Page Seven

42 4 0
                                    

Sesampainya di depan sebuah kafe, Yunho bertemu dengan Mingi.

"Kenapa lo nggak minta dianterin sama temen lo aja?! Kenapa musti sama gue?!" gerutu Yunho.

"Yeee... Jangan marah dulu, dong. Temen-temen gue udah pada balik duluan. Gue ditinggal sendirian di sini" jelas Mingi.

"Emangnya sebelum temen lo balik, lo nggak minta dianterin, gitu?!"

"Hehe. Lupa"

"Ish. Elu, ye. Ya udah, buruan naik! Urusan gue sama Jungwon belum kelar, tauk!"

"Iya, iyaaa"

Mingi lalu mengenakan helm yang diberikan Yunho sebelumnya, menaiki motor tersebut dan duduk di belakang Yunho. Dan Yunho mulai mengantarkannya hingga ke depan rumahnya Mingi.

Sesampainya di sana, mereka berdua disambut oleh ayahnya Mingi.

"Hadeh, Mingi... Jam segini baru pulang?" sahut ayahnya Mingi.

"Maaf, Yah. Temen-temen Mingi pada tega banget ninggalin Mingi. Untung ada Yunho yang mau nganterin" kata Mingi.

Lalu ayahnya Mingi menoleh ke arah Yunho.

"Makasih ya, Yunho. Udah mau nganterin Mingi pulang" ucapnya.

"Iya. Sama-sama, Om" sahut Yunho.

Tiba-tiba, pandangan ayahnya Mingi tertuju pada motor bebek milik ayahnya Yunho yang sudah butut.

"Kamu pake motor siapa?" tanyanya penasaran.

"Motor bapak saya, Om" jawab Yunho.

"Kalo misalnya Om tuker sama motor yang baru... Mau, nggak?"

Yunho kaget. Mingi pun juga ikut kaget. Tiba-tiba saja ayahnya Mingi menawarkan motor baru kepada Yunho.

"Waduh. Kalo soal itu, jangan tanya saya, Om. Tanya sama bapak saya aja" ujar Yunho.

"Oh. Ya sudah. Kapan-kapan, Om main ke rumah kamu" kata ayahnya Mingi.

"Hehe. Ya udah, saya langsung pulang ya, Om?"

"Lho? Nggak mampir dulu?"

"Saya... Ada tugas sekolah yang belum selesai dikerjain"

"Ooh. Baiklah kalo begitu. Hati-hati di jalan, ya?"

"Iya, Om. Saya pamit dulu"

Usai berpamitan dengan Mingi dan ayahnya, Yunho langsung kembali ke rumahnya.

****

Besok siangnya.

Memasuki waktu istirahat, Jungwon dan Sunghoon bertemu di kantin membahas tentang Yunho dan Mingi.

"Won, kita kan udah lama kenal mereka dan tahu kalo mereka tuh sahabatan. Lo ngerasa nggak, sih, kalo hubungan mereka mulai renggang, apalagi sejak Mingi jadi anggota geng berandalan itu?" tanya Sunghoon membuka obrolan.

"Iya. Udah gitu, Yunho sering banget diancem sama Hyunjin, gara-gara ngelihat dia temenan sama Mingi. Gue jadi kasihan sama dia" jawab Jungwon.

"Sama. Emang bangke tuh, anak! Oh ya, ngomong-ngomong soal Hyunjin, dia pernah ngomong sama gue. Katanya, dia punya rencana mau ngancurin persahabatan mereka!"

Jungwon terkejut.

"Hah?! Kenapa?!" tanyanya.

"Katanya lagi, dia tuh nggak suka Mingi yang notabene anggota gengnya itu deket sama Yunho, si orang miskin" jawab Sunghoon.

"Ya elah... Gara-gara itu, dia mau misahin Yunho dan Mingi? Bener-bener agak lain tuh anak!"

"Maka dari itu, gue mau kita berdua awasin tuh anak, biar dia nggak ngelakuin yang aneh-aneh ke mereka berdua, apalagi yang sampe ngancem nyawa mereka"

"Gue setuju, tuh!"

"Oke. Mulai sekarang, kita harus lindungi Yunho dan Mingi dari apa-apa yang membahayakan mereka!"

"Iya. Dan jangan lupa juga, kita minta sama Allah. Supaya Yunho, Mingi, dan kita berdua tetap di bawah lindungan-Nya"

Sementara itu, Hyunjin dan kawan-kawan sedang berkumpul di warung mbok Jum.

"Gaes, anak-anak STM yang nyerang kita kemarin nantangin kita lagi!" kata Hyunjin.

Yang lainnya terkejut.

"Hah?! Serius, lo?!" sahut Yeonjun.

"Terus, kita mau serang mereka lagi?" tanya Jay.

"Iya. Tapi, jangan hanya kita berempat. Ajak murid yang lain, juga"

Sunghoon yang kebetulan sedang keluar tiba-tiba melihat mereka lalu bersembunyi di balik pohon. Tak lupa dia menyiapkan kamera ponselnya untuk merekam.

"Kita ajak mereka untuk ikut serang anak-anak STM itu. Dan buat Mingi, gue minta sama lo! Kali ini lo harus ikut! Dan kalo si orang udik itu ngalangin lo lagi, jangan segan buat ngasih tahu ke gue. Biar gue yang urus orang udik itu!" seru Hyunjin.

"Oke. Kali ini gue bakalan ikut" ucap Mingi santai.

"Bagus! Itu baru anggota "The Big Four" yang sesungguhnya!"

Wah, parah! Mereka ngajak murid lain buat ikut tawuran? Musti gue laporin, nih!, batin Sunghoon.

****

Setelah itu, Sunghoon kembali ke sekolah dan menghampiri Yunho yang sedang memperhatikan ponsel pemberian Mingi itu.

"Widih! Hape baru, nih! Siapa yang beliin, Yun?" tanya Sunghoon penasaran.

"Hehehe. Anu... Mingi yang beliin" jawab Yunho malu-malu.

"Anjay... Enak banget ya, punya temen kayak Mingi. Andai gue punya temen kayak dia juga, yang selalu ada kalo gue lagi butuh"

"Mau tahu, gimana caranya biar punya temen kayak Mingi?"

"Wah! Gimana caranya, tuh?"

"Jangan sombong"

Sunghoon tertohok lagi.

"Ehehe. Tenang, Yun. Kali ini, gue udah tobat. Gue udah nggak sombong lagi!" katanya.

"Ah, yang beneeer?" ledek Yunho.

"Beneran! Sejak kapan gue bohong sama lu?"

"Hehehe. Iya, deh. Gue percaya"

Di saat Yunho sedang fokus mengobrol dengan Sunghoon, tiba-tiba ponselnya direbut oleh Hyunjin.

"Oooh... Jadi ini hape pemberian Mingi?" gumam Hyunjin. "Heh, orang udik! Lo itu nggak pantes buat megang hape!"

Lantas, Hyunjin langsung membanting ponsel tersebut ke lantai. Apa yang ia lakukan barusan, tentu membuat Yunho dan Sunghoon marah.

"Heh! Seenak jidat lo banting tuh hape!" seru Sunghoon.

"Hyunjin! Bisa nggak sih, sekali ini aja lo jangan gangguin gue?!" bentak Yunho.

"Kenapa? Nggak suka?" ejek Hyunjin dengan senyum liciknya.

Hyunjin lalu mulai menginjak ponsel itu. Namun, bukan ponselnya yang terinjak, melainkan sebuah tangan manusia.

Eh? Nginjek tangan siapa nih, gue?

****










Bersambung...

Youth || YunGi [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang