DEMAM

360 30 32
                                    

Waktu sudah hampir dini hari, tapi Kinara tetap tak bisa terlelap barang sejenak. Ingin melihat kondisi Ilham namun, rasanya ia masih belum bisa berdamai dengan rasa kecewanya.

Flash Back On

"Lepaskan saya." Ilham mendorong Kinara menjauh saat gadis itu hendak membantu mengganti bajunya yang basah kuyup.

"Kamu bisa ngomong aku-kamu sama perempuan tadi, kenapa formal banget sama aku. Yang istri kamu dia apa aku?!" ketus Kinara.

Senyum kecil terbit di bibir tipis Ilham, "kamu memang istri saya, Kinara. Tapi sayang nya kamu tidak menghargai posisi itu."

"Kamu bilang aku nggak menghargai? Lalu kenapa kamu ngijinin perempuan lain ngobatin luka kamu?" Ilham terkejut mendengar jawaban Kinara yang tanpa sedikit pun terselip keraguan.

Untuk menutupi keterkejutannya, Ilham mengalihkan pandangan. Kepalanya mulai terasa pusing akibat cukup lama kehujanan di makam sang ibu.

"Aku tahu sekarang, kamu menikahi aku karena terobsesi. Atau--kamu sedang ingin membalaskan dendam saja? Sementara hati dan cinta kamu yang sebenarnya adalah untuk perempuan itu."

Ilham mendelik tajam mendengar kalimat terakhir Kinara, "saya bukan tipe orang yang suka memainkan perasaan dan cinta!" Ada sedikit sesak di dada Ilham mendengar vonis dari istrinya itu. Tapi, apa yang di katakan Kinara tidaklah salah, ia memang membiarkan Reva mengobati lukanya. Tapi, bagaimana gadis yang ia nikahi belum genap 3 hari itu mengetahui semuanya?

"Tinggalkan saya sendiri."

Kinara tertawa kecil, merutuki kebodohan yang terkesan ingin menunjukkan kecemburuan.

"Maaf ya, seharusnya tadi aku mengizinkan perempuan itu antar kamu ke kamar, atau ... Kamu mau menghubunginya lagi? Bisa kan? Barang kali kamu lebih nyaman kalau dia yang mengganti baju kamu yang basah."

"Nara!!" Bentak Ilham tanpa sadar.

Kinara memasang wajah datar, dapat Ilham lihat embun bening di kedua netra istrinya itu, "Ra, aku--"

Kinara mengangkat tangannya untuk menghentikan kalimat Ilham, "terima kasih untuk bentakan nya wahai lelaki yang MENCINTAIKU." Kinara memutar tubuh, berlalu menuju kamarnya dan mengunci pintu.

Ilham hanya bisa mengusap kasar air matanya yang hampir jatuh, "Tuhan, bisakah aku bertahan untuk tetap waras di tengah jiwaku yang terluka parah?" Monolog nya dalam hati.

Ia berjalan gontai menuju lemari untuk mengambil baju ganti, panas tubuhnya terasa semakin tinggi, tapi rasanya begitu dingin saat terkena angin.

"Kamu itu kena hujan sedikit saja sakit, kenapa hujan-hujanan." Omelan Reva kembali membuatnya tersenyum.

"Dulu, dia yang selalu memarahiku kalau aku kehujanan, kenapa sekarang kamu malah jadi gantiin dia, Rev. Padahal--" Ilham cepat-cepat memakai bajunya, meriang semakin terasa. Terlebih ngilu di punggungnya akibat pukulan preman siang tadi cukup intens terasa.

Flash Back Off

Rintihan dan igauan Ilham membuat Kinara menajamkan pendengarannya. Ada rasa kasihan, ada pula ego yang memaksanya untuk membiarkan Ilham begitu saja.

"Apa aku lihat aja ya?" Kinara bermonolog. Sejurus kemudian, ego nya kalah dengan rasa iba. Segera ia turun dari ranjang, membuka pintu. Pandangannya langsung terpaku pada Ilham yang meringkuk seperti bayi dengan tubuh gemetar.

"Apa dia demam karena habis kehujanan?" Kinara mendekat, menarik selimut di bawah kaki Ilham lalu menyelimutinya.

Grep!!

KATAKAN CINTA PADAKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang