RUMAH TERNYAMAN

293 30 25
                                    

Ilham melirik sekali lagi arlojinya, sudah menunjukkan angka 7 lebih 5 menit tapi istrinya belum juga turun. Sesekali ia berkaca pada kaca wastafel membenahi rambutnya yang basah dan sengaja dibuat berantakan. (Haaaam, readers Lu engaap 😭😭)

"Devaa!!" Ilham yang sibuk berkaca berlari cepat menuju Kinara yang berteriak saat hampir jatuh.

Tatapan mereka bertemu, dada Ilham berdetak kencang saat menahan pinggang Kinara yang masuk ke pelukannya.

"Kenapa lagi-lagi aku menyebut nama itu." Kinara bermonolog dalam hati.

"Tuhan, nyawaku yang tersebar seakan berkumpul kembali saat anggilan itu terdengar lagi."

"Ekhem, Nona, Tuan, ini masih pagi." Disti berdehem menggoda. Gadis itu menahan tawa melihat kedua majikannya tengah adu tatap dengan posisi yang membuat siapa pun yang menyaksikannya pasti ikut terbawa perasaan.

"Hah! Oh--mm, maaf." Kinara menggigit bibir bawahnya, melepaskan diri dari pelukan Ilham seraya mendorong pelan dada bidang suaminya itu.

"Kamu nggak apa-apa?"

"Aman, terima kasih." Kinara mengusap tengkuknya, merasa kikuk dengan tatapan dalam Ilham.

Ilham melingkarkan tangannya di pinggang Kinara, "biar nggak jatuh lagi," ucapnya. Seketika wajah Kinara bersemu merah.

Keduanya berjalan keluar, menyisakan Disti yang sibuk memanggil Dista dengan teriakan tertahan.

"Apa sih?!" Dista yang semula tak tahu apa-apa tiba-tiba mulutnya menganga melihat Ilham dan Kinara berjalan bersama dengan tangan Ilham yang bertengger manis di pinggang ramping Kinara.

"Curiga sesuatu nggak?" bisik Disti.

"Apa?"

"Rambutnya pada basah." Dista semakin ternganga mendengar jawaban Disti. Ia baru menyadari itu sejak tadi. (Elah, ngikut ae lu berdua 😌)

"Apa, Non Kinara sudah ingat Tuan Muda?"

"Entahlah, tapi yang pasti aku bahagia, Dista. Tuan Muda sudah terlihat bahagia sekarang."

"Hmm, semoga semuanya terus seperti ini."

***

"Mm, Ham. Boleh, kalau aku panggil kamu Deva aja?" Tanya Kinara hati-hati.

"Tentu, Sayang. Karena panggilan itu adalah milikmu, panggilan pertama yang membuat aku jatuh cinta padamu."

"Ham." Sekali lagi Kinara mengulang panggilannya yang tak dihiraukan Ilham lantarab sibuk tersenyum tanpa alasan. (Elah, Ra. Dia ngelamunin Lu ☺)

"Oh, iya. Kenapa enggak, aku suka panggilan itu. Berbeda dengan yang lain."

"Aku-kamu?"

"Iya, Sayang. Tidak ada alasan lagi kan sekarang?"

Kinara tersipu mendengar jawaban Ilham, "oh iya, aku mau bilang ... terima kasih karena semalam kamu udah-"

"Stop, nggak usah di bahas."

"Hah? Kenapa?"

"Dev, udah." Kinara khawatir Ilham mengingatkannya lagi pada moment di mana ia memutuskan untuk memberikan Ilham secuil kebahagiaan yang begitu dinantikan lelaki itu.

"Tapi aku mau bilang soal kesempatan-"

"Dev, stop." Kinara membekap mulut Ilham gemas.

Ilham mengerti, Kinara telah salah sangka. Padahal, ia ingin mengucapkan terima kasih untuk kesempatan yang istrinya itu berikan untuk tidak lagi meminta perpisahan. Tapi, Ilham mulai paham dan berpikir untuk semakin menggoda istrinya itu saat ini.

KATAKAN CINTA PADAKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang