"TUWI PETENGI WELOKNING RÈNWA NGDE LEWU WULANGUN
WKASANAWA TKAPNING RAH LUMRĀ MADHEMI LEBŪ," vokal seorang gadis melembut, kemudian menaik tanpa berteriak.Suara gesekan dari benang biola mengisi ruangan, diiringi dengan angklung dan gamelan. Busur biola semakin cepat menggesek senar, tetapi tidak terburu-buru. Setelah berhenti beberapa saat, akhirnya piano ikut bergabung dengan suara lainnya.
"RI MARINIKA PTENG TANG RAH LWIR SĀGARA MANGEBEK
MAKA LETUHA RAWISNING WĪRĀH MĀTI MAPUPUHAN
GAJA KUDA KARANGANYA HRŪNG JRAH PĀNDANIKA KASEK." Nyanyian terdengar semakin meninggi dengan perlahan, tetapi begitu halus.Gamelan semakin keras dan piano berusaha mengejar suara biola milik Andi. Angklung digoyangkan begitu cepat mengikuti suara penyanyi latar yang berusaha tetap mendahului suara utama milik Ayu. "ARACANA MAKAKAWYANG ŚĀ-"
Casing piano tertutup tiba-tiba. Suaranya terdengar begitu keras, hingga Ayu memberhentikan nyanyiannya.
"Agh!! Sial!" Anggota bagian piano merasa kubu jari-jarinya kesakitan.
Beberapa anggota lainnya mengeluh dengan kecelakaan ini.
"Maaf, ya, tiba-tiba banget casing pianonya jatuh." Dia membuang napas kesal. "Padahal, aku cuma memalingkan pandangan sebentar." Anggota piano itu kesal dengan piano tua milik kampus mereka.
"Bukan masalah. Kita bisa melatihnya lagi lain kali," jawab Ayu sembari melihat jam tangan. "Ini sudah pukul dua siang. Kalian boleh pulang kalau mau." Ayu kemudian turun dari panggung kecil milik UKM Musik yang sederhana.
Tidak banyak yang berbicara dan segera keluar dari ruangan. Kebanyakan dari mereka pasti ingin menyalahkan anggota piano yang selalu ceroboh itu, tetapi mereka tahu kalau itu adalah sebuah kecelakaan dan anggota piano itu adalah korban.
Andi menatap pianis tadi secara datar, Andi berfikir ada dua kemungkinan menurutnya. 'Mungkin saja karena gelombang suara terlalu keras dihasilkan oleh suara alat musik kami dan bisa jadi karena angin kencang yang sedang terjadi di kampus kami' Andi sedikit menyayangkan jika saja jendela ruang musik di tutup, tetapi itu bisa berakibat kaca pecah karena suara hasil latihan mereka banggakan.
Di UKM Musik tersebut, Andi-lah yang menjadi satu-satunya violinis. Terutama, ia sering tidak melihat kertas partitur yang penuh tangga nada. Rasanya seperti tidak cocok dengan keahliannya, yaitu menulis artikel. Namun semenjak kecil, Andi sudah biasa bermain dan menjadikan biola sebagai hobinya.
Andi yang awalnya duduk di pinggir jendela, memutuskan berpindah ke tengah ruangan yang penuh alat musik. Andi menunggu semua anggota kecuali Ayu keluar tanpa ada yang kembali. Ayu kemudian menggeser jendela yang tertutup dan duduk di sana. Keanggunan Ayu sudah pasti disukai oleh banyak orang, tetapi sayangnya ia bukan tipe Andi.
"Apa ada hal yang mengganggumu?" tanya Ayu sembari tersenyum.
"Tidak." Andi meregangkan tubuh sejenak. Ia begitu lelah dengan kelas seharian, tetapi kini masih harus menjalankan rutinitas yang tidak jelas itu.
"Baiklah. Usahakan jangan berhenti di pertengahan," ucap Ayu mengingatkan Andi ke sekian kalinya.
Andi mulai menggesek senar secara perlahan, semakin lama semakin cepat. Ayu kemudian mulai menyanyi dengan bahasa yang bahkan tidak diketahui Andi sendiri. Andi sebenarnya sering merasa kesal dan bingung dengan kegiatan yang mereka lakukan.
Sudah dua semester Andi memasuki kampus yang awalnya diidamkan-idamkan olehnya. Namun kini, entah mengapa terasa melelahkan baginya. Dulu sewaktu OSPEK, pandangan Andi tidak bisa teralihkan dengan staf UKM Musik. Mereka memainkan musik dengan baik. Andi terpesona dengan keahlian sang vokalis. Kebetulan, ia bisa menggunakan biola. Jadi, saat itu ia memilih mengikuti UKM Musik. Dan, benar saja, saat bergabung, ia mengetahui di sana terdapat satu-satunya penyanyi yang bisa meniru banyaknya suara penyanyi lain, yaitu sang vokalis bernama Ayu.
Sudah sering terjadi, beberapa anggota keluar, atau bahkan enggan mengikuti UKM Musik dari awal. Terdengar desas desus horor dari mahasiswa kakak tingkat. Banyak yang mengatakan bahwa UKM Musik menganut sekte sesat. Sering terdengar suara biola dan nyanyian wanita tak dikenal.
Kampus Armonia juga memiliki larangan mutlak yang aneh. Tidak ada yang boleh berada di wilayah kampus sejak Maghrib sampai matahari terbit tiba. Itu berlaku untuk seluruh warga kampus, termasuk mahasiswa dan dosen. Peraturan itu membuat mahasiswa bahkan dosen menjadi kesulitan, tetapi birokrasi kampus atas perintah Rektor, tetap mempertahankan peraturan itu sejak kampus dibangun.
Di UKM musik yang beranggota sedikit tetapi pintar memainkan musik, Andi sering menjadi sorotan sebagai violinis bukan jurnalis. Andi terkadang bingung harus merasa senang atau sedih atas reputasi itu. Terkadang dia juga dipilih untuk mewakili UKM Musik bahkan sering menjadi staf event yang mereka buat secara internal maupun eksternal.
Semenjak saat itu, dosen pembimbing memilih Andi sebagai pendamping Ayu saat sore hari. Hanya peraturan singkat, 'jangan tidak hadir selama Ayu menyanyi di sore hari' dan 'jangan berkeliling kampus di malam hari'. Andi awalnya berfikir bahwa amanah tersebut mudah dilakukan. Seiring berjalannya waktu dan padatnya jadwal Andi, ia semakin kesusahan untuk hadir tepat waktu. Tetapi Ayu terus menerus memaksa Andi untuk hadir saat sore walaupun Andi ada acara keluarga. Ayu bahkan rela menjemput Andi langsung dari rumahnya hanya untuk memainkan biola lumayan berat itu.
Salah satu Anggota musik lainnya pernah bercerita kepada Andi. Sebelum Andi masuk ke kampus, terdapat anggota violinis yang biasa menemani Ayu seperti Andi sekarang. Tidak lama sebelum Andi masuk ke UKM Musik, violinis tersebut menghilang tanpa jejak di hari jumat. Terakhir kali terlihat masih berada di kampus pada sore hari, banyak yang berfikir ada kaitannya dengan peraturan yang aneh tersebut.
Setelah memainkan musik aneh itu selama dua jam tanpa berhenti, mereka akhirnya melakukan piket yang kebetulan Ayu menggantikan temannya yang sedang sakit. Ayu menawarkan kepada Andi untuk pergi duluan saja tanpa piket, Andi menolak dan melanjutkan piket dengan lesu. Ayu menanyakan hal-hal ringan kepada Andi yang sedang lelah, beberapa pertanyaan dijawab dengan Andi secara singkat dan sisanya ia hanya terdiam. Singkatnya mereka berpisah setelah keluar dari ruang musik.
Andi segera pulang ke rumah tanpa bergabung dengan teman-teman jurnalis lainnya. Setelah membuka pintu dan melemparkan dirinya ke kasur bersamaan dengan tasnya ke meja, ia membuka ponsel yang penuh dengan notifikasi pesan berisik. Ia memeriksa tugas minggu ini yang harus di kumpulkan, untung saja tersisa satu tugas walaupun membutuhkan waktu yang lama.Setelah berbaring lima menit dan jam sudah menunjukan pukul 7 malam, akhirnya mahasiswa dengan mata panda itu berusaha bangkit dari lem milik kasurnya. Ia segera membersihkan diri kemudian membuka laptop dengan kumpulan software yang tidak ditata dengan baik. Andi kemudian mulai membuat sebuah artikel sebagai tugas dari salah satu kelas yang diambilnya.
Sejak dulu, Andi terbiasa dengan menulis terutama menulis artikel ataupun jurnal hingga memenangkan beberapa lomba. Alasan utamanya adalah Andi hanya bisa konsisten dalam mengamati dan mencatat hasilnya. Tetapi semenjak ia masuk ke kampus, ia semakin kesusahan dalam memanajemen waktu dan tidak bisa mempioritaskan antara sebagai jurnalis atau violinis. Andi memiliki passion sebagai jurnalis, tetapi ia juga sudah menganggap biola hitamnya sebagai 'istri keduanya' walaupun belum memiliki istri. waktu sore yang terbuang banyak karena sebuah lagu yang harus diiringi biola Andi yang bahkan ia selalu tidak mengerti maksudnya.
Suara ketikan dari keyboard dan jarum panjang jam yang menunjukan pukul 1 malam, Andi sudah terbiasa begadang dan di samping laptopnya pasti tersedia secangkir kopi susu hangat. Setelah melewati malam sunyi bersama dengan halaman-halaman yang berada di Ms.Word, Andi segera memindahkan file artikel ke dalam ponselnya kemudian membereskan sisanya dan tidur tanpa ada gangguan. Ia berharap besok memiliki "kehidupan" yang lebih baik dari sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alunan Biola Mistis Di Armonia [ The End ]
FantasyDi balik melodi indah yang dimainkan Andi, seorang violinis berbakat di UKM Musik di Universitas Armonia, ia harus menjalani ritual pemutaran instrumen magis untuk menyelamatkan kampus dari gangguan roh jahat. Namun, sebagai jurnalis yang harus ber...