TAK - 22.1

169 20 1
                                    


***

"Steve!" Teriak Mika begitu terbangun. Teringat rangkaian kejadian sebelum ia pingsan. Acara pesta bersama Steve, tembakan, ledakan, lalu seseorang memukulnya. "Steve! Steve! Dimana Steve!?" Mika berusaha melepas infus di punggung tangannya.

"Mika, tenanglah." Zahira segera duduk di samping Mika. Mencegah Mika melepas infus dan menahan agar Mika tetap duduk.

Tapi Mika tak bisa tenang. Ia tidak bisa kehilangan Steve. Entah sejak kapan, Mika tak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada pria itu. Nyatanya, Steve berhasil mendapatkan hatinya hingga memikirkan Steve tersiksa apalagi kehilangan nyawa membuat jantungnya sesak.

"Steve. Kita harus menyelamatkan Steve."

"Tenanglah, kakak ipar."

"Aku tidak akan bisa tenang sebelum melihat Steve dengan mata kepalaku sendiri. Jadi kita harus menyelamatkan Steve sekarang."

Mika tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada Steve. Siksaan apa saja yang akan diberikan Leonora pada pria itu. Karena ia mengingat dengan jelas tawa nenek sihir itu di telinganya. Tawa kemenangan yang membuat Mika bersumpah akan membunuh Leonora.

Mika mendorong Zahira lalu langsung berdiri. Tapi sialnya, ia terhuyung.

"Kakak ipar!" Zahira langsung menangkap tubuh Mika. "Tubuhmu masih lemah."

"Memangnya apa yang terjadi padaku?" Hanya pingsan seharusnya tak membuatnya selemas ini.

"Kemarin aku memukulmu terlalu keras. Dan aku tidak tahu kalau kau.."

"Kau yang memukulku?!" Mika sangat geram. Ia mendorong Zahira agar lepas darinya.

"Misi selesai. Dia bisa bertemu Steve." Ucap seorang wanita. Ternyata di kamar tersebut tak hanya ada Zahira dan dirinya, tapi juga Zoey. Mika yang terlalu fokus memikirkan Steve tak memperhatikan sekitar.

"Apa maksudmu?" Mika jelas penasaran.

Zahira langsung menyahut. "Zoey, kakak iparku harus istirahat."

"Tak ada salahnya dia menemui Steve, kan?"

"Steve baik-baik saja" Dia sudah ditemukan?"

Tidak ada jawaban. Mereka berdua malah mengabaikan Mika.

"Tidak boleh." Tegas Zahira.

"Bukan kau yang memutuskan." Kesal Mika karena diabaikan. Sebenarnya, Mika tak begitu mengerti apa yang sedang mereka bicarakan tapi ucapan Zoey lebih menjanjikan. Mika segera menghampiri Zoey. "Ayo!"

***

Di sisi lain, Steve sudah berjam-jam menikmati permainannya. Dirinya menjadi sandera adalah rencana. Ia sengaja mengorbankan diri seolah dirinya tertangkap. Tapi sebenarnya ia sedang mencari markas Leggio yang sebenarnya. Setelah dirinya tertangkap, Hyde bisa melacak posisinya dengan mudah karena tak banyak yang tahu kalau Steve menanamkan chip di tubuhnya.

Steve tak memberitahu Mika mengenai rencana tersebut karena ia yakin istrinya pasti tidak setuju. Ia juga tidak ingin Mika khawatir apalagi memaksa ikut menjadi sandera. Steve takkan mengizinkan hal tersebut.

Sesuai rencana, Conrad dan pasukannya bertugas membawa Mika kembali ke rumah. Juga berjaga-jaga kalau Wilson tiba-tiba hilang akal dan malah menyerang Mika. Steve berusaha keras meminimalisir kemungkinan terburuk.

Setelah penyanderaan, cukup satu jam, bangunan pabrik terbengkalai itu terkepung pasukan Vulcan Empire. Tentu saja Steve tidak bekerja sendirian. Karena Leggio telah berurusan dengan Vulcan Empire—bukan hanya Steve—Don sendiri yang memimpin penyergapan. Cukup 30 menit, kondisi langsung berbalik. Vulcan Empire berhasil melumpuhkan pasukan Leggio. Leonora dan anak buahnya yang masih hidup tertangkap.

Setelah penyergapan selesai, Adam dan Juan—tangan kanan Don—membawa Leggio ke pabrik terbengkalai ini.

Mengalahkan Leggio mudah dilakukan karena keamanan Leggio bergantung pada Zoey, sedangkan kini wanita itulah telah menghancurkan sistem satu per satu hingga tak ada lagi keamanan. Entah bagaimana, Zoey berhasil meracuni anak buah Leggio, membuat mereka setengah mabuk sehingga tak banyak yang bisa melawan.

Kini, Steve menatap pemandangan di depannya dengan sudut bibir terangkat. "Kau sudah kalah!"

"Terlalu dini untuk mengatakannya." Ucap Leggio dengan bangga.

Sungguh tidak sadar diri!

"Kau masih tidak menerima situasimu, Leggio? Lihatlah dirimu. Terkurung tanpa jalan keluar. Bahkan kondisimu mengenaskan."

Sudah ada puluhan tusukan pisau bersarang di tubuh Leggio. Jika bukan karena kesakitan, sebentar lagi pria itu akan mati karena kehabisan darah.

"Kau tak bisa membunuhku." Ucapnya. Kalimat orang yang sudah putus asa. Karena memang tak ada jalan keluar lagi untuk pria itu.

"Kenapa tidak? Sekarang kau hanya penjahat yang menjadi buronan. Aku hanya membantu melenyapkan penjahat. Pemerintah justru berterima kasih pada Vulcan Empire." 

***

Tongues & Knots [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang