Prologue

262 10 0
                                    

2013

Yunho menjejakkan kakinya di halaman sekolah Falcon Boy High School, sekolah khusus laki-laki yang paling bergengsi di Jakarta. Ini adalah hari pertamanya dia berada di sekolah ini, usai pindah dari sekolah lamanya. Meski dia sangat senang bisa bersekolah di sana, namun terbesit sebuah keraguan di dalam dirinya. Dia ragu apakah dia bisa betah berada di sekolah elit itu, sedangkan dia sendiri merupakan anak dari keluarga kurang berada. Tapi dia tetap yakin, akan ada murid yang bisa menerimanya meskipun sedikit.

Yunho melangkah menelusuri sekolah itu hingga akhirnya dia bertemu dengan sang Kepala Sekolah, tepat di depan ruangannya.

"Akhirnya kita bertemu lagi, Yunho. Gimana perasaanmu? Deg-degan?" sapanya.

"Yaaa gitu deh, Pak. Hehe" kata Yunho.

"Haha, santai aja"

"Iya. Oh ya, ngomong-ngomong, makasih ya udah masukin saya ke sekolahan ini"

"Iya, sama-sama. Ini berkat kamu yang sudah membantu Bapak"

Jadi, pada waktu itu, Yunho berhasil menyelamatkan Pak Kepsek dari serangan perampok, berkat keahlian bela dirinya. Dan Pak Kepsek akhirnya memasukkannya ke sekolah itu sebagai tanda terima kasihnya. Soal biaya pendidikannya (termasuk uang SPP), kata Pak Kepsek, tenang aja. Biar dia yang biayain semuanya.

Pantesan tajir. Dermawan.

"Oh ya. Langsung saja, saya tunjukkan kelas kamu" kata Pak Kepsek.

"Baik, Pak!" ucap Yunho antusias.

Sang Kepala Sekolah akhirnya mengantarkannya ke kelasnya, yaitu kelas 10C.

Sesampainya di sana, ia lalu memperkenalkan Yunho kepada murid lain.

"Anak-anak. Hari ini kita kedatangan murid baru. Dia merupakan murid pindahan dari sekolah lamanya, SMA Negeri 81" katanya, "Yunho, silakan perkenalkan diri kamu"

Yunho terlihat gugup. Bahkan, dia sempat menelan ludah sebelum mulai memperkenalkan diri.

"Perkenalkan. Nama saya Yunho. Saya... murid pindahan dari SMA Negeri 81. Salam kenal, semuanya" ucapnya.

"Nah, sekarang kamu boleh duduk di bangku kosong, di sebelah Sunghoon" katanya.

"Yang mana, Pak?"

"Itu. Paling pojok"

Dengan malu-malu, Yunho melangkahkan kakinya menuju sebuah bangku kosong yang sudah ditunjukkan Pak Kepsek tadi. Ya, mulai hari ini, dia akan sebangku dengan Sunghoon, murid paling pintar di sekolah ini, menurut dirinya sendiri.

"Hey. Salken, yaw! Nama gue Sunghoon. Murid paling pintar di sekolah ini" sapa Sunghoon.

"S-salken juga. Na-nama aku... Yunho" sahut Yunho malu-malu.

"Yaelah. Santai aja, bro! Gue nggak ngegigit, kok. Paling ngemut doang"

Yunho tertawa malu-malu.

Tiba-tiba, bel sekolah berbunyi. Tanda pelajaran pertama, yaitu Fisika, akan dimulai.

****

Waktu istirahat.

Yunho tengah berjalan menuju kantin sekolah. Tiba-tiba, dia dihadang oleh dua murid bandel di sana.

"Heh! Mau kemana, lu?!" tanya salah satu murid.

"M-mau ke kantin..." jawab Yunho takut.

"Setoran dulu ke kita!" bentak murid yang lainnya.

"T-tapi... Duitku cuma sedikit..."

"Halah! Boong! Terus, ngapain lu sekolah di sini kalo lu punya duit dikit, hah?!"

Kedua murid itu mulai merogoh-rogoh semua saku yang ada di pakaian Yunho, membuat ia semakin ketakutan.

"Jangan! Jangan diambil semua!"

"Woy!"

Tiba-tiba, seorang lelaki berkacamata menghentikan aksi dua murid bandel itu.

"Lu berdua, ye! Mentang-mentang dia anak baru, seenaknya ngambil hak dia! Pergi lu berdua!" seru lelaki itu.

Lalu kedua murid itu langsung cabut dari tempatnya.

Di saat Yunho melihat lelaki yang sudah menolongnya itu, tiba-tiba ia merasa tidak asing dengan wajahnya.

"Makasih ya- lah, Mingi?!" ucapnya terkejut.

Ternyata, lelaki itu adalah Mingi, sohibnya semasa SMP.

"Eh, Yunho?! Akhirnya kita ketemu lagi" kata Mingi.

Lalu mereka berdua berpelukan.

"Alhamdulillah... Akhirnya kita ketemu lagi. Berasa dipertemukan oleh takdir" ujar Yunho.

"Hehehe, bisa aja lu!" sahut Mingi, "Oh ya, lu di kelas mana?"

"Kelas 10C. Sebangku sama... siapa itu namanya, tadi? Sunghoon"

"Oooh, si anak Jagakarsa itu?! Gue nggak yakin lu bisa betah sebangku sama dia"

"Sama, Gi. Gue juga... nggak yakin bisa betah di sekolah ini. Secara, ini kan sekolah elit. Sekolahannya orang kaya"

"Tenang aja, Yun. Dibawa santai aja. Nanti juga lu bakalan betah di sini. Ah, andai aja lu sebangku sama gue di kelas 10A"

Yunho tersenyum.

"Oh ya, lu mau kemana?" tanya Mingi.

"Mau ke kantin" jawab Yunho.

"Oh. Gue ikut ya? Sekalian gue traktir lu"

"Ah, nggak usah repot-repot, Gi"

"Gapapa, Yun. Sekali-sekali"

"Hm. Ya udah, deh, kalo gitu"

Akhirnya mereka berdua berjalan bersama ke kantin.

****









Bersambung...

Youth || YunGi [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang