Chapter 29

1K 108 58
                                    

Ino mengedipkan matanya lagi, kali ini dengan mencengkeram leher Hinata dan menariknya mendekat. Ia terkikik karena tak bisa berhenti merasa geli dengan reaksi Hinata. Hyuuga muda itu pucat pasi hingga membuat cahaya redup bulan menjadi malu.

"Aku seorang Yamanaka, konyol." Katanya pada Hinata.

Hinata memucat. Ino tahu karena ia seorang Yamanaka? Itu berarti ayahnya...?

Ino tertawa. "Oh Hinata... kau sangat manis. Naruto sangat bodoh karena tidak memperhatikanmu. Jangan khawatir, aku melakukannya secara tidak sengaja. Aku sedang berlatih jutsu baru dan masuk ke dalam pikiranmu. Tapi hei–" ia kemudian menggelengkan kepalanya. "Aku tidak akan mencobanya lagi. Itu benar-benar tak sengaja."

"Oh." Hinata mencicit. "I-itu sebabnya kau bilang padaku kalau aku bisa memberitahumu..."

"Tepat sekali."

"Tapi tolong jangan melakukan apapun dengan pikiranku lagi." Itu adalah permohonan yang serius. Hinata tak ingin Ino mengetahui semua yang ada di dalam kepalanya. Terutama yang...

Hinata merona.

"Aku tidak melihat banyak, hanya sekilas saja." Ucap Ino. "Jadi percayalah bahwa aku tidak tahu semuanya. Bisa dibilang, dalam satu album foto yang berisi seribu foto, saya hanya melihat... katakanlah... lima puluh foto."

Kata-kata Ino membuat Hinata merasa lebih baik. Hanya lima puluh dari seribu? Dan hanya sekilas? Itu lebih baik daripada mengetahui bahwa si pirang menggali ke dalam pikirannya dan menemukan segala hal tentang dirinya—rahasia dan sebagainya.

"Tapi dengan keberuntungan, aku melihatmu sedang bercumbu dengan seorang Sensei yang seksi." Ino menggoyangkan alisnya. "Hei jangan pingsan sekarang, Hinata!" Ia meremas lembut tangan Hinata. Hinata semakin pucat dari menit ke menit. "Ayolah, aku tidak menghakimimu. Aku sebenarnya mendukung kalian berdua, tahu."

"Ino-chan..."

"Tapi aku akan mengganggumu selama sisa hidupmu yang penuh dengan Kakashi jika kau tidak memberitahuku detailnya. Itu adalah janji." Yamanaka bahkan menyilangkan jari di depan dadanya lagi, menunjukkan bahwa apa yang ia katakan sangat nyata. "Dan jika aku mati muda—karena aku adalah seorang kunoichi—aku akan menghantuimu."

Saraf di dahi Hinata berkedut.

*****

Kakashi memperhatikan Genma yang sedang menghisap ujung senbon dengan pandangan kritis. Anggota tim lainnya sedang tidur dan—dengan keberuntungan yang luar biasa—ia terjebak dalam tugas jaga malam bersama Genma.

Shiranui berbaring hanya beberapa meter dari api, tangannya berfungsi sebagai bantal sementara matanya menatap langit gelap. Api memberi bayangan pada wajah pria itu yang secara lucu membuatnya terlihat lebih tua dari usianya. Mendesah, Kakashi membalik halaman buku Icha-Icha di tangan kanannya.

"Kenapa aku merasa bahwa kau sedang menganiaya senbon?" Gumam Kakashi.

"Teruslah menatapku seperti itu dan aku akan curiga kalau kau mencintaiku." Balas Genma.

Kakashi tersenyum di balik masker. "Oh tidak... apa aku membuatnya terlalu jelas?"

"Ya. Tapi aku tidak akan pernah membalas cintamu. Aku tidak suka laki-laki."

Kakashi pura-pura kecewa. "Ya, aku menyadari itu, karena satu-satunya hal yang kau cintai adalah rambutmu."

"Kau cemburu karena rambutmu sangat aneh, Kakashi. Rambutku sangat halus." Genma mendengus. "Ini juga cocok untuk para wanita." Menggeser berat badannya ke samping, Genma memposisikan dirinya hingga ia berhadapan dengan Shinobi berambut perak yang sedang memegang novel porno.

The Girl Who Skipped Through TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang