10《♣︎》Ruang Arsip [ II ]

13 5 0
                                    

       Andi terpaksa mengerjakan tugasnya sembari patroli, sebelumnya ia mengambil biola dan melakukan ritual hanya demi perisai tetap aman. Mahasiswa kutu buku ini sedang mencari tempat yang nyaman, ia kemudian pergi ke atap gedung farmasi. Udaranya dingin tetapi tidak seperti bersalju, ini nyaman dinikmati saat menggunakan hoodie atau jaket sepertinya.

      Ia kebetulan melihat Namanya di samping gedung seni, Andi kemudian menghampirinya. Siluman Naga tua seperti Namanya terlihat melamun ke arah jendela begitu lama, tanpa bergeming sedikitpun. Ia menatap ruang gudang lukis, Andi tebak Namanya khawatir dengan Ayu.

       Namanya akhir-akhir ini sering khawatir terus-menerus, ia bahkan mengecek tiga kali ke tempat yang dilaluinya. Sering kali juga ia mengelilingi kampus hingga lima kali, dia bahkan memperhatikan ruang-ruang di setiap gedung. Bukan berarti hal ini belum terjadi sebelum Ayu menghilang, tetapi Andi merasa Naga tua ini khawatir dengan anak didikannya. Andi memang tidak tahu apakah Ayu berguru dengan siluman naga itu, tetapi itu hanyalah sebuah kemungkinan yang bisa saja palsu.

"Apa yang sedang kau lakukan?"

Namanya melirik dan tersenyum. "Semua karyanya begitu indah"

Andi melihat ke dalam jendela, ruangan itu dipenuhi berbagai lukisan indah. Tidak mungkin semuanya milik kak Ayu, pikirnya.

"Walaupun dia pemalu, dia tetap berusaha membantu yang lain"

"Sungguh semua karya itu milik Kak Ayu?"

Namanya mengangguk cepat. "Ia juga rendah hati, tetapi tidak terlihat"

Andi mengangguk setuju. "Tidak banyak yang berteman dengannya, aku hanya melihatnya sering menyendiri" tambahnya santai.

"Minum apa dia ya? Aku lupa namanya" ia berusaha mengingat.

"Matcha latte!" Seru Andi dan tersenyum.

"Kau benar! Ia tidak bisa tenang melukis tanpa minum latte apalah itu!" Namanya begitu hafal dengan kegiatannya.

"Oh ya, Kapan Kak Ayu kembali? Dan mengapa ia menghilang?" Andi berpikir Namanya mengetahuinya.

Namanya menggelengkan kepala. "Dia tidak meninggalkan pesan satupun kepada kami"

"Bahkan 'pemimpin' tidak mengetahuinya juga?" Andi teringat dengan ruang arsip.

Namanya terkejut dan segera mundur tiga langkah. "Bagaimana-"

"Ini kerajaan bukan?" Tanya Andi memastikan dengan wajah datar. "Santai saja, aku masih di bawahmu dalam gaib"

Namanya berhenti tersenyum. "Sayangnya, beliau tidak mengetahui hal itu juga"

"Maafkan aku juga itu menyinggungmu" Andi menundukkan kepala. "Nama pemimpinmu siapa?"

Namanya menyipitkan matanya. "Apa yang akan kau lakukan dengannya?"

Andi menggelengkan kepala dan mendekat. "Aku tidak berpartisipasi lagi"

Andi berpikir kenapa jalan bagian ruang arsip harus dibatasi. Ia teringat dengan peta kampus, kalau diperhatikan lagi, titik tengah kampus ada di bagian ruang arsip itu. Mengapa harus titik tengah? Berarti tempat itu spesial.

"Kuasa apa yang membuatmu percaya diri?" Namanya mundur dua langkah.

Andi menggeleng sekali lagi, ia memang terlalu gegabah.

Namanya menatapnya serius. "Apa kau pernah mendengar Raja Arjuna?"

Andi berusaha memutar kembali semua memori dari masa kecil hingga sekarang, ia tidak pernah mendengar manusia bahkan dewa bernama Arjuna. Andi menggelengkan kepala "bisakah aku bertemu dengannya?"

Alunan Biola Mistis Di Armonia [ The End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang