"Pesan dari paman Sean."
Keadaan sudah ricuh, ditambah dengan pesan yang sama sekali mereka tak pernah duga. Sebagai anak, pesan dari orang tua yang sudah lama tak terlihat wajahnya sungguh seperti surga, namun belum tentu dengan isinya.
"Apa maksudnya kak?" Muthe bertanya pada Fiona sembari memberi mimik wajah bertanya-tanya. Fiona dengan sangat pelan membalikkan tubuhnya, melepas genggaman pada lengan Freyan. Keduanya kini bertatapan, Fiona menahan sakit atas kalimat yang akan ia suarakan, "apa yang kamu pikirin itu bener, Muthe. Om Sean ngirim surat tadi malem yang isinya nyuruh kalian keluar dari rumah ini."
"Bakar rumah ini, buat saya abadi dengan istri dan kenangan dari anak-anak saya," suara Freyan kini menggema dalam pikiran anak-anak Sean. Semuanya membisu serta membeku, mencoba memahami dan mengerti, apa yang harus dilakukan sekarang. Ella menatap kosong pada pandangan lurus, tenaganya habis, kakinya lemas. Kini dengan cepat Ellan bertekuk lutut, dengan tatapan yang masih kosong.
Callie menatap khawatir pada pujaan hatinya, suara yang tercipta dari benturan lantai dan lutut manusia berhasil menarik seluruh indra penglihatan. Muthe menatap iba pada sang adik, matanya kini berkaca-kaca sampai kepalanya tertunduk. "Kak Freyan." Freyan menolehkan kepalanya pada suara yang jelas ia kenal, dari samping anak tangga terlihatlah kedua anak Sean dan Gracia, "kami sudah selesai." Freyan mengangguk sebagai jawaban, lalu kembali menatap keseluruhan dari makhluk yang ada di dalam rumah ini.
"Pilihan terserah pada kalian, tapi yang jelas, kalian harus keluar dari rumah ini," tak ada jawaban. Semuanya masih membisu, menelan kenyataan yang jelas pahit. Aldo mengepalkan kedua tangannya, urat pada pelipisnya kini terlihat, langkah tegas ia keluarkan. Atensi kini berpindah pada Aldo, dengan sangat jelas ia melangkah lalu berhenti di depan Ellan. Ellan yang terlihat sudah tak mampu hanya bisa menatap mata panas kakak laki-lakinya itu, satu-satunya saudara kandung yang ia milik hanyalah Aldo.
"Kita keluar dari rumah ini. Lo ikut gua." Kini tangannya bergerak untuk menggenggam lengan Ellan, namun sangat disayangkan. Tangan itu berhasil digenggam, namun tak berhasil ditarik. Ellan secara tak langsung menolak ajakan Aldo, kakak laki-lakinya sendiri untuk keluar dari rumah ini. Hal ini membuat Aldo bertanya-tanya akan penolakan dari adiknya, "kenapa?"
Ellan tak menjawab, ia malahan menunduk, seolah menyembunyikan wajahnya. Aldo berdiri sembari menggenggam pergelangan tangan Ellan, sekuat tenaga ia menarik tangan itu agar sang pemilik tubuh berdiri. Namun tetap saja, Ellan menolak dengan melemaskan tubuhnya, walaupun berhasil terangkat tubuhnya pasti terjatuh kembali. Kini kesabaran Aldo habis, dengan kasar ia melempar tangan Ellan lalu menatap lekat kepala yang tertunduk di hadapannya. "LO MAU APA, HAH?!" ucap Aldo dengan suara yang keras, untuk sesaat Aldo diam dan terus menatap Ellan, matanya semakin panas, menahan amarah yang sedari tadi sudah meletup-letup. "Owh...," kini suara serta mimik wajah Aldo berubah, ia ingat akan sesuatu.
Dengan lancang Aldo mengarahkan jari telunjuknya tepat pada wajah Callie yang sedari tadi hanya mampu diam. Tanpa melihat wajah dari manusia yang ia tunjuk, Aldo berkata, "gara-gara cewek itu 'kan? ... BILANG KE GUA KALO EMANG INI SEMUA GARA-GARA CEWEK MANUSIA MURAHAN ITU!"
"CUKUP!" kini Muthe yang berteriak, membuat Aldo menurunkan tangannya secara perlahan. Muthe mendekati Ellan serta Aldo yang masih berhadapan, bersamaan dengan itu Ellan perlahan berdiri, namun dengan kepala yang masih tertunduk, "kamu apa-apaan Aldo!" Saat ini posisi mereka sedang saling berhadapan, Muthe memang dengan sengaja memposisikan dirinya di tengah-tengah kedua adiknya.
"Ngga usah ikut campur!" kalimat yang dikeluarkan oleh Aldo penuh dengan penekanan, membuat Muthe naik pita akan perkataan adik yang sudah ia anggap adik kandungnya sendiri. Muthe belum bisa menjawab, namun adu pandangnya dengan Aldo sudah berhasil memberitahu bahwa kali ini ia tak akan menahan diri ataupun sekedar mengalah sebagai kakak, "ini pilihan aku ... kalian berdua yang seharusnya ngga ikut campur," mendengar suara sang adik, pandangan mereka kini berpindah padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Home (Cella)
VampireUpdate Sabtu - Eternal Home, menceritakan seorang Vampire yang mencintai seorang manusia. Awalnya kisah cinta mereka sangat damai, sang gadis tak tahu, bahwa laki-laki yang ia cintai adalah seorang Vampire. Sampai pada suatu hari, terjadi masalah d...