Chapter 13

1.1K 132 101
                                    

Kakashi mendorongnya ke sudut dan menjebaknya di sana dengan mengangkat tangannya tinggi-tinggi di atas kepalanya. Dengan jantung yang berdebar kencang di dadanya, Hinata menatap mata Hatake Kakashi muda.

Hinata tidak tahu apa yang memicu tindakan itu, ia tidak tahu alasan mengapa Kakashi menyeretnya ke jalan gelap ini dan tampak seperti iblis yang hendak memakannya utuh-utuh. Ia sedang mengobrol dengan Genma beberapa waktu lalu ketika hal ini terjadi. Bahkan Genma muda pun terkejut saat ia diseret secara tiba-tiba oleh seorang ANBU.

Dengan satu tangan, Kakashi menahan lengan Hinata dalam cengkeraman mautnya, dan kemudian tangan lainnya meraih topengnya untuk menariknya ke bawah dan memperlihatkan wajahnya.

"Ka-Kakashi-kun..." Matanya membelalak saat Hinata melihat wajah pemuda itu. Ini adalah pertama kalinya Kakashi melepas penutup wajahnya dan meskipun kondisinya sangat tidak nyaman, ia masih menatapnya dengan kagum. Saat itu gelap tapi Hinata masih bisa melihat dengan baik karena pantulan lampu jalan sudah cukup untuk mata sensitifnya. Namun, ia tidak bisa memikirkan hal itu lebih lama karena Kakashi tiba-tiba mendaratkan bibirnya ke bibirnya.

Hal itu membuat Hinata berhenti bernapas dan selama beberapa detik, yang ia lakukan hanyalah membeku dan tertegun. Dan ketika ia menyadari apa yang sedang terjadi, Kakashi sudah menggigit bibir bawahnya karena nafsu hingga membuatnya merintih tak berdaya. Hinata tahu ia bisa mendorong Kakashi menjauh... ia bisa saja menggunakan tinju lembut untuk mengusirnya...

Tapi ia tidak melakukannya.

Mungkin karena ia tiba-tiba merasa terlalu lemah, atau juga karena ketika ia merasakan bibir lapar pemuda itu menempel di bibirnya, ia meleleh dan pikirannya menjadi kosong sehingga ia hampir lupa di mana ia sedang berada. Hinata bisa mendengar napas serak Kakashi bercampur dengan suara napasnya sendiri yang terengah-engah.

Tangan Kakashi meninggalkan pergelangan tangan Hinata dan lengannya terjatuh ke samping tubuhnya dengan lemas. Itu hampir seperti seseorang telah memblokir aliran chakranya karena Hinata tidak bisa menggerakkan satu pun anggota tubuhnya. Kakashi kemudian meraih pinggangnya dan menariknya lebih dekat ke arahnya. Ia mencium Hinata dengan keras dan kasar hingga membuat kepalanya berputar-putar.

"K-Kaka... shi-k-kun." Hinata berhasil berkata di sela-sela siksaan kasar di bibirnya. Lengan Kakashi memeluknya begitu erat hingga ia hampir yakin itu akan meninggalkan memar. Hinata mendengar pemuda itu mengerang dan ia merintih lagi. Kenapa Kakashi bersikap seperti ini?

Dan yang paling penting, kenapa ia merasa seperti ini?

"Ka-ka-shi..." Hinata mencoba lagi. Ia tidak bisa bernapas dan paru-parunya sudah berteriak mencari udara. Namun Kakashi, berniat untuk melanjutkan apa yang telah ia mulai, pura-pura tidak mendengar perkataan Hinata dan itu hanya membuatnya bertindak lebih... lapar. Menutup matanya, Hinata meraih bahu Kakashi untuk menenangkan keduanya dan kemudian menunggu pemuda itu tenang.

Beberapa detik kemudian, Kakashi sudah tenang—itu lebih merupakan cara untuk kembali sadar daripada menenangkan diri. Kakashi mundur selangkah, matanya tampak terkejut. Ia kemudian mengamati wajah Hinata yang memerah dan rambutnya yang berantakan. Kakashi terengah-engah dan ia mengangkat lengannya untuk menyeka keringat dingin yang terbentuk di alisnya. "Kau seharusnya menghentikanku." Katanya, mengalihkan pandangan dari wajah Hinata. Suaranya serak dan itu membuat Hinata menggigil.

"Kenapa...?" Tangannya terangkat ke dadanya. Hinata masih bisa merasakan jantungnya berdetak kencang dan liar. "Kenapa... a-apa kau..."

"Seharusnya aku tidak–"

"Mengapa?"

"Dengar, Hinata–"

"Kakashi-kun..."

The Girl Who Skipped Through TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang