"Yakin ngga mau dikejar?" Ellan menggelengkan kepalanya. "Buat apa?" Aldo diam tak menjawab, ia memilih menghabiskan sebatang rokok yang terbilang masih bisa dihirup.
Pandangannya lurus pada ke-empat teman Ellan. Tiga manusia dan satu calon bangsa Serigala. Sejujurnya, hal ini rasanya sangat disayangkan, jika calon itu dibiarkan kabur begitu saja.
Aldo berpikir, betapa lezatnya darah dari calon Serigala itu. Ia mematikan rokoknya menggunakan ibu jari dan jari telunjuknya, membayangkan darahnya saja sudah mampu membuat Aldo kehilangan akal seperti ini. Lalu bagaimana jika ia sungguh meminum darah itu? Mungkin setengah dari Dunia akan rusak akibatnya.
"Ellan? Ngapain di situ?" Ellan memutar kepalanya ke arah sumber suara, ternyata itu adalah kedua kakaknya yang sedang turun dari tangga. "Callie mana?" kali ini Indira yang bertanya.
Ellan perlahan menunduk, ada rasa kecewa dalam dirinya, "udah pulang." Muthe dan Indira sama-sama mengerutkan keningnya, mereka terkejut dengan perkataan Ellan.
"Bareng siapa?" Indira duduk di sebelah kanan Ellan, tepat di posisi Callie duduk sebelumnya. Sedangkan Muthe duduk di sebelah kanan Indira, mereka berdua masih setia menatap Ellan.
"Ci Lyn, Samudra sama Raisan." Indira membulatkan kedua matanya, perkataan Ellan kali ini semakin membuatnya terkejut, "jadi mereka udah tahu tentang kita?!" Ellan mengangguk pelan sebagai jawaban.
Mendapat jawaban tersebut, Indira melemaskan tubuhnya dan refleks bersandar pada sofa punggung sofa yang ia duduki, tangan kanannya ia angkat untuk memijat kedua pelipisnya. Ini semakin rumit, "gimana cara mereka tahu rumah kita? Kalian pernah bawa mereka ke sini?"
"Salah satu dari mereka calon bangsa Serigala, kak. Lagian, kalo emang mereka pake lokasi dari handphone, mustahil mereka nyampe ke sini. Yang ada hilang di dalem hutan." Muthe mengalihkan atensinya pada Aldo, alisnya nyaris menyatu akibat ketidak pahamannya tentang masalah pertemanan kedua adiknya.
Ellan dan Indira diam, mereka berdua mendengarkan penjelasan Aldo pada Muthe. Namun, ada yang aneh...
Ellan dan Indira membulatkan kedua matanya bersamaan lalu menatap Aldo yang masih ada di ambang pintu. "SERIGALA??" Aldo dan Muthe yang mendengar suara kedua adiknya dengan sedikit kencang sontak mengalihkan pandangannya bersamaan.
"Siapa kak?" Ellan dan Indira bertanya bersamaan, padahal mereka berdua bukan dari rahim yang sama, bahkan ayah keduanya tak sama. Namun, pemikiran keduanya mengalahkan Aldo yang merupakan saudara kandung Ellan.
Aldo memejamkan matanya beberapa kali, ia terkejut dengan kekompakan dari kedua adiknya, "kalian ngga tahu?"
"NGGA." Keduanya dengan cepat menjawab secara bersamaan kembali, hal ini membuat Aldo dan Muthe semakin bingung, sekaligus terkejut. Namun beberpa menit setelahnya, Muthe terkekeh, ia senang karna kedua adiknya masih bertingkah seperti biasanya, tak berubah sedikitpun. Walau kini masalah benar-benar datang secara bersamaan.
"Hadehhh, kalian udah kenal lama apa belum? Sampe ngga tau calon bangsa lawan di antara ke-tiga temen sendiri." Aldo menutup pintu yang sedari terbuka, lalu berjalan mendekati sang kakak tertua.
"Kok tiga? Bukannya mereka berempat?" Aldo dengan perlahan duduk di sebelah Muthe, lalu menatap Ellan yang baru saja menanyakan pertanyaan yang sebenarnya tak perlu dijawab, "emang Callie mau dihitung?" Ellan terdiam, begitu juga dengan Indira serta Muthe.
"Berarti kalo Callie ngga dihitung? Pilihannya cuma Ci lyn, Samudra sama Raisan?" Indira bertanya dengan ragu.
"Lyn itu cewek yang pendek?" Ellan dan Indira yang mendengar kata pendek keluar dari mulut kakaknya terdiam. Jika cicinya itu masih ada di sini, mungkin akan ada tatapan maut yang disertai perkataan tajam selayaknya ujung pisau. Dan yang paling buruk adalah menantang sang kakak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Home (Cella)
VampireUpdate Sabtu - Eternal Home, menceritakan seorang Vampire yang mencintai seorang manusia. Awalnya kisah cinta mereka sangat damai, sang gadis tak tahu, bahwa laki-laki yang ia cintai adalah seorang Vampire. Sampai pada suatu hari, terjadi masalah d...