029

5.1K 344 17
                                    

Setelah pulang sekolah, Devon, Noval, dan Yasa memutuskan untuk pergi ke suatu tempat. Mereka sampai di sebuah rumah dengan spanduk bertuliskan 'Astral' yang terpasang di depan. Tanpa pikir panjang, mereka nelangkah masuk ke dalam.

Ketiganya disambut oleh pemandangan kacau; orang-orang yang sebagian besar sudah tidak sadarkan diri karena pengaruh alkohol, botol-botol miras berserakan di sekitar mereka, dan puntung rokok memenuhi udara dengan bau menyengat.

Devon, Noval, dan Yasa tetap berjalan, mengabaikan semua yang mereka lewati. Sampai mereka bisa melihat sekelompok orang yang masih sadar duduk di sudut ruangan, berbicara dengan suara kencang dan tidak teratur. Beberapa di antara mereka terlihat tertawa keras karena menang taruhan, sedangkan yang lainnya hanya menyahuti dengan suara kasar.

"Bang Anggo" Devon yang pertama bersuara. Membuat sekumpulan orang itu menoleh padanya. "Ada apa manggil kita kesini?" tanyanya.

Orang yang dipanggil tersenyum licik ke arah mereka. "Eh udah sampe, sini duduk dulu" katanya mempersilahkan.

Devon dan dua temannya berjalan mendekat, lalu duduk di antara kumpulan orang-orang itu. Jujur saja dia merasa tidak nyaman, ada rasa takut yang membuat jantungnya berdebar sedikit lebih cepat. Dari tadi, tangannya terus mengenggam kuat tangan Yasa yang selalu ada di sampingnya.

"Kenapa, Bang?" tanya Devon lagi ketika mereka sudah duduk.

Anggo tertawa, diikuti oleh temannya yang lain. "Kenapa lo keliatan buru-buru gitu sih?"

"Tau nih, mau kemana dah? Kan baru pada sampe, mending minum dulu
aja" Cowok disebelah Anggo menyodorkan segelas kecil berisi miras.

Noval dan Yasa saling pandang bergantian menatap Devon. Mereka melirik orang-orang itu yang terus memperhatikan mereka, tersirat menyuruh untuk segera meminumnya.

"Sialan" Yasa mengumpat dalam hati. Orang-orang ini sengaja.

Berbanding terbalik dengan Yasa yang sedang mengontrol emosi, Noval justru gelisah sendiri. Dia tau bahwa Devon tidak meminum alkohol, anak itu terlalu lemah. Dia akan mabuk hanya dengan beberapa gelas saja, ditambah kondisi perutnya yang belum makan dengan benar sejak beberapa hari membuatnya berbahaya jika menenggak miras itu.

Devon tidak menangkap sinyal tidak menyenangkan dari sebelahnya. Dia terlalu fokus menatap gelas berisi miras yang tersuguh di hadapannya. Menatapnya lama sebelum tangannya mulai bergerak meraih gelas itu.

Namun, belum sempat tangan Devon menyentuhnya, gelas tersebut sudah diambil alih oleh Yasa dan langsung meminum habis mirasnya dalam sekali teguk. "Makasih, Bang" ucap Yasa setelah kembali meletakkan gelas yang sudah kosong. "Jadi bisa kita tau kenapa kita dipanggil kesini?" tanyanya.

Anggo tersenyum miring menatap Yasa. "Gua cuman mau ngasih tau info tawuran lawan Sinister. Malem ini ya di jalur biasa" katanya.

Yasa dan Noval kembali saling bertatapan. Tidak bisa ditutupi bahwa mereka sama-sama terkejut dengan kabar itu, selebihnya mereka juga menghawatirkan kondisi Devon yang sepertinya masih belum stabil.

"Kok gua gak tau?" Devon yang bertanya.

"Ya ini kan dikasih tau" jawab orang yang tadi memberikan miras. Setau Devon namanya adalah Damar.

Anggo tertawa. "Bener. Ini kan lagi dikasih tau. Lagian, tugas kalian cuman tinggal turun tawuran aja, gua udah hubungin pihak Sinister, mereka justru malah nantangin kita buat turun"

"Gak bisa!" sentak Noval menyuarakan protesnya.

Raut wajah Anggo berubah tidak senang menatap Noval. "Gausah banyak protes! Lo lupa, soal kematian temen lo? Kalo lo gak turun buat lawan Sinister, sama aja lo ngehina arwah temen lo. Dia mau lo bales dendamnya ke Sinister yang bajingan itu. Atau jangan-jangan lo udah lupain temen lo itu?" kata Anggo memprovokasi.

Secret Innocence [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang