***
"Kita harus bergerak sekarang." Seru Keith.
"Kau menghalau musuh, sedangkan aku menyelamatkan Zoey." Sahut Zahira.
"Lalu bagaimana denganku?" Mika tak ingin diam saja.
"Kau harus tetap disini, kak."
"Aku tahu kau ingin menjagaku. Tapi aku juga ingin beraksi." Karena sekarang Mika merasa menjadi beban. A damsel in distress yang tak mampu melakukan apapun. Hanya sosok yang perlu dilindungi. Mika tak terima.
"Steve akan murka kalau kulitmu tergores sedikit saja."
"Aku bukan wanita lemah. Kalian berdua menghalau musuh, lalu aku yang masuk mobil."
"Tapi,"
"Kita tak punya banyak waktu. Kau sendiri tahu betapa pandainya aku menembak. Jadi tak perlu khawatir." Lalu Mika menatap Keith mencari dukungan. "Kau memilih membiarkan aku maju sepengetahuan kalian atau aku bergerak sendiri?"
Keith akhirnya mengangguk. "Pilihan pertama lebih baik." Lalu menatap Zahira. "Kita bisa melindungi Mika bersama-sama."
Zahira cemberut. "Aku butuh kakak ipar. Jadi pastikan dirimu tidak tertembak."
Mika mengangguk. "Pasti."
Lalu Keith dan Zahira bergerak lebih dulu, menembaki mereka orang-orang yang bersembunyi.
Setelah dirasa cukup aman, Mika mulai berlari menghampiri mobil dimana Zoey berada. Perjalanannya cukup mulus.
Begitu sampai tujuan, Mika segera membuka pintu samping mobil. Disana Zoey tersungkur di kursi bagian belakang mobil. Wanita itu pingsan.
Mika segera memeriksa luka di tubuh Zoey. Darah merembes di tulang belikat wanita itu, untung saja tidak mengenai paru-paru atau jantung.
"Zoey. Zoey." Mika memanggil seraya menepuk pipi wanita itu. Tapi tak ada tanggapan. Lalu mengarahkan tangannya ke hidung Zoey. Mika sedikit lega saat merasakan hembusan napas.
"Mika, tiarap. Jangan mendongakkan kepala." Ucap Zahira di earpiece.
"Oke. Tapi cepatlah. Zoey pingsan."
Tidak ada jawaban.
Tapi kemudian suara Zahira terdengar di dekat mobil. "Jangan mendekat!"
"Jatuhkan senjatamu!"
"Tidak akan."
Mika menengok keluar. Jantungnya berdegup kencang melihat mobil ini telah dikepung sekelompok pria berseragam hitam dan bersenjata. Tidak ada lagi para tamu pesta. Puluhan orang di luar hanya pasukan yang siap siaga menembak Keith dan Zahira yang sudah terpojok. Sepandai apapun keduanya, rasanya mustahil melawan pasukan terlatih. Mereka kalah jumlah.
Mika tak bisa tinggal diam. Apalagi mengingat kondisi Zoey yang harus segera diobati.
Mika memeriksa senjatanya, lalu turun dari mobil dan berdiri di samping Zahira. Matanya mengamati penampilan pasukan yang mengepungnya. Mereka terlihat berbeda dari orang-orang Leggio di kediaman Davis. Lebih rapi dan penuh konsentrasi.
"Kalian bukan orang Leggio, kan?"
Mereka tidak menjawab.
"Seharusnya kau tetap di dalam." Seru Zahira kesal.
"Aku tidak bisa membiarkan kalian menghadapi mereka hanya berdua. Tiga orang lebih baik."
"Tenang. Bantuan datang." Ucap Keith.
Pada saat bersamaan terdengar suara helikopter, lalu beberapa orang bersenjata turun dari atas.
Conrad dan pasukannya. Mereka langsung mengangkat senjata menghadang musuh.
Tidak ada serangan dari pasukan yang mengepung, artinya mereka masih menunggu perintah.
Conrad membungkuk sebelum berkata, "Maaf, kami terlambat."
"Seharusnya kau datang lebih cepat." Kesal Zahira.
"Dimana Master?"
"Masih di dalam." Jawab Mika.
Lalu terdengar suara tembakan tak jauh dari para pria yang mengepung. Orang itu menembaki tubuh yang sudah terkapar di tanah. Jelas sekali ingin meluapkan rasa kesal.
"Ahh!! sialan sekali!!" Umpat orang tersebut. Terdapat jejak darah di tubuhnya. "Siapa yang berani mengacau di tempatku, hahh!!"
Wilson.
Lalu pria itu menengok ke arah Mika. Karena topeng yang Mika kenakan sudah jatuh entah dimana dan kapan, kini Wilson pasti bisa melihat rupa Mika dengan jelas.
"Turunkan senjata kalian! Bukan mereka pengacaunya!" Perintah Wilson dan para pasukan tersebut langsung menurunkan senjata.
Wilson mengacak rambutnya. Lalu menghampiri Mika. "Dimana suamimu?"
"Masih di dalam."
"Di dalam?" Wilson terlihat tidak percaya.
Tak lama kemudian, terlihat Kenzo muncul bersama Caera dari arah pintu masuk. Di antara mereka ada pria tua berambut putih dengan tangan terikat dan kaki berjalan pincang.
Pasti dialah Leggio.
Tidak sorot ketakutan. Pria tua itu justru menyeringai.
Wilson yang marah langsung menembak kaki Leggio yang tidak terluka.
Pria itu ambruk tapi malah tertawa. "Aku menang."
Awalnya Mika tak mengerti. Tapi selanjutnya terdengar bunyi ledakan dari dalam gedung, lalu api berkobar.
"Steve!!!!" Mika berteriak histeris.
Mika berlari menuju kobaran api. Namun seseorang menahan tangannya. Mika tidak tahu siapa karena otaknya seketika kacau.
Tak ingin ditahan, Mika menembak orang tersebut. Sialnya, tembakannya meleset.
Lalu seseorang merebut senjata di tangannya sementara Mika terus berontak.
"Steve masih di dalam. Aku harus menyelamatkannya."
"Tidak, Mika. Kita harus segera pergi dari sini."
"Aku yang menang, cucu nakal." Terdengar suara di earpiece.
Leonora.
Mika menengok ke arah Zahira dan Keith, lalu Kenzo dan Caera. Mereka juga mendengarnya, kan?
Lalu bugh.
Seseorang memukul tengkuk Mika.
"Untuk kebaikanmu."
***
![](https://img.wattpad.com/cover/360960291-288-k766677.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tongues & Knots [selesai]
Romance[21+] Mikhaela Angela & Steve Byers • • • Mikhaela-Mika-Angela adalah aktris papan atas yang pura-pura lumpuh setelah mengalami kecelakaan untuk membalaskan dendam atas kematian kedua orang tuanya. Dalam prosesnya, Mika bekerja sama dengan pria yan...