Epilogue

93 2 0
                                    

2024.

"Begitulah ceritanya"

Hongjoong dan kawan-kawan saling ber-"oh" ria setelah mendengar cerita Yunho dan Mingi tentang persahabatannya di ruang tengah di rumahnya Hongjoong.

"Hm... Kalo bang Mingi nggak ikut geng itu, bisa lain ceritanya" sahut Jongho.

"Oh ya, ngomong-ngomong, kabar Hyunjin gimana setelah ia ditangkep polisi dan dipenjara?" tanya Wooyoung.

"Dia... udah tobat, sekarang. Dan kini ia bikin bisnis kafe" jawab Yunho.

"Kok lo tahu?" sahut San.

"Gue pernah ketemu dia, cuma gue lupa kapan ketemunya. Waktu itu, gue mau beli kopi di kafe deket kosan. Eh, ternyata yang punya kafe itu Hyunjin. Begitu dia lihat gue, dia langsung minta maaf karena udah nge-bully gue pas SMA"

"Terus?"

"Ya terus, gue maafin dia. Abis itu, dia bikinin gue kopi pesanan gue dan kita sempet ngobrol bareng. Ada lah, sekitar satu menitan"

Mingi menambahkan, "Beruntung gue punya sahabat yang selalu memaafkan orang lain"

"Uuh... Pengen deh, punya sahabat kayak Yunho" Yeosang menoleh ke arah Hongjoong. "Bang, sekarang giliran lo, dong, yang cerita"

Yang ditanya terkejut, "Eh? Cerita tentang apa?"

"Cerita pertama kali lo masuk Islam. Gue penasaran soalnya"

Jongho menyahut, "Sama, gue juga! Ayo, bang! Ceritain ke kita!"

Yang lainnya mulai berkerumun mengelilingi Hongjoong.

"Jadi, gimana awalnya lo bisa jadi mualaf?" tanya Yunho.

"Eh, nanti dulu..." Hongjoong menyenggol pundak Seonghwa. "Lo aja deh, yang cerita. Lo kan tahu semua tentang gue"

"Dih? Gue? Nggak, ah! Kan lo yang ngalamin sendiri. Jadi elo lah, yang cerita!" kata Seonghwa.

"Ih! Lu mah gitu!"

"Jadi, gimana awal ceritanya?"

"Hmm... Jadi..."

Hongjoong berpikir panjang, sementara yang lainnya sudah menunggu dengan sabar.

"Jadi... Jadi kita sudahi saja obrolan kita, kali ini" katanya.

"Yaaah... Kok gitu, sih?" ucap yang lainnya serempak.

"Karena bentar lagi waktunya sholat Maghrib. Jadi, kapan-kapan aja deh, ceritanya"

Mingi terkejut, "Eh, cepet amat, udah mau Maghrib! Ya udah, yuk gaes! Kita siap-siap buat sholat Maghrib!"

"AYOOOK!"

Pada akhirnya, obrolan itu berakhir dan mereka langsung bersiap-siap untuk melaksanakan sholat Maghrib di masjid.

****

Usai sholat Maghrib, Mingi menghampiri Hongjoong di studio pribadinya. Terlihat ia sedang mengerjakan sebuah lagu.

"Bang Hongjoong" sapa Mingi.

"Eh, Mingi" ucap Hongjoong. "Ada apa? Pasti lu mau nanyain soal awal mula gue jadi mualaf, kan?"

"Hehehe. Tahu aja. Penasaran banget gue, soalnya"

"Hm. Ya udah, duduk di sini. Nanti gue ceritain abis gue kerja"

Kemudian Mingi duduk di kursi di samping Hongjoong.

Satu jam kemudian...

"Bang, kelar sampe jam berapa ini? Udah sejam-an gue nungguin" kata Mingi.

"Bentar lagi. Sabar" ujar Hongjoong masih fokus mengutak-atik laptopnya.

Dengan sabar, Mingi menunggu Hongjoong selesai bekerja meskipun dirinya sudah mulai merasa mengantuk.

Dua jam kemudian.

"Ah! Kelar juga!"

Hongjoong akhirnya menyelesaikan pekerjaannya, dan terkejut melihat Mingi sudah tertidur di meja kerjanya.

Kasihan banget, sampe ketiduran begitu, batin Hongjoong.

"Mingi. Bangun" ucapnya sambil menepuk-nepuk pundak Mingi.

"Hoam... Masih belum kelar, juga?" tanya Mingi yang baru bangun dari tidurnya.

"Udah, kok. Udah kelar"

"Oh, ya udah. Langsung aja ceritain ke gue--"

"Nanti dulu!"

"Ah elaah... Apaan lagi, sih?!"

"Ada satu pertanyaan yang pengen gue tanyain ke lu. Gimana kabar anggota geng lu yang lain?"

"Siapa? Jay sama Yeonjun?"

"Iya"

"Hm. Gue udah nggak pernah ketemu mereka lagi semenjak lulus SMA. Jadi, gue nggak tahu kabar mereka bagaimana. Tapi, gue berharap semoga keadaan mereka baik-baik aja"

Hongjoong mengangguk.

"Nah, sekarang giliran gue yang nanya. Gimana sih awalnya lo bisa jadi mualaf?"

"Jadi..."

"Jadi???"

"Jadi... Sebenernya gue udah lupa awalnya gimana"

"Ya elaaah..."

"Tapi tenang. Gue bakalan cerita ke lu kalo gue udah inget. Oke?"

"Hm. Oke, deh"

"Ya udah. Sekarang, lo balik ke kamar, gih. Udah malem"

"Iya, bang"

Sampai hari ini, Hongjoong lagi-lagi belum menceritakan tentang hal tersebut kepada teman-temannya. Sampai suatu ketika, tiba-tiba ia menemukan sebuah kotak kecil berwarna hitam di dalam laci meja kerjanya. Ketika kotak tersebut dibuka, terdapat sebuah cincin perak yang ternyata cincin tersebut adalah cincin tunangan ketika ia masih bertunangan dengan Karina, mantannya.

"Andai aja Karina nggak ngebatalin pernikahan itu, cincin tunangan ini pasti bakal berganti jadi cincin nikah" gumamnya.

Seketika, ia mulai teringat dan kemudian menceritakannya kepada teman-temannya.

Penasaran dengan cerita awal mula Hongjoong bertemu dengan Karina hingga akhirnya menjadi mualaf? Tunggu di cerita berikutnya!

****










SELESAI.

Terima kasih sudah membaca cerita ini! Sampai jumpa di cerita selanjutnya! ♥

Youth || YunGi [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang