3《♣︎》Mengungkap sebagian 'rahasia' kampus [I]

16 7 0
                                    


      Peraturan paling aneh tetapi sampai sekarang terlihag tidak ada seorang pun melanggarnya, semuanya selalu pulang sebelum menjelang malam. Tetapi pertama kalinya, mahasiswa yang haus informasi nekat menunggu hingga bulan datang. Ia sengaja tidak menghubungi Ayu dan bersembunyi darinya tanpa pulang ke kosan. Andi terus menerus berpindah ruang setiap jadwal satpamnya datang, dia telah mengakrabkan diri dengan para satpam hingga mengetahui jadwal mereka.

      Andi tidak bisa mendapatkan informasi 'rahasia' yang dimaksud Ayu, ia sedikit meragukan tindakannya ini. Ia penasaran alasan kenapa rutinitas sore yang dilakukan bersama Ayu wajib dilakukan, apa yang disembunyikan oleh kampus ini, mengapa peraturan aneh itu tercipta. Pasti semuanya mengarah ke satu arah, perasaannya berkata seperti itu.

      Tidak disangka ternyata banyak satpam yang sudah pulang pukul tujuh malam, ini memudahkannya dalam eksplorasi. Andi mulai berjalan sembari mengangkat kamera yang siap merekam apapun, hanya bermodal kamera, senter, dan doa keselamatan saja. Tidak banyak suara yang terdengar, terkadang juga terdengar suara burung gagak melintasi taman. Tidak ada keanehan apapun, untuk sementara. Andi kemudian berpindah tempat ke gedung farmasi, lorong lantai dua begitu panjang. Gelap dan sunyi, bahkan lampu juga tidak dinyalakan walau difasilitasi. Entah kenapa, jantung Andi terus berdetak kencang.

      Seingatnya, ia tidak pernah mendengar reputasi buruk dari gedung farmasi. Andi seharusnya mencari informasi sekitar kampus lebih banyak lagi. Tiba-tiba terdengar suara langkah cepat di samping Andi, padahal hanya jendela yang tidak ada penampakan sedikitpun. Ia membalikkan badan dan menyinari sekitar dengan senternya, ada yang aneh.

      Cairan hitam tiba-tiba muncul di sekitar pinggir lorong, sebelumnya bersih mengkilap tanpa bekas sepatu kotor. Ia melihat ke bawah sepatunya, sepatu cokelat itu ternodai dengan cairan hitam. Matanya segera melihat sekitar, tidak jauh di depannya ada sesuatu yang berbeda. Andi segera mundur tiga langkah dan menyinari 'sesuatu' itu.

      Cairan hitam itu semakin banyak dan terkumpul di satu titik, 'sesuatu' itu semakin terbentuk. Andi mengarahkan kameranya dan memotret kilat. 'sesuatu' itu terkumpul menjadi bentuk seperti manusia tanpa mata, tangan kanannya tiba-tiba berubah menjadi lancip seperti alat bor. Tanpa mencari tahu apa itu, Andi segera lari dengan jantung yang rasanya ingin lepas dari dada.

      Makhluk hitam itu berteriak keras, bahkan terdengar oleh Andi yang sampai luar gedung. Ia mematikan senter dan melepas sepatunya, makhluk itu tidak memiliki mata dan sepertinya harus bergantung dengan pendengaran. Pemandangan kampus itu berubah, tiba-tiba ada semacam hexagon yang begitu banyak seperti sarang lebah menyamari atmosfer bumi. Andi punya perasaan buruk, ia khawatir tidak bisa keluar.

"तस्मात् विनश्यति संपूर्णम्...."

      Andi merasa familiar dengan suaranya, ia segera melihat ke atas, tempat suara itu berbunyi. Rasanya seperti pernah mendengar kalimat itu. Tiba-tiba tombak beraura merah muncul dan mendekati Andi. Andi berguling untuk menghindar, hampir saja ia menjadi daging yang tertusuk menjadi sate. Ternyata tombak itu mengarah ke makhluk cairan hitam. Setelah diperhatikan lagi, ternyata lebih mirip ke tinta kental daripada cairan. Andi segera bangun dan berlari menuju gerbang, jangan sampai nyawanya diambil untuk bayaran rasa penasarannya.

"लुलुह् च न कश्चन मुन्चति!" Suara menekan itu semakin terdengar dekat.

      Saat Andi menengok belakang, tepat makhluk tinta itu berada di atas Andi dengan kuku tajam kedua tangannya. Sudah terlambat untuknya melarikan diri. Andi memejamkan mata tak sanggup melihat makhluk itu.

     Terdengar suara jatuh, kemudian air mengalir. Saat Andi membuka mata, makhluk itu meleleh dengan lima kertas tertancap di tubuhnya. Kakinya terjatuh tak berdaya, ia kemudian mengatur nafasnya yang berantakan.

     Suara sepatu terdengar mendekati Andi, Andi segera menyalakan senter untuk memastikan. Sepatu hak tinggi, menggunakan jarik putih, dan kebaya dan selendang. Wajahnya yang datar dengan mengerutkan alis ke dahi, Ayu memandangnya dengan kesal.

"Ke.. kenapa kak Ayu-"

"Seharusnya aku yang bertanya!!" Potong Ayu dengan cepat.

Andi bingung. "Selama ini..."

"Seharusnya kau cukup ikuti peraturannya! seperti yang lain" ucap Ayu sembari menulis sesuatu di lembar kuning.

Andi berdiri dengan kaki sedikit gemetar. "Ini rahasia yang kakak maksud?"

Ayu terdiam menatap makhluk jijik itu. "Ini Belum selesai"

Andi segera ditarik Ayu ketika melihat makhluk tinta masih menggeliat dan mulai membentuk sesuatu abstrak.

"Dia seperti lendir tinta, sebenarnya itu apa?" Tanya Andi sambil berusaha kecepatan larinya sama dengan Ayu.

"Lebih tepatnya jin, dia termasuk jin rakus" Ayu mulai melemparkan kertas-kertas kuning dengan tulisan kompleks.

Andi teringat dengan novel-novel fantasi yang sempat dibaca saat SMA"Apa hanya kertas yang mungkin bermantra yang kakak punya?" Andi mengkerutkan alis berharap menjawab tidak.

"Dimana biolamu?" Dia masih fokus menulis dan melempar kertas kuning itu.

Andi terdiam sedikir paham. "Jangan bilang kalau-"

"Aku tidak bisa mengucapkan mantranya jika tidak ada biolanya!" Ayu berhenti berlari.

      Andi ikut berhenti dan baru tahu alasan mengapa harus ada rutinitas sore tersebut. Selama ini yang dinyanyikan Ayu adalah sebuah mantra untuk mengalahkan mereka. Tetapi untuk apa mengalahkan mereka? Apakah Ayu, kakak tingkat yang pemalu ini sedang melindungi sesuatu?

      Ayu dan Andi terkurung dengan lingkaran tinta, dengan cepat tinta itu menutupi pandangan mereka untuk keluar dari areanya. Andi merasa jijik dan lumayan panik dengan tinta yang sering berjatuhan dari atas ke pakaiannya. Ayu terus menempelkan kertas kuning ke dinding, tetapi kertas itu terus-menerus terjatuh tak berdaya. Ayu berbicara dengan bahasa yang tidak diketahui Andi, pasti itu sebuah bahasa mantra. Ayu tampak putus asa dengan terkurungnya mereka. Andi mencoba menyentuh dinding tinta, kulit jari telunjuknya meleleh lumayan cepat dan segera Andi mengeluarkannya dari tinta. Tidak ada yang bisa Andi lakukan kecuali menatap Ayu yang serius itu.

      Beberapa saat, perlahan lantainya mulai membentuk simbol pentagram dari tinta dan diikuti simbol-simbol yang belum pernah Andi lihat seumur hidupnya. Suara yang awalnya terdengar air saja, sekarang terdengar pertarungan yang berisik. Ayu terlihat terkejut dan berusaha untuk mencari tahu keadaan diluar. Andi berusaha menahan diri untuk tidak gegabah dan teriak, bukan hanya aib saja, tetapi teriakan meningkatkan kematian lebih cepat menurutnya. Ia berusaha untuk berpikir waras sembari mencari solusi. Lendir tinta itu lumayan panas hingga membuat jari meleleh.

Ayu kemudian membaca simbol-simbol yang mengikuti garis pentagram itu, dia terkejut dan menatap Andi lama.

"A-apa yang bisa kubantu?" Tanya Andi cepat.

"Hindari simbol dan pentagramnya" jawab Ayu serius.

Andi mengangguk paham.

"Ini sebuah bahasa mantra, kau tidak akan menemukannya di internet." Ucap Ayu tiba-tiba. Ia tahu Andi penasaran.

      Ayu merobek sebagian kain dari selendangnya, ia kemudian menulis simbol di kertas kuning dan menempelkannya di jari Andi yang terluka. Tidak lama luka itu hanya lelehan kulitnya terhenti dan tertinggal luka dan darah, Ayu kemudian menutupi luka dengan kain kecil dan menyuruh Andi menahannya. Ia sedikit bersalah dengan kakak tingkat introvert itu, ternyata dia punya sisi baik juga di waktu mengancam ini. Andi sempat hanya berpikir bertahan hidup tanpa mempedulikan Ayu. Tiba-tiba lantai yang mereka pijaki sedikit guncangan, apa yang sebenarnya terjadi?

Alunan Biola Mistis Di Armonia [ The End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang