4《♣︎》Mengungkap Sebagian 'Rahasia' Kampus [II]

18 4 0
                                    

       Ruangan yang gelap itu akhirnya menemukan secercah harapan, sayatan lumayan panjang membekas di dinding tinta itu. Tiba-tiba anak kucing hitam mendarat di pundak Ayu, ia terlihat bahagia dan langsung menempelkan kertas kuning itu ke dahi kucing itu. Kucing itu memancarkan cahaya yang begitu silau mengalahkan senter Andi, tinta itu mengeluarkan suara jeritan yang memilukan. Ruang kurungan itu meleleh dengan cepat dan segera kabur dari hadapan mereka.

       Sayangnya Andi tidak diterima oleh salah satu penghuni kampus tersebut, bahkan sebelum melihat makhluk apa itu, pedangnya langsung berpapasan dengan leher Andi. Ayu kemudian menceritakan apa yang sebenarnya terjadi dengan kesal kepada makhluk itu. Akhirnya makhluk itu menurunkan pedangnya dan menampakkan wujudnya.

"Mau bagaimana lagi" Ayu cepat membuang nafas. "Aku harap ini terakhir kalinya"

Ia teringat dengan cerita violinis di UKMnya. 'Sepertinya peristiwa violinis tersebut sama seperti Andi' pikirnya cepat.

"Syukur saja kita berada di dekat sini." Makhluk seram itu tidak menatap Andi sedikit pun. "Padahal semakin sedikit yang kau tahu, semakin baik"

"Terkadang saya setuju dengan anda, tetapi untuk sekarang tidak" Andi mengangkat tangan kanannya menawarkan jabat tangan. "Andi Sutranta"

Makhluk itu menerima dan menatapnya. "Namanya" suara berat itu membuat Andi ketakutan lagi.

Tangan Andi bergetar hebat dan segera melepaskan jabatan itu.

       Walaupun penglihatan Andi tidak terlalu terang, bentuk rupa Namanya tidak kalah menakutkan dari makhluk tinta tadi. Matanya yang hampir keluar, hidungnya terlalu maju, gigi yang dipenuhi taring, mulutnya melebar tersenyum. Tubuhnya lebih tinggi daripada Ayu, ia lebih tinggi dari Andi. Jika makhluk tadi tinta, sekarang bagian perutnya bukan kaki melainkan ekor bersisik yang begitu panjang berwarna coklat bercampur keabuan. Rambutnya begitu panjang hingga menutupi bagian tangan.

      Namanya yang paham dengan ketakutan Andi dan segera mengeluarkan asap tebal. Andi tidak sengaja batuk dan Ayu menempelkan kertas kuningnya di lantai, dalam sekejap asap itu menghilang. Sosok Namanya yang mengerikan tadi lumayan menghilang, setidaknya Andi punya keberanian untuk melihatnya dengan waktu lama. Wajahnya halus seperti manusia pada umumnya, kecuali seluruh gigi taringnya. Ekornya terganti dengan kaki. Andi baru tersadar ternyata sebelumnya Namanya tidak memiliki tangan dan sekarang ia memiliki dua tangan menyatu dengan pundak dan dua tangan di punggungnya, kukunya sepanjang penggaris 30 cm.

"Terima kasih" ucap Andi dan Ayu bersamaan.

Andi menatap Ayu dengan terkejut.

Ayu menatapnya serius. "Apa lagi yang kau tunggu? Cepat ambil biolamu!" Perintahnya.

"Untuk apa?" Andi tahu fungsinya sekarang, tapi bukankah Ayu bisa menggunakan mantra kertas?

Namanya mengarahkan telunjuknya ke langit. "Lihatlah perisai- sarang lebah yang menutupi kampus ini"

Langit-langit dari sarang lebah itu banyak yang retak, terlihat seperti bisa dipecahkan hanya dengan pukulan tangan manusia.

"Apa tidak bisa menggunakan kertas kuning?" Andi masih bingung kenapa harus biola.

"Jika bisa, maka kita tidak perlu menjalankan rutinitas yang mengganggumu" jawab Ayu cepat. "Cepat ambil!"

"Di ruang UKM kan?" Tanya Namanya. "biar ku antar kamu agar lebih cepat, kakimu belum berhenti bergetar"

Andi sedikit ragu-ragu dengannya, bagaimana cara mengantarnya? Tempatnya begitu jauh.

"Jangan meremehkan ku" Namanya segera duduk menunggu tubuh Andi.

Alunan Biola Mistis Di Armonia [ The End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang