Chapter 5

1.4K 145 75
                                    

Kutipan dari Buku Jutsu Terlarang oleh Tobirama Senju, Hokage Kedua Konohagakure.

Tiga aturan teratas dalam jutsu penjelajah waktu:

Jadilah pengamat saja. Jangan pernah mencoba mengubah apapun di masa lalu karena kau mungkin tidak akan dilahirkan atau kau bisa menghancurkan kehidupan orang lain dalam prosesnya.

Kematian tidak bisa diubah. Jangan pernah mencoba untuk membatalkan kematian di masa lalu. Ini adalah dampak terbesar yang bisa menciptakan kekacauan.

Jangan pernah mencoba jutsu ini jika tidak diperlukan. Waktu bukanlah sesuatu yang bisa dipermainkan atau dirusak.

.

.

.

Hinata mundur ketika ia melihat Kakashi yang marah menjulang di atasnya. Tinggi mereka hampir sama tapi ia merasa sangat kecil sekarang. Ia bisa melihat di balik masker itu, salah satu mata Kakashi menyala merah seperti batu bara yang terbakar. Bingkai foto itu direnggut dari tangannya dan ia terkesiap tanpa sadar.

"Jangan pernah kau sentuh ini lagi." Kakashi menggeram.

"Gomenasai!" Wajah Hinata menjadi pucat seperti kertas. Ia hanya diam melihat foto yang ia temukan di bawah tempat tidur ketika Kakashi muncul di belakangnya. Kemunculannya yang tiba-tiba mengejutkannya, alasan mengapa bingkai itu tergelincir dan jatuh ke lantai.

Kaca pecah berserakan di mana-mana.

Menggigit bibirnya, Hinata ingin sekali meneriakkan nama Neji-Niisan-nya... atau Shino-kun... atau Kiba-kun. Ia ingin berteriak pada Naruto... pada siapa saja... pada siapapun yang bisa menyelamatkannya dari ANBU menakutkan di hadapannya. Kakashi menakutkan... dan Hinata tidak pernah menyangka kalau Kakashi-sensei-nya seperti ini ketika masih muda.

Dimana wajah baik hatinya?

Dimana aura malasnya?

"Aku tidak bermaksud merusaknya. Aku menemukannya di bawah tempat tidur dan... itu hanya foto, bingkainya bisa diganti–"

"Hanya foto? Kau tidak akan pernah bisa menggantinya!" Kakashi mengambil langkah ke arahnya, membuat Hinata mundur satu langkah. Tiba-tiba, ia didorong ke dinding. Dua lengan menjebaknya di tempatnya. "Bingkai itu dari Ri–" Kakashi berhenti sebelum ia bisa menyelesaikannya. Tidak... ia tidak boleh menyebut namanya.

"Itu... itu hanya foto," Hinata berhasil bicara. Ini keterlaluan! Tidak ada orang yang boleh marah hanya karena masalah sederhana. Ia bahkan tidak melakukan apapun dengan benda itu. Ia hanya melihat dan mengagumi betapa bahagianya mereka berempat. Kakashi, Minato, seorang gadis cantik dengan tanda biru di wajahnya, dan seorang anak laki-laki yang terlihat seperti seorang Uchiha—dengan rambut hitam dan seringai nakal.

"Ini lebih dari sekedar foto..."

"Gomenasai."

"Aku tidak peduli jika kau datang dari masa depan. Kau hanya menjadi beban bagiku... bagasi yang harus kubawa kemana-mana. Kenapa kau tidak kembali ke masamu dan berhenti main-main di sini?" Suaranya hampir terdengar seperti desisan. Hinata merasakan sensasi menyengat di matanya dan menundukkan kepalanya.

Ia mulai menangis.

Beban? Itu bukanlah sesuatu yang baru. Itu sebenarnya berita lama. Penghinaan itu seharusnya tidak berpengaruh karena ia sudah kebal terhadap kata-kata seperti itu—diingatkan oleh ayahnya setiap hari. Ia juga sadar bahwa dirinya adalah yang terlemah di angkatannya, tapi mendengarnya dari orang lain di waktu yang berbeda membuatnya jauh lebih menyakitkan.

The Girl Who Skipped Through TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang