6. -

296 30 10
                                    

"Berisik."

Belum sempat Callie membalikkan tubuhnya, ia sudah dibungkam. Callie membulatkan matanya, bagaimana tidak?

Kedua tangannya dipegang tepat di belakang tubuhnya entah sejak kapan, dan sekarang mulutnya dibungkum.

Callie terus memberontak, lantaran orang itu sangat dekat dengan tubuhnya. Mustahil seorang gadis tak takut kepada laki-laki yang sangat menempel padanya, kecuali orang yang dicintai.

"Lo jadi manusia berisik banget, tau ga?!" tak tahan dengan berontakan Callie, laki-laki ini mengeratkan pegangannya pada pergelangan tangan Callie dengan sangat kuat.

Callie meringis, air mata keluar dari kedua matanya. Rasanya sangat sakit, jika diteruskan mungkin saja tulangnya akan retak.

Tak tahan dengan rasa sakit yang ia terima, perlahan Callie diam. Diikuti dengan rasa sakitnya yang perlahan mereda, sepertinya laki-laki ini sudah berhenti memegang lengan Callie karna Callie tak memberontak lagi.

"Siapa lo? Kenapa ada di dalam hutan malem-malem kaya gini?" Laki-laki itu semakin mendekat, sangat dekat dengan tubuh Callie. Callie merinding merasakan ada pergerakan dari laki-laki itu.

Nadanya sangat pelan, tapi ia berbicara tepat di telinga kiri Callie. Callie tak kunjung menjawab, lantaran tangan laki-laki itu masih ada di mulutnya. Sadar dengan tangannya yang masih ada di mulut Callie, perlahan ia menjauhkan tangannya.

"Jangan bergerak, dan cepet jawab!" setiap katanya diiringi dengan penekanan. Callie menelan ludahnya kasar, sekali lagi laki-laki itu berbicara di telinga Callie, namun kali dengan sedikit jarak.

"Ca, Callie. Saya lagi nyari, teman saya." Callie sedikit terisak, lantara rasa sakit pada lengannya masih terasa. Beberapa kali juga ia mencoba untuk melihat laki-laki itu dari ujung matanya, tapi pada hasilnya nihil.

Callie terlalu takut, jadi ia hanya bisa
menatap lurus ke arah depan dan tak bergerak sama sekali dari posisinya saat ini.

"Temen? Siapa?"

"Ellan," Callie sadar, sebenernya ia ingin menjawab dengan dua nama. Tapi ia sungguh tak mampu, ia terlalu takut.

-

"WOI LEPASIN CALLIE!!"

Callie membuka matanya perlahan, entah apa yang terjadi pada dirinya. Rasanya kepalanya saat ini sangat sakit, begitu juga dengan tubuhnya.

"ZEAN!!" Callie membuka matanya saat mendengar teriakkan dari suara asing di telinganya, ia menaikan kepalanya untuk melihat ada apa di hadapannya.

BRAKK!!

BRAKK!!

Callie membulatkan matanya sempurna, ia melihat kedua orang yang sudah terhempas ke sebuah pohon. Ternyata suara itu dari mereka, punggung kedua orang itu menabrak sebuah pohon, tapi bukannya terluka, malahan pohon itu yang terluka, kedua pohon itu ambruk.

Callie semakin membulatkan matanya saat melihat Ellan yang berlari sangat cepat mendekati seorang wanita di hadapannya.

Bisa dilihat bahwa niat Ellan adalah memukul wanita itu, tapi tak ada hasilnya. Ellan yang malahan terhempas saat seorang laki-laki balik memukul Ellan sebelum sempat Ellan menghindar.

"ELLANN!!" tanpa sadar Callie berteriak, dan saat itu juga ia sadar bahwa dirinya sedang terikat dengan ranting pohon.

Ia tak bisa berdiri lantaran tubuhnya yang sakit dan tangannya yang diikat sangat kencang.

Eternal Home (Cella)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang