Chapter 21

983 129 39
                                    

"Aku tidak pernah menyangka Kakashi adalah ninja yang berdedikasi. Yah, dia selalu menjalankan misi tapi pekerjaan seperti ini? Aku terkesan." Ucap Genma sambil menuliskan beberapa catatan di buku kecil yang diberikan kepada mereka bertiga. Ia bekerja dengan pewaris Hyuuga di meja yang sama sementara Kakashi sendirian di meja paling kanan.

Yah, meja itu berada di ujung paling kanan ketika mereka pertama kali masuk, tapi anehnya, meja itu semakin dekat ke meja miliknya dan Hinata setiap beberapa menit. Penghuninya—Ninja Peniru—melakukan pertunjukan kecepatan yang mengesankan dalam melakukan pekerjaannya. Terakhir kali Genma melihatnya, separuh buku Kakashi sudah terisi coretan tangannya.

Di sisi lain, Hyuuga di sebelahnya juga sedang sibuk dengan pekerjaannya. Hinata jarang mendongak, dan setiap kali mendongak, gadis itu hanya akan membalas obrolannya. Hinata berbeda saat Kakashi belum memasuki ruangan ini hampir tiga jam yang lalu, karena gadis itu tidak terlalu pemalu dan pendiam dibandingkan sekarang.

Mungkin Hinata terintimidasi dengan kehadiran Ninja Peniru. Kehadiran Kakashi terkadang sering menyebabkan hal itu. "Hmm... kau juga pekerja yang cepat."

"A-arigatou."

Genma berseri, senbon di bibirnya bergerak. "Kau benar-benar manis. Semua rona dan sikap malu-malumu itu sangat menggemaskan sampai-sampai aku–"

Tutup pena mengenai kepala Genma.

Genma mengerjap, begitu pula Hinata. Mereka saling berpandangan sejenak. Perlahan-lahan, kepala Genma berputar menghadap ninja bermasker yang tampaknya tidak sadar dan sedang sibuk mengerjakan tumpukan kertasnya sendiri beberapa meter dari sana. Genma mengambil tutup pena yang mendarat di meja mereka dan mengangkatnya. "Apa kau baru saja memukulku dengan ini?"

Kakashi perlahan mengangkat wajahnya. "Apa? Aku?"

Hanya dengan melihat wajah pria itu yang terlalu polos, Hinata tahu bahwa Kakashi lah pelakunya. Ia hampir menggelengkan kepalanya ketika Hatake melihat pena di tangan Genma dan berpura-pura terkejut. "Ups... mungkin aku menulis dengan terlalu cepat dan tutupnya terlempar begitu saja. Maaf Genma."

Genma tampak tidak yakin. Tutup pena itu mendarat agak terlalu kuat sehingga ia tidak bisa mempercayai kata-kata Kakashi. Dengan sedikit mengernyit, ia menatap Kakashi. "Baiklah. Tapi aku tidak ingin terkena tutup pena lagi dan jika itu terjadi, senbon ini akan mendarat di tubuhmu, Kakashi." Ia tidak bermaksud memberi peringatan tapi Kakashi bertingkah sedikit aneh.

Dan apa meja itu baru saja mendekat satu kaki lagi?

"Ya. Ya." Balas Kakashi, masih sibuk dengan kertasnya.

Sambil menghela napas, Hinata mengambil tumpukan kertas miliknya yang sudah selesai untuk ditempatkan dengan rapi di kotak baru. Di depan Genma juga ada beberapa tumpukan jadi ia mengambilnya sambil tersenyum ringan. Masih ada beberapa lagi yang tersisa di kotak tua di dekat Kakashi jadi ia berjalan dalam diam ke sana. Membungkuk di atas kotak, ia menyibakkan beberapa helai rambut dari wajahnya.

Hinata berhati-hati untuk tidak melihat ke arah pria itu karena takut Kakashi akan menghilang dalam kepulan asap lagi. Kakashi memiliki kecenderungan untuk menghilang seperti gelembung setiap kali mereka terlalu dekat. Hinata tidak menginginkan itu, meskipun mereka tidak bicara dan berpura-pura seperti orang asing, ia lebih memilih untuk menemuinya daripada menghindarinya.

Tindakan Kakashi malam itu benar-benar menyakitkan.

Saat menumpuk sisa kertas, Hinata menegang ketika mendengar kursi Kakashi didorong ke belakang. Suara langkah kaki Kakashi menuju tempatnya berada membuat jantungnya berdegup kencang. Hal berikutnya yang ia tahu, Kakashi ada di sampingnya, berpura-pura mengumpulkan kertas baru.

The Girl Who Skipped Through TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang