TAK - 17

235 24 1
                                    


 ***

"Kau masih marah soal Zahira?" Kini Steve sudah berada selangkah di depan ujung kaki Mika yang selonjoran. Pria itu duduk dengan menekuk lutut dan memegang pergelangan kaki kiri Mika. Tatapan pria itu tak beralih sedikitpun dari Mika.

"Jadi aku tidak boleh marah?" Tanya Mika kesal. "Kau saja marah walaupun aku bilang Conrad hanya teman. Kenapa aku tak boleh marah saat melihat wanita lain menyentuh tanganmu. Padahal aku jelas tahu tatapannya padamu berbeda. Diam-diam kau menyukainya, kan?" Tuduhnya, lalu memalingkan muka karena sanggup lagi membalas tatapan Steve yang terlalu panas.

Steve memutar jempolnya yang terasa kasar di mata kaki Mika, menghasilkan desiran aneh yang membuat kedua tangan Mika mengepal. "Jadi kau cemburu?"

Steve meraih kaki kanan Mika sehingga kini kedua kakinya terpenjara. Mika diam karena penasaran tindakan Steve selanjutnya.

Ternyata itu kesalahan besar.

Karena Steve langsung mengangkat kedua kaki Mika ke atas, lalu menyelipkan kaki kokohnya ke bawah kaki Mika. Mika yang tak siaga kehilangan keseimbangan sehingga otomatis menumpukan tangan ke belakang agar tidak ambruk. "Apa-apaan, Stevie?!"

"Hanya ingin posisi kita lebih dekat." Seringainya.

"Alasan!" Mika memukul dada Steve berusaha mendorong pria itu menjauh. "Ngapain juga kau buka baju?"

Karena Steve yang tampil seksi penuh tato semacam ini membuatnya kehilangan konsentrasi.

Steve menangkap pergelangan tangan Mika, mengecup punggung tangannya lembut.

"Karena panas." Jawab Steve santai.

Sial! Tubuh Mika mengepal hanya karenanya.

***

Skip

***

Selama beberapa saat mereka memejamkan mata, hanya merasakan detak jantung dan hembusan napas satu sama lain. Mereka mempertahankan posisi tersebut hingga semuanya tuntas. Hingga tubuh mereka tak bergetar dan napas mereka kembali normal.

Steve yang lebih dulu bangun, menumpukan tangan di satu sisi dan menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajah Mika. Ia mengecup kedua kelopak mata Mika yang tertutup dengan lembut. Membangunkan wanita itu. "Jadi, apa kita sudah baikan?"

Mika tersenyum tipis sebelum membuka mata dan menatap Steve. "Mungkin," Jawabnya seraya menelusuri tato Steve di bagian dada. "Asal kita melakukan ini tiap hari mulai sekarang."

Steve tertawa kecil lalu meraih tengkuk Mika. "Good."

Mereka kembali berciuman. Ciuman yang awalnya lembut tapi berubah panas seiring tubuh mereka yang menyatu menuntut lebih.

"Mau lagi?" Tanya Steve di sela ciuman.

Tapi sebelum Mika menjawab, pintu ruangan tiba-tiba terbuka. Steve langsung menutupi tubuh Mika dengan tubuhnya.

Mika melirik ke arah pintu, disana berdiri Zahira yang menutup mulut. Matanya membulat seakan sebentar lagi lepas dari sangkar.

"Aku tak melihat apapun!" Teriaknya. "Silahkan lanjutkan, anggap aku tidak pernah kemari!" Kemudian Zahira menutup pintu dengan keras. Terlihat jelas wanita itu terburu-buru.

Mika mengernyit heran. Kenapa tidak ada rasa kesal di wajah Zahira? Wanita itu hanya terlihat malu?

***

Tongues & Knots [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang