"ibu, Hani kerja dulu ya. Tolong di doakan agar pekerjaan Hani hari ini dimudahkan. Punya temen-temen yang asik. Punya bos yang ramah." Pamit Hani pada ibunya. Hani mengambil tangan ibunya lalu menempelkannya di dahi.
"Iya nduk, ibu selalu doain Hani. Semua yang terbaik. Semoga doa Hani terkabul semua. Jangan lupa bismillah."
"Nggeh Bu." Hani bergegas memakai helm di kepalanya. Ia akan mengendarai motor matic kesayangannya yang dibeli menggunakan uang hasil ia mengikuti beberapa lomba saat kuliah.
"Assalamu'alaikum." Pamitnya keluar dari pekarangan rumah. Rumah Hani terletak di pinggiran kota, tak jauh dari perusahaan tempat ia bekerja. Cukup 45 menit berkendara santai, Hani akan sampai dengan selamat dan aman. Salah satu pertimbangan ia mau bekerja di perusahaan ini, selain gajinya besar juga karena Hani tak perlu kost dan meninggalkan ibunya sendirian. Ibunya adalah satu-satunya keluarga yang Hani punya.
Sesampai di perusahaan yang ternyata gedungnya sangat tinggi itu, Hani segera menuju ke resepsionis.
"Permisi kak. Saya Hani, saya akan bekerja di sini sesuai surat rekomendasi. Saya harus ketemu pihak HRD terlebih dahulu. Saya harus kemana ya kak?" Tanya Hani sopan.
"Oh Hani dari universitas xx ya. Silahkan. Tadi pihak HRD sudah berpesan. Mari saya antar." Resepsionis yang mengenalkan dirinya dengan nama mbak Anggi itu mengantar Hani menuju ruang HRD. Hani dipersilahkan menunggu di ruangan karena memang jam kerja masih akan di mulai sekitar 10 menit lagi dan kepala HRD masih belum menampakkan diri.
Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya ketua HRD datang.
"Hani ya?" Tanyanya ramah. Kepala HRD ternyata seorang lelaki muda sekitar usia kepala tiga. Namun sangat gagah dan berkarisma. Sebut saja namanya pak Robi.
Pak Robi mengambil duduk di depan Hani terhalang dengan sebuah meja kerja dan teman pak Robi memilih mengambil duduk di sebuah sofa single di sisi kanan ruangan.
"Iya pak."
"Ini adalah surat kontrak kerja kamu. Kamu akan melaksanakan uji coba selama 2 bulan, lalu akan di kontrak selama setahun saat kinerja kamu bagus. Jika perusahaan puas dengan kinerja kamu dalam setahun, kamu akan di angkat menjadi pegawai tetap. silahkan di baca dan di pelajari, jika sudah mengerti silahkan tanda tangan di sebelah sini." Pak Robi memberikan sebuah map yang berisi surat perjanjian kerja. Lalu beliau menunjuk tempat yang harus Hani bubuhkan tanda tangan saat Hani setuju dengan kontrat kerja tersebut.
Setelah beberapa waktu mempelajari isi kontrak itu, Hani pun segera membubuhkan tanda tangan dan segera menyerahkannya pada pak Robi.
"Terima kasih Hani. Selamat bergabung di perusahaan ini." Hani pun mengangguk dan memberi salam perkenalan formal. Kemudian ia pamit mengundurkan diri untuk segera pergi ke departemen tempatnya mencari pundi-pundi rupiah.
"Eh Hani tunggu."
Hani menghentikan langkahnya yang hampir mencapai pintu, ia membalik tubuhnya cepat.
"Iya pak. Ada yang bisa di bantu?""Oh enggak-enggak. Tapi ini perkenalkan. Beliau CEO kita. Bapak Ervan Adiguna." Hani terkesiap melihat pria tampan yang menatapnya intens. Dari awal ia tak memperhatikan sekitar karena fokus pada pak Robi dan surat kerja yang harus ia pelajari. Selain itu Hani juga menahan deg-degan hatinya, pengalaman pertama ia melamar kerja. Jadi uforia di hatinya memudarkan semua di sekitarnya. Ia fokus pada apa yang ada di hadapannya.
Hani segera berjalan ke arah sofa lalu mengulurkan tangan kanannya,
"Hani pak. Mohon bimbingannya." Hani mengukir senyum manis di bibirnya."Honey?" Ervan tersenyum smirk.