"Permisi..." Pintu terbuka, mereka berdua memperhatikan seisi ruangan, ternyata belum ada yang bangun.
Perlahan mereka masuk, berusaha tidak menimbulkan sedikitpun suara. Bersyukur teman-temannya masih tertidur pulas, terutama Callie.
"Ell, ci Lia ga ada?" Sekali lagi, ia memperhatikan seisi ruangan, memastikan apakah benar bahwa cicinya itu masih tertidur atau tidak.
"Lah, iya. Kemana ci Lia?" Ellan kembali bertanya, hal ini membuat Indira memasang raut wajah kesal.
"Gua nanya, malah lo balik nanya." Indira berjalan mendekati meja yang berada di tengah ruangan, ia menaruh kantung plastik yang berisi beberapa cemilan dan minuman.
"Kalian dari mana?" Ellan dan Indira terkejut, mereka menegakkan butuhnya bersama.
Perlahan Indira membalikkan tubuhnya untuk menghadap ke arah sumber suara, begitu juga dengan Ellan. Hanya saja Ellan tak sampai memutar tubuhnya, hanya mengarahkan tubuhnya ke samping.
Terlihat Lia yang memasang ekspresi bingung dengan wajah yanag basah, bisa ditebak bahwa gadis ini baru saja keluar dari toilet.
"Ci Lia, ngagetin aja! Jantung gua kalo copot gimana?!" Ellan memegang dadanya seolah-olah akan terkena serangan jantung.
Lia yang melihat itu menaikkan satu aslinya, apa-apaan bocah ini? Sangat dramatis. Pikirnya.
"Cocok lo jadi MC Indosiar, Ell." Lia mendekati Indira, sebenarnya ia ingin meminta penjelasan. Namun setelah melihat kantong plastik yang isinya lumayan banyak, ia sudah mengerti.
"Ellan, Indira, ci Lia? Ngapain?" Dengan serentak mereka mengalihkan pandangannya. Teryata itu Callie yang baru saja terbangun.
"Habis ritual, rumah lo minta tumbal soalnya." Lia tertawa mendengar perkataan Indira yang terdengar sangat spontan. Berbeda dengan Ellan yang langsung mendekati sang pujaan hati.
Callie yang awalnya masih setengah sadar langsung membulatkan matanya, ia berpikir bahwa yang dikatakan temannya itu benar adanya.
"HEH, YANG BENER AJA!"
"Rugi dong!" Kali ini Indira yang tertawa, bisa-bisanya Lia memberi celetukan yang masuk.
Sungguh, pagi ini ia dibuat kenyang oleh tertawa. Ellan juga tertawa, tapi tak selama mereka berdua.
Ia duduk di sebelah Callie, Callie yang melihat itu kembali merebahkan dirinya, tapi kali ini ia berbantalan paha Ellan.
Nyaman. Siapa yang tidak ingin diperlakukan seperti ini di pagi hari? Bangun tidur, tidur lagi, tapi di pangkuan orang yang kita cintai.
Sekarang Indira dan Lia sudah berhenti tertawa, mereka memutuskan untuk menonton film dan memakan cemilan yang sudah Indira dan Ellan berikan.
"Mau tidur lagi?" Callie menggeleng. Ellan yang melihat itu hanya tersenyum lalu mengangguk, sesekali ia memainkan rambut panjang Callie, agar gadis ini merasa nyaman.
"Aku mau ngomong, boleh?"
"Boleh, ngomong aja." Callie beranjak dari tidurnya lalu berdiri tegap. "Ayo ikut." Pergelangan tangannya ditarik, walau terkejut dengan tindakan Callie yang tiba-tiba, Ellan tak menolak.
"Kak, gua sama Callie keluar dulu!" Ellan berjalan di belakang Callie yang masih saja menariknya, ia juga tak lupa berpamitan kepada kedua temannya yang lebih tua itu.
"LAMA?!" tanya Indira. Ia sedikit mengeraskan suaranya agar Ellan yang sudah hilang dari pandangannya mendengar.
"GATAU!" Ellan menjawab dengan sedikit berteriakan juga. Ia sudah lumayan jauh dari ruang tengah rumah ini, jadi bisa saja suaranya tak terdengar jika tidak teriak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Home (Cella)
VampireUpdate Sabtu - Eternal Home, menceritakan seorang Vampire yang mencintai seorang manusia. Awalnya kisah cinta mereka sangat damai, sang gadis tak tahu, bahwa laki-laki yang ia cintai adalah seorang Vampire. Sampai pada suatu hari, terjadi masalah d...