A/N:
Adakah yang masih menunggu cerita ini?
Jujur saja, beberapa part akhir ini membat Scarlett kesulitan. Tulis-hapus-tulis-hapus terus-menerus. Semoga masih suka. Thank you.
__________
***
"Stevie, kau yang mengajariku berciuman waktu itu?" Tuntut Mika seraya menatap Steve selama beberapa detik. Pria itu terlihat sedikit salah tingkah. "Kau seharusnya bilang lebih awal." Katanya emosi. Tapi kemudian memutuskan. "Oke, aku simpan kemarahanku untuk nanti. Sekarang kita harus lanjut pada misi."
Steve menyeringai. "Keputusan yang tepat. Lagipula sejak awal aku sudah bilang padamu kalau aku yang mengajarimu ciuman."
"Nanti, Stevie!" Kesal Mika.
Steve terkekeh seraya membantu Mika berdiri. Kerumunan di sekitar mereka juga sudah buyar dan situasi kembali normal. Orang-orang kembali menari mengikuti alunan lagu seolah tidak ada yang terjadi.
Kemudian musik berhenti. Pemilik acara berada di panggung DJ. Masih berpenampilan seperti sebelumnya, dia hanya mengenakan celana panjang tanpa topeng dan kini memegang microphone. Mika ingat Steve memanggil pria yang menabraknya itu Wilson.
"Jadi kau mengenal Wilson?" Bisik Mika.
"Ya. Tapi tak bisa disebut kenal juga. Hanya pertemuan singkat beberapa bulan lalu. Sempat hampir bekerja sama, tapi Tyler menolak mentah-mentah. Aku juga terkejut ternyata teman yang disebut Tyler adalah Wilson. Karena mereka lebih seperti musuh."
"Halo hadirin sekalian, selamat datang." Ucap Wilson.
Pada saat bersamaan seorang wanita menyenggol Mika. Mika sempat terkejut hendak memaki, namun ternyata wanita itu menyelipkan sesuatu di tangannya. Lipatan kertas. Mika segera melihat ke arah si wanita.
"Malam ini adalah malam kejayaan. Hari baru untuk XX bar."
Wanita itu mengedip di balik topeng. Sudut bibirnya terangkat. Sebuah kode?
"Dasar tukang pamer." Gumam Steve.
Mika segera memeluk Steve. "Diam, Stevie. Aku ingin membaca." Bisik Mika.
Mika menggunakan dada Steve untuk melindungi tatapan curiga orang di sekitar. Sebenarnya tak perlu, karena perhatian semua orang tertuju pada Wilson.
"Malam ini, kita akan berpesta."
Orang-orang langsung bersorak girang seraya bertepuk tangan.
Sekalipun suasana remang, untung saja tulisan di kertas masih terlihat. Mika mulai membaca.
"Leggio akan muncul di arah pukul 2 dari tempat kau berdiri. Aku berada di mobil. Di luar gedung. Begitu tembakan pertama terjadi, alarm kebakaran akan menyala. Saat itu, langsung tangkap Leggio. Tenang saja, dia dalam keadaan setengah mabuk. Ingat janjimu untuk menyelamatku."
Selesai membaca, Mika membalikkan kertas dan menunjukkannya pada Steve.
"Kau mengerti?" Mika harus berjinjit mencapai telinga Steve. Karena suasana terlalu ramai.
Steve mengangguk. Matanya melihat ke sekeliling sejenak lalu menatap Mika sambil berbicara.
"Duduk sangat dekat di samping kanan panggung, memakai topeng hitam berbentuk kucing, wanita memakai bikini berwarna kuning di pangkuannya." Ucap Steve setelah menyalakan earpiece, memberitahu Zahira, Keith, Kenzo dan Caera.
Mika ingin menoleh, tapi Steve menahan kepala Mika. Steve menggelengkan kepala. Mika mengerucutkan bibir.
"Jangan langsung dilihat. Tak boleh buat mereka curiga."
Mika mengangguk. Ia membalikkan badan dan memperhatikan Wilson yang berceloteh. Kemudian dengan hati-hati mencari-cari sosok yang sesuai dengan deskripsi Steve.
Benar saja, disana terlihat seorang pria yang sesuai deskripsi. Namun sialnya, pria itu mengedip ke arah Mika, seolah sudah mengetahui rencana Mika sebelumnya.
"Mari berpesta!"
Tepat saat ucapan Wilson berakhir, suara tembakan terdengar. Sontak suara jeritan terjadi dimana-mana. Segerombolan bodyguard menuju ke arah panggung melindungi pemilik acara.
Alarm kebakaran pun berbunyi, lalu mendadak Zahira dan Keith sudah berada di samping Mika.
Steve menangkup pipinya. "Cherrylips, kau pergi bersama Keith dan Zahira mencari Zoey. Aku yang kan menangkap Leggio bersama Kenzo dan Caera."
"Tapi,"
"Menurutlah."
"Steve benar, kita bagi tugas." Ucap Zahira.
Sebenarnya Mika ragu, tapi mengingat ia tidak ingin menjadi beban Steve dan dia ingin berperan maka Mika mengangguk.
Mika mengecup bibir Steve singkat lalu berbalik. Keith dan Zahira mengikutinya.
Lalu Keith berjalan lebih dulu mencari jalan di tengah kerumunan orang-orang yang panik berlari keluar.
Zoey tidak berbohong soal membuat kekacauan dan sirine kebakaran. Karena
Saat ini, Mika berkonsentrasi mencari jalan untuk bisa keluar dari gedung ini secepat mungkin, fokusnya adalah Zoey.
Ia percaya pada Steve. Bukan soal menangkap Leggio, tapi perkara keselamatan pria itu. Apapun yang terjadi, Steve harus selamat. Karena kini Mika peduli pada Steve.
Setelah menyusup di antara kerumunan, akhirnya mereka berhasil keluar. Dia depan gedung, di antara orang-orang yang berlarian, terdapat jejeran mobil, namun terdapat satu mobil yang terlihat mencolok, seharusnya Zoey disana.
"Berhenti! Jangan kemari!" Ucap seseorang di earpiece.
Zahira langsung menahan tubuh Mika dan memojokkan Mika ke tembok. Di depan tubuh Mika, Keith melindunginya.
"Itu suara Zoey?" Tanya Mika.
"Benar." Terdengar helaan napas. "Aku ketahuan oleh nenek sihir itu. Dan.. Ahhh!"
Suara tembakan terdengar menembus kaca mobil di seberang.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Tongues & Knots [selesai]
Romance[21+] Mikhaela Angela & Steve Byers • • • Mikhaela-Mika-Angela adalah aktris papan atas yang pura-pura lumpuh setelah mengalami kecelakaan untuk membalaskan dendam atas kematian kedua orang tuanya. Dalam prosesnya, Mika bekerja sama dengan pria yan...