2《♣︎》Penolakan Keras

28 7 2
                                    

      Suara rintik hujan menyelimuti kelas yang dingin itu diikuti suara kecil dari menulis dan membalikkan lembar halaman buku milik beberapa mahasiswa. Andi menahan rasa ngantuknya sembari mencatat yang sedang dijelaskan oleh dosen 'killer'nya. Dosen tersebut menjelaskan tentang bagaimana beberapa cara untuk membungkam seorang saksi agar memberitahu kebenarannya, beliau terus mengulangi beberapa etika untuk seorang jurnalis. Setelah beberapa saat, akhirnya dosen tersebut mempersilahkan sesi pertanyaan dibuka. Andi segera mengangkat tangan kanannya, mulutnya begitu haus menanyakan sebuah pertanyaan.

"Oh? Andi" dosen mempersilahkannya.

"Bagaimana jika waktu hanya tersisa sedikit? Bukankah lebih efektif menggunakan paksaan" Ia berusaha meninggikan suaranya tanpa terdengar kasar atau menggertak karena kursinya terlalu jauh dari dosen.

Dosen itu melebarkan matanya sebentar kemudian tersenyum. "Tergantung kasus apa yang kamu ambil, tapi kamu harus memikirkan apa yang terjadi di masa depan juga"

Andi diam berpikir. "Terima kasih"

Salah satu temannya mengangkat tangan "pak, saya punya pertanyaan"

Dosen tersebut mengangguk.

"salah satu dampaknya adalah kehilangan kepercayaan publik. jika seorang jurnalis mengalami hal itu, bagaimana cara agar ia bisa bekerja sama dengan orang lain agar reputasinya naik kembali?jurnalis tersebut pasti kesusahan untuk bekerja sama dengan yang lain" tanya mahasiswa kurus itu sembari melihat kertas, Andi berfikir jika itu catatan.

"Apakah ada yang bisa menjawab?" Dosen tersebut seperti merendahkan mahasiswa itu.

Andi kemudian mengangkat tangan.

Mahasiswa itu menatap Andi dengan serius.

Andi berdiri"Jurnalis tersebut bisa membuat jurnal atau yang lainnya terus menerus hingga mendapatkan kepercayaan kembali, tapi hal itu memang membutuhkan waktu yang lama" Andi kembali duduk.

Mahasiswa itu terdiam "te...terima kasih" kemudian duduk dan menutupi wajahnya.

      Andi kembali mengecek catatan yang ditulis. Andi merasa sedikit kasian dengan mahasiswa kurus itu, walaupun pertanyaannya kurang lebih kritis. Dosen kemudian menjawab beberapa pertanyaan dari mahasiswa yang lain. Setelah cukup lama, akhirnya kelas berakhir dan para mahasiswa keluar untuk melanjutkan aktivitas berikutnya.

      Di taman yang ditutupi oleh genteng berkaca, Andi tidak sengaja melihat papan mading yang membuatnya tertarik. Terdapat poster lomba jurnal dengan tema musik dengan hadiah yang bukan main, 100 juta rupiah lebih tepatnya. Bagaimana mungkin seseorang tidak tertarik dengan jumlah uang tersebut? Andi membaca poster itu lebih teliti dengan wajah ambisi.

      Setelah membaca dan memotretnya menggunakan ponsel, ia kemudian mencari tempat duduk. Andi berfikir musik apa yang cocok untuk diperkenalkan dan mudah dicari, karena batas pengumpulan seminggu lagi. Matanya yang berbinar seketika berubah sedikit kekhawatiran, ia tahu satu-satu sumber yang paling memungkinkan untuk membuat jurnal adalah UKM musik itu sendiri.

      Ia takut Ayu tidak mengizinkannya sebagai anggota dengan reputasi terbaik dari UKM musik mereka, tetapi hanya dia-lah yang paling memungkinkan menjadi penyanyi daripada anggota lain. Walaupun memiliki reputasi indah, Ayu sering tidak ikut dalam event eksternal dan menjauhi hubungan sosial secara langsung dengan publik, ia juga benci dengan kamera.

      Hanya ada foto KTM miliknya yang terakhir kali Andi lihat, cukup sulit jika ingin meminta persetujuannya. Andi berfikir panjang dan memaksakan diri untuk meminta izin kepada wanita misterius tersebut. Andi kemudian membuka chat kepada Ayu.

Alunan Biola Mistis Di Armonia [ The End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang