Chapter 23

1K 125 58
                                    

Kakashi menjatuhkan topeng ANBU-nya ke atas rumput dan menatap darah kering yang menodai topeng itu. Topeng mirip anjing yang semula berwarna putih itu kini menjadi cokelat tua. Kakashi tahu belum waktunya melepas topeng itu karena ia masih berada di tempat terbuka dan beberapa orang mungkin akan melihatnya, tapi bau darah begitu menyengat hingga membuatnya mulai sakit kepala.

Setelah itu, Kakashi melepas rompi ANBU-nya dan meletakannya dengan hati-hati di atas topengnya. Rompi abu-abu itu juga berlumuran darah dan untuk sesaat, ia menatapnya seolah benda itu adalah hal yang paling menjijikan di dunia. Mendesah lelah, ia menarik pelindung dahinya hingga memperlihatkan mata Sharingan-nya.

"Chidori." Tubuhnya sedikit membungkuk dan aliran listrik berbahaya muncul di telapak tangan kanannya. Tanpa banyak bergerak, Kakashi membanting tangannya pada perlengkapan ANBU miliknya. Terdengar suara keras dan ketika Kakashi melihat barang-barangnya lagi, barang-barang itu terbakar seluruhnya. Hanya sebagian saja yang tersisa. Jutsunya meninggalkan lubang kecil di tanah dan Kakashi penasaran apakah Yondaime akan marah padanya karena ia telah menghancurkan perlengkapan ANBU-nya.

Yah... Kakashi akan memikirkan alasannya nanti.

Kakashi membetulkan kembali pelindung dahinya dan ia merasa lebih baik karena sudah tidak mencium aroma darah. Yang harus ia lakukan sekarang hanyalah kembali ke apartemennya, mandi untuk menghilangkan jejak misi pembunuhan terakhirnya, dan menulis laporan untuk misi lain yang sudah selesai–

"Kakashi!"

Pipinya berkedut mendengar suara Maito Gai.

Gai sering mengikutinya akhir-akhir ini dan menyatakan pada semua orang bahwa Kakashi adalah saingannya. Mendengus, Kakashi merasa kesal karena makhluk hijau itu berpikir bahwa dia setingkat dengannya. Gai bahkan tidak pernah bergabung dengan ANBU dan yang orang itu lakukan hanyalah melatih taijutsunya. Tanpa teknik Hachimon-nya, Gai tidak akan punya peluang untuk mengalahkannya.

"Apa?" Kakashi bertanya, mengetahui bahwa sekarang sudah terlambat untuk melarikan diri atau kabur. Gai adalah seorang bajingan gigih dan Kakashi tahu bahwa ia tidak akan bisa ditinggalkan sendirian jika tidak menghadapinya sekarang. Kakashi terkadang ikut dalam permainan konyolnya hanya agar ia bisa dibiarkan sendirian.

"Sudah dengar berita?" Gai berhenti saat mencapai jarak satu meter dari Kakashi. Ia membawa seikat bunga di tangannya dan keranjang berisi... apa itu kue? Kakashi bergidik membayangkan Gai memasak.

"Untuk apa itu?" Kakashi mendapati dirinya bertanya.

"Oh... aku akan membawanya ke kompleks Hyuuga." Balas Gai sambil tersenyum. "Kudengar istri Hiashi-san baru saja melahirkan seorang bayi perempuan. Aku dan Hiashi-san berkenalan di pesta klan Aburame bulan lalu. Kami berbincang dan berbagi pendapat tentang Taijutsu dan aku sangat senang karena kami berbagi pendapat yang sama mengenai teknik Hachimon-ku. Jadi ya, aku akan berkunjung dan membawa hadiah."

Kakashi mengerjap.

"Mau ikut denganku, rivalku?" Gai melontarkan senyum gagahnya.

"Bayi perempuan?" Ulang Kakashi secara tidak sadar.

"Ya. Pewaris klan Hyuuga. Kudengar mereka menamainya... uhm... Hinate? Hanate? Tunggu... aku yakin namanya–"

"Hinata." Kakashi menyelesaikan permainan mengingat nama Gai. "Nama bayinya adalah Hinata."

*****

Hinata tidak pernah menyangka bahwa setelah ia meresmikan hubungannya dengan Hatake Kakashi—hubungan rahasia—itu terasa seperti mempekerjakan sepuluh pengawal pada saat yang bersamaan. Pria itu sangat posesif dan paranoid. Ini baru seminggu tapi mereka sudah berdebat dalam banyak hal.

The Girl Who Skipped Through TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang