***
Di ruangan gelap ini, hanya ada Steve dan Leggio. Sedangkan sebagian prajurit menunggu di luar dan sebagian yang lain sibuk membunuh anggota Leggio satu persatu. Tak ada yang bisa lolos. Untuk Don dan dua tangan kanannya, mereka sudah pergi begitu penyergapan selesai. Bergantian dengan Conrad yang datang setelah membawa Mika pulang dengan aman.
"Aku menyerahkan mereka padamu, Stephen. Istriku menunggu di rumah." Ucap Don beberapa saat lalu. Steve tentu menerima tugas tersebut dengan senang hati. Kini Leggio sudah berada di ambang kematian. Hanya sebentar lagi, nyawa pengkhianat itu akan melayang. Tapi belum sekarang.
"Kau tidak akan mati dengan cepat, Leggio." Steve tidak akan memberikan kenikmatan itu. "Kau telah mencuri ratusan senjata, membuatku rugi jutaan dolar, dan yang lebih parah, kau membunuh puluhan prajuritku. Leggio, kau tidak berpikir akan mati dengan mudah, kan?"
Steve mencengkeram rahang pria itu dengan keras. "Bahkan kau berani mencelakai kakekku."
"Dia bukan kakekmu. Seluruh keluargamu sudah mati Stephen Ankaret."
"Aku sudah menganggapnya sebagai kakek!"
Steve langsung meninju rahang Leggio hingga darah muncrat dari mulutnya.
Leggio malah tertawa.
Steve mendengus. "Kau bahkan tahu nama asliku."
"Tentu saja aku tahu. Memang apa gunanya memiliki orang jenius kalau bukan untuk mencari tahu masa lalu orang-orang sepertimu."
Mendengarnya Steve ikut tertawa. "Aku tidak akan memukulmu kali ini karena aku tahu kau sengaja memancingku. Aku tidak suka dipancing." Steve mengusap tangannya yang berlumur darah dengan kain. "Bicara tentang Zoey, aku punya kabar baik. Pada detik ini, organisasimu hancur karena gadis itu. Tak ada yang tersisa."
Mendengarnya, Leggio berontak. Tentu tidak ada yang terjadi. Ikatan di kedua tangan dan kakinya terlalu kuat.
"Seorang pengkhianat maka akan terus berkhianat. Padahal kau bisa saja mendapatkan favor, tapi kau malah memilih menghianati Zoey dengan membunuh kedua orang tuanya. Seorang pengkhianat sepertimu memang tak mengerti kalau tindakan itu hanya akan membuat dia dendam padamu, bukan takut."
"Kau mempengaruhinya."
"Aku? Mempengaruhi gadis itu? Dia sendiri yang datang padaku. Dia sendiri juga yang mengirimkan seluruh tindak kejahatan kepada pemerintah dan media. Zoey sempat menyebutkan istilah.." Steve memainkan lidahnya. "Kill Switch. Entah apa itu maksudnya."
"Sialan! Wanita sialan!"
"Oh, aku ingat. Dia bilang, detik saat ia tertembak, seluruh data kejahatanmu langsung terkirim." Steve tertawa. "Leggio, aku sungguh prihatin. Kau bahkan tidak mempercayai kembaranmu. Hidupmu pasti penuh kecurigaan tanpa sedikitpun ketenangan. Kalau Leonora tahu mengenai Kill Switch di tubuh Zoey, wanita itu takkan berani menembak Zoey. Benar, kan?"
Leggio menatap dengan putus asa.
"Kau tak memiliki apapun lagi. Sungguh mengenaskan."
"Dimana Leonora?" Tanyanya lemah.
"Istriku memiliki dendam padanya. Jadi dia masih hidup untuk sementara. Tapi bisa kupastikan, itu tidak akan lama."
"Kalau istrimu tahu kekejamanmu, Stephen, dia pasti meninggalkanmu."
"Benarkah?" Steve menyeringai. Mika bukan wanita lemah. "Dia tidak akan takut mengenai hal seremeh ini. Jika dia disini, mungkin malah membantuku menyiksamu. Perlu kau tahu, dia mengetahui semua kejahatanmu. Apa yang kau perjual belikan untuk mendapatkan uang. Dia membenci semuanya."
"Tidak mungkin."
"Tidak mungkin? Kau pikir siapa yang menembak Leonora waktu itu? Kau tidak berpikir kalau semuanya perbuatanku, kan?"
Leggio semakin gemetar. "Tidak mungkin. Wanita itu pasti akan membencimu."
"Siapa bilang?!" Teriak seorang wanita dari luar ruangan.
Pada saat bersamaan, pintu terbuka. Steve berbalik.
Steve sudah memperkirakan tim medis datang untuk menyelamatkan Leggio karena pria itu harus tetap hidup untuk mendapatkan siksaan lagi, tapi tidak dengan sosok yang berdiri di baris paling depan. Karena disana tidak hanya ada dua tim medis, tapi juga Mika.
Mika melangkah maju tanpa menatap Steve. Sorot matanya tajam. "Jadi kau yang bernama Leggio? Kembaran Leonora?" Sudut bibirnya terangkat. "Huh, kalian sungguh mirip. Perlu kau ingat, aku tidak takut terhadap Steve jadi simpan kalimat sia-siamu itu. Justru dia yang harus takut padaku kalau aku sedang marah." Lalu Mika beralih menatap Steve. Steve mendadak takut seperti ucapan Mika karena tak ada kelembutan dalam tatapan wanita itu. "Kita perlu bicara di luar."
Lalu Mika melangkah keluar ruangan. Steve mengikuti langkah Mika. Tapi baru saja pintu di belakangnya tertutup, Mika muntah.
"Cherrylips!" Steve menahan tubuh Mika, menarik rambut Mika ke belakang agar tidak terkena muntahan. Seketika Steve merasa bersalah. "Kau tak seharusnya datang kemari." Seorang bodyguard mengulurkan sapu tangan, Steve langsung memberikannya pada Mika.
"Tak seharusnya datang!?" Mata wanita itu menyala. "Aku takut terjadi sesuatu padamu, Steve! Sangat takut! Tapi kau menghianatiku... tapi kau..."
Tiba-tiba tubuh Mika ambruk.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Tongues & Knots [selesai]
Romance[21+] Mikhaela Angela & Steve Byers • • • Mikhaela-Mika-Angela adalah aktris papan atas yang pura-pura lumpuh setelah mengalami kecelakaan untuk membalaskan dendam atas kematian kedua orang tuanya. Dalam prosesnya, Mika bekerja sama dengan pria yan...