Jika memang iya," Sean menahan kalimatnya, ia beranjak dari duduknya dan berjalan untuk mendekati putri sulungnya yang sudah memasang wajah sedih.
Ia mengelus kepala Muthe, lalu kembali berkata. "Kita terpaksa membalas jika tujuan mereka adalah menghancurkan." Ia duduk tepat di samping Muthe, Sean tau rasanya pasti berat harus berpisah dengan sodara yang sangat menyayangi kita.
Mereka terdiam, tak ada yang bersuara apa lagi Ellan. Ia benar-benar dibuat bisu dengan rasa lapar yang sudah dia tahan sejak tadi malam.
Aldo menatap Ellan, ia sadar bahwa sedari tadi ekspresi Ellan terus berubah. Aldo semakin sadar saat melihat mata Ellan yang perlahan akan berubah menjadi merah.
Jika boleh Aldo ingin sekali membiarkan Ellan terus seperti itu, ia sangat penasaran bagaimana jika sang adik kehilangan kendali.
Tapi sebelum itu Sean sudah menyadarinya, ia terkekeh dengan tingkah anaknya yang berbeda-beda itu.
"Mumu, bisa tolong ambilkan secangkir darah?" dengan bergegas Muthe menuruti permintaan sang ayah. Sean tersenyum hangat saat putrinya itu beranjak dari duduknya dan pergi untuk melaksanakan permintaanya.
Selama menunggu, Sean menatap Ellan yang sangat berusaha agar tak kehilangan kendali atas dirinya sendiri, Ellan mencengkram kuat baju bagian perutnya dan memejamkan matanya berulang kali.
Ellan adalah Dhampire, Vampire yang terlahir setengah manusia dan setengah Vampire. Namun Sean yakin, bahwa anaknya ini mewarisi sebagian besar dari kekuatannya, terutama ketahanan.
Tak berselang lama, akhirnya Muthe kembali dengan secangkir kopi yang bisa ditebak isinya adalah darah. Dengan perlahan ia menaruh cangkir itu dihadapan Ellan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Home (Cella)
VampirosUpdate Sabtu - Eternal Home, menceritakan seorang Vampire yang mencintai seorang manusia. Awalnya kisah cinta mereka sangat damai, sang gadis tak tahu, bahwa laki-laki yang ia cintai adalah seorang Vampire. Sampai pada suatu hari, terjadi masalah d...