TRAGEDI

227 37 21
                                    

Ilham membuka mata perlahan, memperhatikan ruangan serba putih tempatnya berada.

"Nara," lirihnya.

"Ham, kamu sudah sadar, Nak." Pak Hermawan yang tengah menjaga Ilham di ICU mengusap lembut tangan menantunya itu.

"Pa, di mana Nara?"

"Kamu pulihkan dulu tenaga kamu ya, sudah hampir seminggu kamu koma, Ham."

Ilham terkejut mendengar penjelasan mertua lelakinya itu. Pasalnya, ia ingat saat ia hendak pulang setelah membelikan gula kapas untuk istrinya itu, sebuah mobil pick up menyongsongnya dari kejauhan, setelahnya ia tak lagi ingat apapun.

"Aku mau Nara, Pa." Pak Hermawan mengembuskan napas berat. Mengusap lembut bahu menantunya itu.

"Nara ... Hilang, Ilham."

"Apa, Pa?!" Ilham hendak bangkit, tapi kepalanya terasa sakit luar biasa.

"Pa, jangan bercanda, Pa. Istriku mana?"

"Kinara memaksa untuk ikut mencari kamu, dia pergi dari rumah meminta antar pak Dadang. Tapi, mobilnya mengalami rem blong. Dan ... " Pak Hermawan tak sanggup melanjutkan kalimatnya. Kedua netra pria paruh baya itu memerah menahan tangis.

Ilham memejamkan mata rapat-rapat. Apalagi ini? Sepertinya takdir masih belum puas mempermainkan cinta mereka. Kemarin, takdir mengambil ingatan sang istri. Dan sekarang, takdir justru memisahkan mereka kembali dengan jarak yang lebih jauh setelah wanita itu mulai bisa menerima nya kembali.

"Aakh!" Ilham meremas rambutnya, kepalanya semakin terasa sakit. Dan gelap kembali merebut kesadarannya.

***

Bayangan demi bayangan semasa duduk di bangku SMA, di mana ia mengejar Ilham, mencintai lelaki pendiam itu dengan begitu hebat. Bahkan hingga pada akhirnya si lelaki menerima kehadirannya dan menjalin cinta di masa yang masih rawan pertengkaran dan perdebatan. Semua tersusun begitu rapi di bayangan yang muncul pada mimpi Kinara.

Wanita itu masih setia memejamkan mata. Ada air bening yang menetes di sudut netra indah nya. Membuat sosok lelaki yang menungguinya dengan sabar berteriak memanggil Dokter untuk mendekat.

Satu minggu lamanya koma membuat Kinara tak lekas bisa di temukan keluarga nya.

Tiara bahkan hanya bisa menangis menunggu kabar dari putrinya yang tengah mengandung. Takut jika sesuatu terjadi padanya.

"Permisi, Tuan. Biar kami periksa."

Si lelaki memilih mengambil posisi di samping kanan Kinara. Menunggu dengan was-was, berharap wanita itu tak mengalami luka serius.

"Deva." Lirih Kinara.

Si lelaki menegang, tangannya mengepal erat mendengar Kinara menyebut nama seseorang.

"Tuan, bisakah Tuan mendatangkan si empu nya nama? Masalahnya, Nona ini hanya menyebut satu nama saja. Siapa tahu, dengan kedatangan beliau, bisa membuat Nona ini sadar dan memiliki semangat untuk hidup lagi.

"Deva." Sekali lagi Kinara memanggil nama sang suami.

"Tapi, saya tidak tahu keluarganya, Dok. Saya hanya menolongnya."

"Jaman sekarang semuanya serba canggih, Pak. Kita bisa menyebar berita di setiap sosial media. Kasihan, keluarganya juga harus tahu kalau bayi yang ada di kandungannya tidak bisa di selamatkan."

"Iya, Dokter. Akan saya usahakan."

***

Ilham sudah di pindahkan ke ruang rawat, tiada hari tanpa melamun. Sudah banyak orang yang ia sebar untuk menemukan istrinya, tapi semua kembali dengan tangan kosong.

KATAKAN CINTA PADAKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang