Putri Kecil Kesayangan Ayah Tiran

Bab 96 - 100

Bab 96. Ibu De Fei, Peluk Bao’er

Hal-hal kecil?

Hui Fei tercengang.

Melihat mutiara malam seukuran delapan atau sembilan kepalan tangan di dalam kotak harta karun.

Satu saja harganya seribu tael emas.

Ada banyak sekali di sini!

Meskipun dia sudah lama mendengar bahwa De Fei berasal dari keluarga kaya, dia tidak pernah menyangka akan menjadi begitu kaya.

Kali ini, De Fei membungkuk dan mengambil kalung mutiara.

Dia menggantungkannya di leher Xia Bao’er.

“Kelihatannya sangat bagus untuk bayi kami, membuat mutiara ungu Laut Cina Timur biasa menjadi lebih cerah.”

Mutiara ungu di kalung itu bulat dan tembus cahaya.

Masing-masing sangat berharga.

Di mulut De Fei, ternyata biasa saja.

Xia Bao’er memegang kalung mutiara di tangan kecilnya, dia terkikik dan menghitung manik-maniknya.

Ada begitu banyak manik-manik bundar, bisakah Bao’er membawanya dan membiarkan kakak kelima membawanya berburu burung untuk dimakan?

Hui Fei buru-buru melangkah maju dan mencoba membujuknya: “Kakak De Fei, Bao’er masih anak-anak. Benda ini terlalu mahal untuk dia gunakan.”

De Fei melambaikan tangannya: “Bagaimana hal itu bisa dianggap berharga? Itu semua hanya untuk bersenang-senang. Bao’er masih kecil sekarang, jadi kamu bisa menyimpannya. Paling buruk, akan menyenangkan jika kamu membiarkannya bermain-main dengan melemparkannya air. Suara emas yang dilempar ke air berbeda dengan suara batu.”

Setelah mengatakan itu, dia tersenyum dan mencubit wajah kecil Xia Bao’er.

“Benarkan, Bao’er? Apakah kamu menyukai hadiah temu dan sapa yang kuberikan padamu?”

Kepala Xia Bao’er mengangguk.

“Terima kasih, Ibu De Fei!”

“Kalau begitu beri aku ciuman lagi.”

Xia Bao’er menciumnya dengan patuh dan alis De Fei melengkung membentuk senyuman.

Pangeran Keempat melihatnya dari samping, mengepalkan tangan kecilnya dan merasa marah.

Adiknya! Dia tidak pernah mencubit wajahnya.

Dia merasa enggan melakukannya, takut Xia Bao’er akan kesakitan jika dia mencubitnya.

Bagaimanapun, adiknya sangat cantik dan lembut.

Hui Fei lembut dan awalnya ingin menolak, tetapi De Fei memblokirnya dalam beberapa kata.

Tidak ada jalan lain, Hui Fei tidak punya pilihan selain tersenyum dan menghela nafas.

Tak disangka, saat waktunya makan siang, De Fei sedang berbicara.

Tiba-tiba, alisnya perlahan berkerut dan wajahnya menjadi pucat dengan kecepatan yang terlihat dengan mata telanjang.

Dia mencengkeram jantungnya, merasakan sakit yang menusuk, dan butiran keringat halus terbentuk di dahinya.

Hui Fei terkejut: “Kakak De Fei, kamu baik-baik saja? Yan Hai, segera panggil tabib kekaisaran!”

“Tidak perlu.” De Fei menggelengkan kepalanya dan berkata dengan susah payah: “Ini adalah masalah yang aku alami baru-baru ini. Kadang-kadang, aku tiba-tiba merasakan sensasi di dadaku. Sakit seperti tertusuk jarum dan aku sudah memanggil beberapa tabib kekaisaran, tetapi mereka selalu mengatakan tidak ada masalah.”