bonus chapter (1)

2.7K 232 35
                                    

Hari ini, tepat 5 tahun sejak kejadian di taman itu. Hari dimana aku dan Harry dipersatukan dengan cinta kami. Cinta yang tulus dan nyata. Walaupun usia kami masih terbilang muda untuk mengenal cinta, kami tidak pernah mencoba untuk mengingkarinya. Semakin hari, kami semakin mencintai satu sama lain. Itulah yang membuat hubungan kami bertahan lama. Hingga saat ini.

Aku memperhatikan diriku sekali lagi di hadapan cermin. Yatuhan, aku terlihat sangat mempesona dengan dress biru muda ini! Harry memang yang terbaik dalam hal busana. Ia tidak pernah mengecewakanku. Oh, heels putih dengan hiasan pita sangat menggemaskan dan cocok dengan dress yang kukenakan.

"Y/N! Lo udah siap bel-" aku membalikkan tubuhku dan menemukan Ariana yang diam mematung tidak melanjutkan kalimatnya.

"Hey! Kenapa Ari? Iya, gue udah siap kok. Yang lainnya gimana? Udah pada siap?" tanyaku. Dia masih berdiam diri, mematung. Aneh.

"Yatuhan, Y/N! Lo cantik banget anjir! Beruntung banget ya lo, punya pacar kayak Harry!" aku hanya tersenyum tipis, mengangguk.

"Bukan pacar, Ri. Tapi calon suami!" aku hanya tertawa mendengar celotehan Zayn yang datang entah darimana asalnya. Disusul dengan Kendall, Selena, Louis, Liam, dan Niall. Sepertinya Justin dan Barbara terjebak macet. Kalau Taylor tidak perlu ditanya, pasti dia terlambat.

Banyak sekali hal yang berubah selama lima tahun ini. Setelah kelulusan sekolah empat setengah tahun lalu, kami ber-dua belas memutuskan untuk menjalani hidup masing-masing. Sebagian dari kami melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi alias kuliah-seperti aku, Harry, Louis, dan Niall. Kami berempat masuk di universitas yang sama dan aku senang akan hal itu. Aku dan Harry tinggal bersama di flat miliknya sejak awal kuliah, sedangkan Niall dan Louis tinggal tidak begitu jauh dari flat Harry. Ariana, Selena, Justin, dan Taylor sama-sama menjadi penyanyi solo terkenal. Taylor baru saja pulang dari tour album terbarunya, Selena baru saja selesai shooting music video lagu barunya, Justin sedang off dari karirnya, dan Ariana baru menyelesaikan rekaman album terbarunya. Kendall dan Barbara mengikuti kelas modelling tepat setelah lulus sekolah dan sekarang mereka menjadi model fashion brand terkenal! Liam mendalami hobi yang sekarang sudah menjadi profesinya, DJ dengan nama panggung Daddy Liam. Zayn memenangkan lotere senilai 10,000 USD dan dengan uang itu, ia memutuskan untuk membuka fashion brand bernama "Mr. Malik" yang cukup berkembang dan ia juga membuka sebuah kedai permanent tattoo.

Walaupun kami sudah jarang ketemu, kami akan selalu menyempatkan waktu untuk berkomunikasi seperti skype, facetime, dan tentunya, group chat kami tetap ramai walaupun 2/3 dari kami sangat-sangat-sangat-sangat sibuk.

Dan yang terpenting dari semua itu adalah hubunganku dan Harry. Tepat seminggu setelah kejadian di taman itu, aku dan Harry memutuskan untuk menyampaikan berita bahagia itu kepada kedua orang tua kami-terutama ibu dan Tante Anne. Mereka tampak sangat gembira dan antusias dengan bersatunya kami. Mereka bilang, mereka ingin kami cepat-cepat menikah tapi tentunya waktu itu usia kami belum matang dan siap untuk menikah. Maka dari itu mereka rela menunggu kami hingga kami siap menikah dan sekarang, kami siap.

"Hey, jangan ngelamun mulu, dong!" sorak Zayn dan yang lainnya hanya tertawa. Aku tidak sadar kalau dari tadi aku melamun.

"Kok lo kayak gak kangen sama kita gitu, sih? Kan kita udah lama gak ketemu sama lo," rengek Kendall. Aku lupa kalau aku belum memeluk mereka semua.

"BEST FRIENDS HUGGGGG!" teriak Liam dan Niall bersamaan. Kami semua pun berpelukan cukup lama hingga terdengar suara ketukan di pintu. Kami melepaskan pelukan kami kemudian menengok kearah pintu.

"Kok kita gak diajak, sih?" sorak Taylor disusul dengan Justin dan Barbara. Oh, hey, Taylor tidak terlambat!

"Lagian sih, pake telat segala!" celutuk Louis.

"SECOND BEST FRIENDS HUGGG!" teriak Zayn dan Ariana bersamaan.

"Tumben banget lo berdua kompak gitu?" komentar Louis. Huh, berisik sekali sih dia.

"Udah ah bacot banget sih lo, Lou. Mending kita sekarang best friends hug. Satu, dua, tiga!" Kendall angkat bicara. Kami berpelukan lagi. Tapi ada yang kurang. Harry. Mempelai wanita tidak diperbolehkan bertemu dengan mempelai pria sebelum acara dimulai. Maka dari itu, aku harus bersabar.

Terdengar suara ketukan di pintu. Kami menengok kearah suara dan menemukan ibuku berdiri disana dengan dress ungu mudanya yang cantik.

"Sudah siap, Y/N?" tanya ibu.

"Ya, aku sudah siap ibu," aku keluar dari ruang ganti diikuti oleh sahabat-sahabatku. Aku sangat gugup. Sangat sangat gugup. Aku juga tidak sabar ingin bertemu calon suamiku, Harry.

"(Y/F/N) silahkan memasuki gedung," nama panjangku disebut. Aku segera memasuki gedung itu karena aku ingin cepat-cepat bertemu Harry-atau menikah dengannya.

Suara dentuman piano dan terompet mulai terdengar. Jantungku berdetak dengan cepat. Sekali lagi, aku sangat-sangat gugup. Aku berjalan secara perlahan menelusuri altar diiringi dengan sahabat-sahabatku sebagain bridesmaid dan bridesman pernikahan kami. Kulihat sosok yang sangaat kucintai dan kusayangi berdiri di atas panggung dengan wajah yang sangat gembira. Kami meneteskan beberapa tetes air mata bahagia. Harry Edward Styles, menangis bahagia karena aku, (Y/F/N).

"Baiklah. Harry Edward Styles, apakah kau siap menikahi (Y/F/N)?"

Tanpa berfikir panjang Harry menjawab, "Iya.".

"Bagaimana dengan Y/F/N, apakah anda siap menjadi istri Harry Edward Styles?"

Aku segera mengatakan "Iya."

"Baik, kalian telah resmi menjadi sepasang suami istri," kata orang tua itu diikuti dengan tepukan dari para undangan. "Silahkan pengantin pria menci-"

Belum selesai penghulu tersebut berbicara, Harry segera menarik pinggangku agar lebih dekat dengannya dan mencium bibirku penuh hasrat dan cinta. Aku membalas ciumannya. Ciuman kami berlangsung cukup lama hingga terdengar suara ketukan mic.

"Uhm, kalian bisa melanjutkannya nanti malam bukan, Harry?" Kendall yang ditugaskan untuk menjadi MC mengganggu ciuman pertama kami sebagai sepasang suami istri. "Para hadirin sekalian, silahkan ikuti kekasihku, Zayn Malik dan adiknya, ke pesta pernikahan di kebun belakang." Tawa Kendall. Kekasihku, Zayn Malik? Oh yang benar saja, Ken, kukira kalian sudah menikah. Oops.

"Well..." kataku memecahkan keheningan dan kecanggungan diantara kami-aku dan Harry.

"I love you so much, Y/N. I can't live without you, I'll always-" Aku memotongnya dengan melumatkan bibirku pada bibirnya. Awalnya ia merasa kaget tapi ia membalas ciuman itu.

"Sshhh, I love you more and you know it, Haz."

"Yeah, I know, Hun."

group chat  ☁️ njh&hesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang