TAK - 02

619 31 0
                                    

***

"Baiklah. Artinya kau akan menuruti semua keinginanku dan bayaranmu hanya ciuman tiap pagi dan malam."

"Benar sekali." Steve berlutut di depan Mika sehingga kini kepala mereka sejajar. Mendadak dia berbicara serius. "Leo sudah memberitahuku mengenai kondisimu. Juga mengenai kaki ini." Steve menumpukan tangan di lutut Mika. "Aku bisa membantumu. Percayalah. Aku tidak seburuk reputasiku."

Melihat Steve yang berbicara serius seperti sekarang, Mika justru merasa aneh. Ia mengutuk diri sendiri karena sempat berpikir Steve bisa bekerja menjadi bodyguardnya. Steve adalah pria kaya. Andai dia mau, Steve tak perlu bekerja lagi sepanjang hidup dan masih tak kekurangan apapun. Mika harus menahan diri agar tak menepuk dahinya sendiri karena telah berpikiran sembrono. Bisa-bisanya ia berpikir menjadikan Steve bodyguard. Kini ia malu. Sedikit.

"Jadi apa yang sebenarnya kau dapatkan, Steve?"

"Ciuman. Bukankah sudah kubilang?"

Mika tentu tak bisa menerima alasan gila semacam itu. "Jangan berbohong."

Steve tertawa. Langsung hilang raut serius di wajah pria itu. "Oke. Oke. Sebenarnya si tua itu ingin aku segera menikah dan mengancam akan memecatku sebagai ahli warisnya kalau aku tak segera memiliki kekasih." Steve berdiri. "Beruntung aku bercerita pada Leo dan akhirnya dia memberitahuku kondisimu." Steve kembali mengulurkan tangan. "Jadi bagaimana, cherry lips, apa kita sepakat? Kau dengan balas dendammu dan aku dengan warisanku. Asal kau tahu, aku ingin hidup royal selamanya. Bagaimana?"

Mika menyambut tangan Steve untuk kesekian kali. "Oke. Tapi hanya sebatas kekasih. Bukan menikah."

Steve mengangguk setuju. "Tapi ciuman pagi dan malam tetap berlaku." Mika segera menarik tangannya. Tapi Steve dengan cepat menahan tautan tangan mereka. "Bukankah aku yang harus menuruti semua keinginanmu juga masih berlaku?" Lagi-lagi mata gelap itu berkilat menantang.

Mika menghela napas. "Oke."

Steve meninju tangannya ke atas seolah baru saja menang lotre. "Yeah! Akhirnya kita sepakat."

"Kalau begitu keinginan pertamaku, aku tak mau melihat kau bersama pelacur manapun."

Steve menumpukan tangan sandaran kursi Mika seraya menunduk. Wajah mereka sangat dekat. "Saat ada wanita secantik dirimu di depanku, untuk apa aku melirik wanita lain. Aku tidak sebodoh Leo, cherry lips."

Mika memalingkan wajah ke samping. Mendadak sebal karena Steve mengingatkannya akan masa lalu. "Kau seharusnya tahu hubunganku dan Leo seperti apa."

"Ya. Tentu saja. Karena itu aku tidak cemburu padanya."

"Cemburu? Pria sepertimu tahu yang namanya cemburu?" Mika tentu tak menganggap serius ucapan Steve. Dasar tukang membual!

Steve mengedikkan bahu lalu berdiri di belakang Mika. "Karena kita sudah sepakat. Aku yang akan mengantarmu pulang. Malam ini hari pertama kita jadian."

"Pura-pura, Stevie. Ingat itu baik-baik."

Steve tertawa lalu mendorong kursi Mika.

***

Paginya, ketika Mika keluar kamar, Steve sudah berada di rumahnya. Pria itu sedang duduk di sofa ruang tamu.

Semalam Mika memang memberitahu bodyguard di luar agar memberikan akses masuk kalau Steve datang.

Di rumah sederhananya, ada 4 orang yang selalu berjaga secara bergilir. Leo yang memilih para bodyguard tersebut. Sejak kecelakaan satu tahun lalu, Mika tak bisa hidup tanpa bodyguard karena ia merasa tidak aman. Ia selalu merasa terancam. Ia sadar kalau keluarganya sendiri masih mengincar nyawanya.

Tongues & Knots [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang